Epilogue

1.9K 116 9
                                    

Empat tahun kemudian...

Shinichi menurunkan Michi dari gendongannya ketika telah sampai di nisan Yukiko. Hari itu seluruh keluarga inti Kudo berziarah ke makam Yukiko.

"Ayo Michi, taruh bunganya di sana," pinta Shiho seraya memberikan setangkai krisan ke tangan mungil Michi.

"Hai..." sahut Michi imut, lalu ia berjongkok di depan nisan dan dengan tangan mungilnya meletakkan bunga itu di sana. Kemudian ia kembali lagi kepada Shiho, "sudah Okasan..."

"Ayo sekarang kita berdoa," Shiho yang berlutut memangku Michi, menangkupkan kedua tangan mungilnya seraya menyuruhnya memejamkan mata dan berdoa.

Yusaku dan Shinichi juga ikut berjongkok dan berdoa.

"Sudah empat tahun berlalu sejak Okasan pergi..." gumam Shinichi.

"Eh," Shiho menanggapi.

"Shinichi, Shiho, kalian duluan saja ke mobil. Otosan masih ingin di sini sebentar lagi," kata Yusaku.

"Eh," sahut Shinichi yang mengerti Yusaku menginginkan waktu privasinya.

"Ayo Michi," ajak Shiho seraya menggandengnya.

"Bye Obachan," Michi melambaikan tangannya ke arah nisan.

"Kiss nya mana?" Shiho mengingatkan.

"Muah," Michi memberikan kissbye nya ke arah nisan Yukiko.

Shiho terkekeh dengan sikap imutnya.

"Sini Michi," Shinichi menggendongnya dan mereka bertiga jalan bersama.

"Otosan aku mau ice cream," terdengar Michi meminta pada saat sudah jauh.

"Hai hai... Nanti kita mampir makan ice cream ya," sahut Shinichi.

Setelah memastikan mereka menghilang di belokan, Yusaku kembali memandang nisan istrinya. Matanya berkaca-kaca ketika ia tersenyum lembut dan mulai berkata.

"Kau lihat sendiri Yukiko? Mereka sudah bahagia. Walaupun memang agak sulit pada awalnya. Tapi Shinichi dan Shiho kini saling mencintai, seperti kita dulu,

"Tidak ada lagi yang perlu kau khawatirkan. Rumah juga tidak lagi sepi, karena Michi benar-benar membawa keceriaan seperti dirimu. Shiho-Chan kembali menjadi ilmuwan tapi kini dia punya ruang praktek sendiri di rumah Hakase, sehingga bisa tetap merawat Michi dan mengurus rumah. Dia benar-benar menantu yang berbakti,

"Agensi Shinichi juga semakin besar. Dia sudah banyak merekrut detektif yang selevel dengan Masumi. Sebisa mungkin dia mendelegasikan kasus-kasus besar kepada stafnya, sehingga tidak perlu sering lembur lagi karena Michi memerlukan perhatiannya,

"Kau tak perlu mencemaskan diriku juga. Aku sama sekali tidak kesepian. Kalau Shinichi dan Shiho sedang sama-sama sibuk, aku yang menjaga Michi. Dia benar-benar gadis kecil yang luar biasa. Dia begitu tenang kalau kupangku dan kubacakan cerita. Dia suka segala jenis genre dari sains sampai misteri. Terlebih lagi, Shinichi dan Shiho berencana untuk menambah anak tahun depan. Aku akan semakin kerepotan hingga tak terpikirkan untuk merasa kesepian,

"Tetaplah tersenyum di sana Yukiko..." desah Yusaku seraya menyentuh nisan istrinya. Ia tidak lagi menyimpan beban.

"Otosan tidak apa-apakah?" tanya Shiho seraya melongok ke arah komplek pemakaman dan belum menemukan Yusaku kembali. Saat itu dirinya dan Shinichi masih menunggu di mobil.

"Kurasa tidak apa-apa. Aku mengerti perasaannya," sahut Shinichi kemudian menggenggam tangan Shiho, "aku juga merasakan hal yang sama ketika hampir kehilanganmu,"

"Shinichi..."

Mereka saling mendekatkan kepala untuk berciuman, namun tiba-tiba dari kursi belakang Michi menghalangi mereka. Hasilnya Shinichi dan Shiho hanya mencium pipi Michi. Michi tergelak.

"Otosan dan Okasan kalau cium bagi-bagi donk," kata Michi seraya terkekeh.

Mata Shiho menyipit, "kau benar-benar putri Kudo Shinichi, usilnya sama,"

"Awas kau!" Shinichi menggelitiki perut Michi hingga anak itu tertawa terbahak-bahak.

"Geli Otosan!" seru Michi.

Shiho ikut tertawa melihat mereka.

Matahari di atas sana begitu cerah, seolah merefleksikan senyuman Yukiko yang bahagia melihat mereka dari tempatnya berada.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang