Chapter 4

1.4K 107 4
                                    

"Tehmu Shinichi," kata Shiho seraya meletakkan secangkir teh hangat dengan sopan di meja bundar di balkon pada suatu malam.

"Ah, arigatou Shiho," kata Shinichi.

Shiho mengambil duduk di kursi seberang Shinichi.

"Okasan sudah tidur?" tanya Shinichi.

"Eh, baru saja," sahut Shiho.

"Terima kasih sudah merawatnya Shiho, entah apa jadinya tanpa dirimu,"

"Aku juga menyayangi Okasan, tidak perlu berterima kasih," ucap Shiho lembut.

"Tapi sejujurnya Shiho, bagaimana perkembangan kondisinya?"

Shiho menggeleng muram, "tidak begitu bagus, kondisinya semakin lemah,"

Shinichi menunduk sedih, "aku tak dapat membayangkan bagaimana sedihnya Otosan,"

Shiho mengedikkan bahunya dengan lemah seraya memandang menerawang pada langit malam, "pada akhirnya orang-orang satu per satu akan pergi. Kita hanya bisa merelakannya dan menyayangi yang masih tersisa, yang mungkin masih ingin tinggal," ia berkata penuh arti. 

"Shiho..." Shinichi tertegun dengan ucapannya.

"Ngomong-ngomong kau sedang menghadapi kasus apalagi?" tanya Shiho sengaja mengalihkan tema seraya menatap tab di tangan Shinichi.

"Ah ini," Shinichi memberikan tab nya pada Shiho untuk dibaca.

"Penulis misteri Tatiana Yamamoto? Kenapa dia?" tanya Shiho setelah membaca laporan kasus Shinichi.

"Aku kebetulan membaca novel-novel misterinya dan Otosan juga sangat mengagumi kemampuan menulisnya yang bisa membuat para pembaca bergidik,"

"Lalu?"

"Beberapa waktu lalu aku menerima surat kaleng di kantorku. Intinya mengatakan, kalau adegan-adegan pembunuhan di novel itu bukanlah fiksi, melainkan kenyataan,"

"Apa herannya? Para penulis kan melakukan riset,"

"Masalahnya, adegan itu sungguhan dilakukan oleh penulisnya sendiri,"

"Nani?" Shiho merinding.

"Itulah yang sedang ingin kuselidiki,"

"Aku pernah membaca beberapa novel Tatiana Yamamoto, mengenai pembunuh itu, bagaimana ia melakukannya? Tatiana Yamamoto kan lumpuh, sementara di novel, jelas-jelas pembunuh itu tidak lumpuh bahkan sangat gesit,"

"Kata surat kaleng itu, Tatiana tidak lumpuh. Jadi, pengirim surat itu bercerita bahwa beberapa tahun lalu ia pernah bekerja rumah besar Tatiana sebagai pelayan. Ia mengaku merasakan keanehan selama bekerja di sana. Tatiana adalah seorang janda berusia 50 tahun, hanya tinggal sendiri dengan para pelayannya yang semuanya wanita. Hanya saja pelayan yang satu ini, merasa ada seseorang yang kerap kali mondar-mandir di koridor rumah tengah malam. Seorang yang mengenakan sepatu bot dan jubah hitam. Dari posturnya kemungkinan seorang pria. Keesokan harinya, ketika pelayan itu membersihkan rumah, ia menemukan jejak lumpur yang belum terlalu bersih di kamar Tatiana. Tidak hanya itu, ia juga melihat beberapa koleksi sepatu Tatiana yang diantaranya ada beberapa sepatu bot yang menempel lumpur,"

Shiho mengernyit, "kalau dia lumpuh seharusnya..."

"Sepatunya bersih," Shinichi melengkapi.

"Jadi maksudmu, pria berjubah itu kemungkinan adalah Tatiana sendiri?"

"Eh, sementara dugaanku begitu, namun aku belum menemukan buktinya,"

"Bagaimana aku dapat membantumu?"

"Cari berita pembunuhan yang korelasi dengan cerita fiksi novel Tatiana,"

"Ah, wakata,"

***

"Hattori-Kun? Kazuha-Chan?" Yusaku termangu ketika suatu malam melihat Heiji dan Kazuha tengah memapah Shinichi pulang ke rumah. Shinichi tampak mabuk berat, wajah Heiji sendiri merah.

"Gomene Yusaku ojisan," kata Kazuha minta maaf kemudian menjelaskan masalahnya, "kami baru saja datang dari Osaka. Heiji dan Shinichi-Kun berbincang-bincang begitu seru sampai akhirnya adu minum. Aku sudah memperingatkan mereka tapi ..."

"Tidak apa-apa, Kazuha-Chan. Aku mengerti, para pria memang seperti itu," ujar Yusaku.

"Ternyata Kudo tidak kuat minum," kata Heiji seraya cengengesan.

"Serahkan saja Shinichi padaku, sepertinya kau juga perlu mengantar Hattori," kata Yusaku pada Kazuha.

"Eh, sekali lagi minta maaf," Kazuha menunduk dalam.

Yusaku memapah Shinichi, mengambil alih dari Heiji sebelum akhirnya menutup pintu.

"Otosan? Shinichi kenapa?" tanya Shiho yang baru turun dari tangga setelah membantu menidurkan ibu mertuanya.

"Mabuk. Biasalah, ada kunjungan dari teman lama jadi begini," jelas Yusaku.

Terdengar Shinichi cegukan.

"Kita harus membawanya ke kamar," kata Yusaku.

"Biar aku bantu papah," kata Shiho seraya memapah Shinichi di sisi yang lain.

Bersusah payah akhirnya Yusaku dan Shiho berhasil merebahkan Shinichi di ranjang.

"Takuuu..." keluh Yusaku melihat kondisi putranya.

"Aku akan mengurusnya Otosan," kata Shiho.

"Maaf merepotkanmu Shiho," kata Yusaku sebelum keluar dari kamar dan menutup pintu.

Shiho membuka sepatu Shinichi satu per satu. Lalu membuka jas kerja dan dasinya. Ketika ia sedang membuka kancing kemeja di dada, mendadak tangan Shinichi menangkup tangannya.

"Eh?" Shiho terkesiap.

"Ran..." Shinichi mengigau memanggil nama Ran.

"Aku bukan Ran," balas Shiho seraya berusaha menarik tangannya kembali.

Namun Shinichi tidak melepasnya, ia malah menarik tubuh Shiho dan mendekapnya. Shiho kaget, ia kehilangan keseimbangan dan jatuh di atas tubuh Shinichi.

"Jangan tinggalkan aku Ran,"

"Aku bukan Ran, lepaskan aku Shinichi," Shiho menggeliat berusaha lepas.

Shinichi meraup tubuh Shiho seperti bantal guling sambil terus mengigau, "aku takkan melepaskanmu Ran... Jangan pergi... Okasan sudah akan pergi... Kau jangan pergi lagi..."

Shiho termangu ketika melihat ada airmata yang mengalir melalui ekor mata Shinichi. Ia mulai paham, meski tampak tegar dari luar, tapi ternyata Shinichi terpukul mengenai ibunya yang sakit parah. Terlebih lagi Ran, wanita yang dicintainya tidak ada di sisinya, bahkan tidak tahu apa-apa. Perlahan tangan Shiho terulur menyentuh wajah Shinichi dan menghapus tetesan airmata itu dengan ibu jarinya.

"Ran..." Shinichi mengigau sekali lagi.

Shiho memberi kecupan ringan di bibir suaminya seraya berbisik, "aku di sini Shinichi..."

Tergelitik oleh bisikan itu, Shinichi akhirnya menarik pinggang Shiho, mengulum bibir wanita itu seraya tangannya mulai menggerayang menjelajahi tubuh istri 'di atas kertasnya.' Kali ini Shiho tidak melawan, ia membiarkan Shinichi memilikinya.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang