(2) Solve The Problem

1.1K 136 6
                                    

"Sarada." Sarada menoleh. Menangkap sosok Boruto di belakangnya. Dia lalu menunggu sampai sosok itu mendekat.

"Nanti jadi ke tempat Bibi Ino kan?" Tanyanya.

"Iya!" Seru Sarada senang. Sejak kemarin moodnya baik.

"Kenapa kerumahku?" Inojin yang entah sejak kapan tiba, merasa penasaran karena nama ibunya disebut.

"Tidak ada apa. Aku hanya ingin main ke toko bungamu saja kok." Sarada mengangkat bahunya lalu berlalu meninggalkan teman-temannya ini.

"Hey, Boruto. Kenapa kau juga ikut?" Boruto yang ditanya seperti itu langsung terkejut.

"A-aku...ya memang sudah lama sih tidak ke rumah Inojin. Lagipula ingat tidak? Inojin pernah menjanjikanku kartu limited edition itu kan? A-aku mau lihat. Ah, pokoknya kau juga ikut lah Shikadai!" Jelas Boruto pada Shikadai. Shikadai memandangnya dengan pandangan malas seperti biasa. Tapi kali ini ada ekspresi yang berbeda.

"Eh? Kenapa kau ikutan juga hah?" Inojin tidak mengerti kenapa Boruto tiba-tiba ingin kerumahnya. Pakai acara mengajak Shikadai pula. Sebenarnya tidak apa sih. Hanya saja, secara tiba-tiba begini dia jadi malas.

"Pokoknya nanti aku kesana." Dan mereka berjalan menuju kelas.

"Aku baru tahu kalau papaku sempat tidak suka dengan mamaku." Siang hari di sekolah dasar ini, murid-murid seperti biasa membentuk sebuah lingkaran masing-masing dengan beberapa meja yang saling didekatkan. Tampak dua meja yang paling mencolok di cerita ini. Salah satunya adalah Chouchou yang menceritakan kisah ibu dan ayahnya tadi.

"Kenapa?" Tanya Sumire menimpali.

"Karena mamaku memberikan review jelek pada restoran papaku. Katanya rasanya tidak seenak yang dibayangkan. Papa marah karena menurut dia, makanan yang dibuatnya selalu enak. Bahkan pelanggannya sendiri juga bilang masakan papa itu enak." Jelas Chouchou.

"Aku setuju pada papa sih. Masakan papa kan enak. Ternyata mamaku bilang seperti itu agar papa memberikan makanan gratis pada mama. Dia terpaksa karena lupa membawa dompet." Kubu lelaki menahan tawa. Takut ketahuan Chouchou. Sedangkan Sumire dan Sarada tersenyum canggung.

"Lalu, kenapa sekarang bisa bersama?" Tanya Sarada. Chouchou lalu meletakkan sumpitnya dan tangannya menyatu.

"Itulah yang namanya benci jadi cinta" jawab Chouchou sambil membayangkan kisah orang tuanya. Sarada terkekeh geli. Sedikit mirip nampaknya dengan kisah orang tuanya. Berawal dari kopi yang tidak sengaja disenggol Sakura kan? Ah, Sarada jadi tidak sabar ke rumah Inojin nanti. Dia melihat ke arah Boruto. Lalu tersenyum sampai matanya menyipit. Boruto yang ngelag hanya menatap Sarada dengan mulut menganga. Merasa takjub melihat Sarada yang tersenyum selebar itu.

"Tutup mulutmu bodoh!" Shikadai lalu menutup mulut Boruto sampai membuat si empunya menggigit lidah karena terkejut.

Sepulang sekolah, Sarada lalu cepat-cepat makan siang, berganti baju dan menyuruh supirnya mengantar ke rumah Inojin. Benar saja, Ino sudah menunggu kedatangan Sarada. Dia menyambut anak sahabatnya itu lalu menuntun Sarada menuju rumah keluarga Yamanaka di belakang toko bunga. Sebelumnya dia telah menyerahkan tugas toko pada pegawainya. Beberapa menit kemudian, Hinata datang dengan Himawari di gendongannya dan Boruto juga. Inojin mengernyitkan dahinya ketika Boruto melewatinya dan duduk di samping Sarada. Katanya mau lihat koleksi kartu?

"Oke, kemarin sampai mana ya ceritanya?"

"Papa dan Mama mulai bicara." Jawab Sarada cepat. Ino langsung menjentikkan jarinya.

"Ah iya. Itu dia." Seru Ino. Inojin memperhatikan tingkah ibunya. Lalu bergantian menatap Sarada yang berbinar-binar dan Boruto yang tak kalah antusias. Dia merasa aneh, tepatnya pada Boruto.

Tell Me About Mama (Complete!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang