"Calista! Sekarang kau mau ke mana lagi? Sudah cukup, ayo kita pulang!"
"Tapi Calista masih mau jalan-jalan! Huuaaaa! Ayah udah gak sayang Calista lagi..., Huhuhu...."
"Ya, Tuhan...."
"Ayah..., kumohon..., satu kali ini..., saja."
Air mata Evelia bercucuran sembari memeluk tangan Ayah Calista erat-erat, merengek lagi untuk kesekian kali. Dia harus segera ke tempat perjanjiannya dengan Luna jikalau gadis itu hadir, ikut masuk ke dunia novel dan itu harus dilakukan sekarang juga!
"Tapi, Calista. Ayah mohon. Kamu baru saja sembuh. Dan Ayah tidak memiliki waktu lagi menemanimu untuk berbuat aneh-aneh."
"Kumohon..,"
"Tidak lagi. Ayo kita pulang."
Ayah Calista membawa Evelia dengan menggendongnya seperti karung, tentu saja Evelia memberontak memukul punggung pria itu kuat-kuat. Tampaknya Ayah sudah lelah, kepalanya nyeri bukan main dikarenakan anaknya makin ekstrim dari hari ke hari. Setelah ini pun dia harus berurusan dengan istana akibat ulah sang putri, bahkan walau dia seorang Duke kerajaan-- dia tak terlepas dari jerat hukum. Setidaknya dia harus membayar denda atau semacamnya.
Dari arah jam menara kereta melaju cepat meninggalkan tempat tersebut menuju rumah. Evelia semakin kesal dibuatnya, terlebih Ayah mendekapnya kuat agar tidak bisa kabur dari genggaman. Oh, sungguh. Gadis ini sudah tujuhbelas tahun, tapi, bagaimana dia masih diperlakukan seperti anak-anak? Akh! Lagi-lagi ini karena dirinya yang menciptakan karakter kekanakan bodoh seperti ini!
Kalau begini kesempatannya bertemu Luna bisa hilang. Tidak ada cara lain lagi! Evelia memilin bibirnya frustasi, dengan mata mendelik kesal tangannya meraih lengan Ayah dan menggigitnya kuat-kuat. Dia harus melakukan ini! Segera saja Ayah menjauh, mendorong Calista menjauh menggenggam tangannya yang berdarah. "Calista! Apa yang kamu lakukan?!"
Benar. Ini ide gilanya dengan memanfaatkan kepolosan Calista dia mengigit lengan pria itu sampai berdarah. Dengan cepat memasang sandiwara lain Evelia menunduk dalam-dalam pura-pura marah, walau tersenyum lebar dalam hati. Makanya jangan ganggu rencana yang sudah susah payah dia buat! "Ayah jahat! Calista benci Ayah! Calista benci Ayah!"
"Calista!"
Ayah membentak anak gadis yang kini mengamuk di hadapannya sembari mengepalkan tangan di kedua sisi tubuh. Sekarang Calista sudah keterlaluan. "Calista! Berhenti melawan. Sebenarnya kau ini kenapa 'Nak? Apa yang membuatmu bertingkah gila seperti ini?!"
Evelia cemberut dengan sorakan dalam hati, berhasil membuat ayah masuk dalam sandiwara. Perhatian ayahnya sudah teralihkan dengan hal itu. Arah tempat yang dia tuju juga searah dengan rumahnya jika dia meloncat dari kereta sekarang, maka dia bisa berjalan kaki ke sana. "Calista memang gila. Ayah baru tahu?"
Ayah terlihat sangat lelah menghadapi pembangkangan yang dilakukan putrinya. Cobaan apalagi yang Tuhan berikan selain anak super sial dan putrinya yang sangat dia sayangi tapi bodoh dan sekarang menjorok ke gila? Dia benar-benar sudah mencapai batas. "Kamu tidak gila!"
"Calista gila! Calista gila! Kata Ayah Calista gila!"
Evelia tertawa sinis dalam hati, memang benar tokoh ini bodoh dan sekarang dia bisa menambahkan stempel gila. Mempermainkan tokoh-tokoh ini sangatlah menyenangkan, dia tidak mau terlalu bawa perasaan seperti sakit kemarin membuatnya mulai lembek kepada keluarga Calista. Dia tidak mau terikat lebih dalam dengan dunia novel, karena itu bersikap seperti ini lebih baik!
Ayah memejamkan mata lelah dengan kepala penat, melihat kesempatan itu seringai timbul di bibir Evelia. Tepat ketika kereta terhenti karena ada kereta lain yang menyebrang, dengan cepat Evelia mengambil kesempatan membuka pintu dan meloncat seperdetik kereta kembali melaju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay Away From The Authors! [TERBIT]
FantasyComedy - Fantasy Sebagai seorang penulis, biasanya mereka akan mencintai semua tokoh yang dibuatnya, bahkan tokoh penjahat sekalipun. Alasannya cukup simpel, karena para karakter adalah anak-anak yang mereka ciptakan. Walau begitu dua author laknat...