Lano mengusap lembut punggung Nadine, sebelah tangannya yang lain memeluk sang istri erat. Wanita itu baru saja terbangun akibat memimpikan buah hati mereka yang meninggal dalam kandungan Nadine saat wanita itu mencoba melindungi Lano hingga perutnya yang terhantam itu membuat janinnya mati.
Tubuh Nadine masih bergetar dan mata wanita itu basah dengan air mata yang terus mengalir. Jujur melihat Nadine seperti ini lebih menyakitkan daripada kehilangan buah hati mereka, istrinya tidak bisa tidur tenang dan menjadi lebih diam tidak berbicara.
Tangan Nadine mencengkeram baju kaos putih yang dipakai Lano, istrinya itu masih menyimpan amarah didalam hatinya yang belum tersampaikan dan Lano siap menunggu sampai Nadine siap bercerita asal wanita itu selalu bersamanya.
Setelah merasakan nafas Nadine mulai teratur Lano melepaskan pelukan mereka dengan lembut dan membenarkan posisi tidur Nadine dengan hati hati. Wanita itu terlihat damai dengan kantung mata yang cukup besar dan hidung yang berwarna kemerahan seperti flu.
Cup
"Nice dream, Queen."
*******
Nadine terpaku melihat pemandangan didepannya, sebuah taman yang sangat indah dengan berbagai jenis bunga yang sedang mekar dan pepohonan yang tinggi dengan buah-buahan yang matang. Angin sepoi-sepoi yang menyejukkan serta aliran sungai yang kecil dan air yang sangat jernih sehingga tampak ikan-ikan kecil cantik disana.
Siapapun yang datang ketempat ini pasti tidak ingin pulang. Disini tentram dan damai, tempat dimana tidak ada kebisingan dan permasalahan yang membuat kepala ingin pecah. Nadine tersenyum dan memejamkan matanya rambutnya berterbangan kecil terbawa angin. Sungguh menyenangkan dan menenangkan tempat impian.
Gaun putih selututnya tampak kontras dengan kulit putih bersih miliknya. Rasanya semua beban dipikirkan Nadine meluap begitu saja.
"Mama!"
Mata Nadine terbuka, dia mengedarkan pandangannya. Jantungnya berdetak kencang, tiba tiba matanya memanas melihat seorang gadis kecil menggunakan gaun putih dengan tangannya memegang seikat bunga berwarna merah.
"Ka... Kamu siapa?" lirih Nadine ketika melihat wajah gadis itu seperti perpaduan wajahnya dan Lano.
Gadis itu tersenyum manis sekali hingga Nadine mata Nadine berkaca-kaca, tangan kecilnya menyerahkan bunga di tangannya pada Nadine. "Buat Mama!"
Air mata Nadine jatuh seiring dengan tubuhnya yang menunduk memeluk gadis kecil itu. Sebuah tangan kecil terulur mengusap lembut punggung Nadine yang bergetar. "Mama gak boleh bersedih, mama lebih cantik kalo tersenyum. Aku gak sendiri kok ada kakek yang nemenin aku."
Tangisan Nadine semakin keras ketika melihat sosok yang sangat dirindukannya, Glen tersenyum lembut dari kejauhan menatapnya dengan wajah cerah dan berseri.
Nadine melepaskan pelukan mereka dan tersenyum getir. Gadis kecil itu mengangkat tangannya dan mengusap pipi Nadine yang basah karena air mata. "Aku sayang mama dan papa."
"Mama juga sayang kamu, Deiline." ucap Nadine mengecup lama kening gadis itu.
Gadis kecil itu mengerutkan keningnya lucu membuat Nadine gemas. "Nama aku Deiline?"
Nadine mengangguk dengan senyuman khas seorang ibu. "Iya sayang."
"Yey!" seru gadis itu senang.
"KAKEK AKU PUNYA NAMA!" teriaknya dengan gembira pada Glen yang menatap mereka lembut.
Mereka menghabiskan waktu bersama bercanda dan bercerita hingga membuat Nadine rasanya tidak ingin kembali ke dunianya berada.
"Waktunya mama pulang." ucap Deiline yang membuat Nadine mengurutkan keningnya bingung.
"Kau harus kembali pada suamimu, Nak." tambah Glen memperjelas ucapan Deiline.
Nadine terdiam dia menghabiskan nafas berat dan matanya berkaca, sungguh dirinya berat sekali untunk meninggalkan mereka. Namun Nadine sadar tempatnya bukan di sini masih ada orang yang menyayanginya dan menunggunya didunia nyata.
"Mama sayang Deiline, mama bakal ingat selalu sama kamu."
"Aku juga sayang mama dan papa hehe."
Nadine tersenyum dan memeluk Deiline singkat kemudian beralih pada ayahnya. "Aku sayang papa."
Glen tersenyum dan mengusap kepala Nadine lembut. "Papa tahu dan papa lebih menyayangimu."
Tiba tiba tubuh Nadine tersedot oleh cahaya putih tubuhnya semakin menjauh dari mereka dan dia bisa melihat Deiline melambaikan tangan dengan senyum ceria kepadanya.
******
"Sayang kapan kau akan bangun hm?" Lano bertanya lirih, pria itu tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Nadine yang terbaring tak sadarkan diri selama tiga hari.
Sebelumnya Nadine dan dirinya tertidur biasa namun paginya wanita itu tidak bangun dan tidak bisa dibangunkan, menurut penyihir Ebiet Nadine sedang berada di dunia lain roh gadis itu dibawah oleh sesuatu kekuatan yang mistis. Hati Lano kembali sakit melihat keadaan Nadine yang seperti ini, apalagi saat mengetahui buah hati mereka pergi karena peperangan itu.
Lano tidak berhenti menyalahkan dirinya sendiri jika saja dirinya kuat maka Nadine dan dirinya tidak akan mungkin kehilangan buah hati mereka. Ini karena dirinya yang lemah, tidak berguna.
Air mata Lano jatuh tubuhnya bergetar, pria itu menangis sambil menelusupkan wajahnya dilipatan tangan. Tidak menyadari jika mata Nadine sudah terbuka tapi wanita itu memilih diam. Tapi dirinya tidak tega membiarkan Lano mengemban sendiri beban pikirannya.
Lano kaget merasakan tangan Nadine yang bergerak-gerak, pria itu mengalihkan pandangannya dan melihat Nadine menatapnya dengan senyum tipis. "Hai!"
Tangan Lano terulur meraih tubuh istrinya dan memeluknya erat Nadine pun juga membalasnya tidak kalah erat. "Kau membuatku takut!" bisik Lano ditelinga Nadine yang membuat gadis itu tersenyum kecil.
"Maaf, maafkan aku. Aku tidak berniat membuatmu merasa seperti itu, aku hanya butuh waktu." balas Nadine meletakkan dagunya dibagi Lano.
"Berjanjilah kau akan bercerita tentang apapun yang kau rasakan dan yang kau inginkan kepadaku!" ucap Lano melepaskan pelukan mereka dan menatap mata Nadine.
"Baiklah aku berjanji." kekeh Nadine dengan senyuman manis.
Lano membalas dengan senyuman dan menyerahkan segelas air putih kepada Nadine gadis itu menyambutnya dengan senang dia sangat suka ketika Lano sangat peka. "Terimakasih!"
"Anything for you, Queen."
******
Masih Part yang agak sedihnya ya readers... Semoga kalian suka jangan lupa tinggalkan jejak kehidupan 😅😅
..
KAMU SEDANG MEMBACA
SF 1 : MY LUNA IS ANGEL(Revisi)
Hombres LoboSERIES KE-1 Nadine terpaksa pindah rumah mengikuti kedua orang tuanya, mereka juga memindahkan tempat kuliah Nadine karena jarak rumahnya yang baru sangat jauh dari tempat kuliahnya yang lama. Ayah Nadine mendapatkan tugas untuk menjalankan dan mema...