(4) Hanami

947 116 7
                                    

"Ino. Coba rasain deh." Ino baru saja sampai di taman kampus dekat Fakultas Kedokteran. Belum ia daratkan bokongnya di kursi, si pelaku yang menyuruhnya kesana langsung mengamit tangannya dan menaruhnya di dada.

Dug dug dug dug dug dug

"Kenapa jantungmu? Habis minum kopi?" Sakura menggeleng.

"Terus kok bisa gitu jantungnya?" Tanya Ino lagi memastikan. Sakura menggeleng lagi.

"Hehe. Tidak. Temenin yuk." Jawaban Sakura malah membuat Ino terheran-heran.

"Jawab dulu. Kenapa jantungmu begitu? Kau ini kan anak kedokteran. Sudah tahu kopi kurang baik untuk kesehatan. Kenapa kau minum? Begadang lagi? Tugas?" Tanya Ino bertubi-tubi dalam satu tarikan nafas. Dia tahu temannya ini mencoba mengalihkan topik.

"Pertama. Aku tidak apa-apa. Kedua, aku mahasiswi Psikologi. Bukan mahasiswi pendidikan kedokteran, perawat, ataupun ahli gizi. Ketiga. Iya, tugasku cukup banyak. Aku begadang kemarin tapi tidak minum kopi. Keempat, sebenarnya aku sedang deg-degan saja." Jawab Sakura panjang.

"Oh..." Balas Ino. Sakura mengangguk.

"Makanya. Ayo temani aku."

"Kemana?"

"Mencari Sasuke-san." Jawabnya. Spontan Ino menolak.

"Tidak mau! Aku tidak mau mengambil resiko jantung lagi! Sudah cukup aksi buka-buka baju kemarin!" Ino sudah bersiap pergi tapi Sakura menahannya lagi sambil mencakupkan tangan.

"Please....onegaishimasu." Melihat wajah Sakura yang seperti frustasi, Ino jadi tidak tega.

"I-iya. Tapi mau apa kau mencari dia?" Tanya Ino. Kemudian Sakura mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

"Aku sampai merelakan tabungan ayamku." Ujar Sakura dengan nada melow.

"Ah...celengan ayam itu ya?" Sakura mengangguk. Ino jelas tahu betapa berharganya celengan itu karena dari dulu Sakura sudah menabung disana dan bertekad tidak akan memecahkannya sampai ia lulus. Sebenarnya salah Sakura juga, siapa suruh dia tidak mau menerima bantuan Ino. Setelah insiden menggosongkan baju Sasuke itu, Sakura bertekad menggantinya sendiri.

"Sekarang sudah pecah berkeping-keping sama seperti hatiku." Ino meringis mendengarnya.

"Sudahlah. Ayo cepat. Aku mau ada kelas lagi." Setelahnya mereka berjalan menuju Fakultas Ekonomi. Tempat pertama yang harus mereka tuju mengingat Sasuke termasuk salah satu mahasiswa disana.

"Sasuke? Tadi kulihat ada di Fakultas Hukum." Jawab salah satu mahasiswa ketika Sakura bertanya.

"Oh begitu. Terima kasih ya." Balas we Sakura.

"Kau mencari dia terus. Kapan jadiannya?" Celetuk salah satu di antara mereka.

"Cieee"
Sakura mengerutkan dahi. Sedikit tidak terima dengan godaan mahasiswa itu. Usut punya usut, mahasiswa itu adalah saksi dari surat cinta Sakura tempo hari. Gerombolan cie cie tidak ada di TKP. Tapi gosip Sasuke memang selalu trending. Jadi yasudahlah.

Sakura memilih untuk tidak meresponnya dan melanjutkan langkah sambil menarik Ino.

"Itu yang bersama Sakura siapa?" Tanya salah satu di antara mereka.

"Oh. Kalau tidak salah..yama...yamanaka? Iya iya Yamanaka." Si penanya tersenyum.

"Itu nama keluarganya?"

"Iya. Nama kecilnya aku lupa."

"Oke. Terima kasih."
.
.
.
.
Gerombolan laki-laki sedang bercengkrama sambil mengisap rokok. Sekitar delapan orang, sama-sama menghidupkan rokok membuat asap mengepul di udara. Segelintir lainnya bermain lempar-lemparan tas entah apa manfaatnya. Suara tawa terdengar keras bahkan sampai membuat mahasiswi yang hendak lewat mengurungkan niatnya. Seperti saat kau disuruh ke warung oleh ibumu, tapi kau urung karena melihat gerombolan anak laki-laki.

Tell Me About Mama (Complete!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang