Chapter 10

1.4K 110 0
                                    

"Tadaima," ucap Shinichi ketika baru sampai rumah ketika matahari sudah terbenam.

"Ah sudah pulang Shinichi," sambut Yusaku.

"Eh," sahut Shinichi.

"Mana Shiho?"

Shinichi mengerjap, "Loh? Shiho tidak di rumah?"

Yusaku menggeleng, "Dia pergi sejak siang, aku kira dia menyusulmu ke kantor,"

"Tidak, dia tidak ada ke kantor kok. Coba aku hubungi dia," kata Shinichi seraya mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Shiho.

Hanya terdengar nada sambung namun tidak dijawab Shiho.

"Tidak diangkat?" tanya Yusaku.

"Iya, aneh," gumam Shinichi namun kemudian ia tertegun memandang ponselnya. Ia mengernyit seraya mengingat-ingat. Kemarin sore saat sedang mandi, ia yakin samar-samar mendengar ponselnya berdering. Tapi ketika ia periksa, tidak ada history panggilan sama sekali. Ia juga ingat kemarin itu, Shiho sedang mulai membereskan pakaiannya.

Jangan-jangan... Shinichi merasakan firasat buruk.

Buru-buru Shinichi naik ke kamarnya.

"Ada apa Shinichi?" Yusaku melongo bingung.

Shinichi menarik sebuah laci di meja kerjanya dan mengeluarkan kacamata pelacaknya. Ponsel Shiho memiliki GPS. Kalaupun ponselnya sengaja dimatikan, Shiho tidak tahu, arlojinya juga sudah dimodif Profesor Agasa dan dipasang pemancar. Shinichi melakukan itu sejak Black Organization bubar untuk tetap melindungi Shiho dari kemungkinan kejaran anggota lain yang masih tersisa.

Lalu Shinichi melihat titik itu berkedip-kedip dan ia terperangah. Haido? Apa yang dilakukan Shiho di sana?

Shinichi buru-buru turun lagi.

"Shinichi? Ada apa sebenarnya?" tanya Yusaku bingung melihat gelagat putranya.

"Otosan! Tolong hubungi Akai-San!" kata Shinichi seraya berlari ke arah mobilnya.

"Nani?"

"Shiho di gudang lama Haido!" seru Shinichi sebelum melesat cepat dengan mobil sportnya.

***

Shinichi dan Akai Shuichi sampai bersamaan di gudang lama Haido. Shinichi terus mengikuti titik keberadaan Shiho yang tidak bergerak. Kemudian mereka menemukan sebuah gudang tertutup dengan pintu besinya dirantai.

"Di sini! Tidak salah lagi!" Shinichi menunjuk pintu gudang itu.

"Minggir Kudo," gumam Akai.

Shinichi menyingkir sedikit.

Duar! Duar! Duar! Akai menembak tiga kali hingga kuncinya terlepas.

Shinichi mendobrak pintu dan segera mencari-cari.

"Shiho! Shiho!" panggil Shinichi berulang kali, Akai Shuichi ikut masuk menyusulnya.

Shinichi menyalakan senter dari arlojinya dan mulai memeriksa berkeliling. Tercium bau amis darah, ia mengikuti aroma itu sambil berharap dalam hati semoga itu bukan darah Shiho. Shinichi dan Akai memandang lantai dan mengikuti aliran darah segar di sana. Kemudian mereka menemukannya. Shiho yang tergelak di lantai dan terluka parah. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan bekas luka cambukan.

"Shiho!" Shinichi segera menunduk menghampirinya. Ia memeriksa denyut nadi dan napas Shiho. Masih ada.

"Brengsek!" umpat Akai ketika melihat kondisi adik sepupunya. Orang gila mana yang tega mencambukinya berulang kali.

Shinichi membuka mantelnya untuk menyelimuti Shiho dan menggendongnya dengan hati-hati, "kita harus ke rumah sakit,"

"Dengan mobilku saja, aku lebih cepat," kata Akai penuh perhitungan.

Mereka pun melesat ke rumah sakit bersama.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang