Chapter 11

1.5K 110 0
                                    

Shinichi dan Akai menunggu di koridor selama Shiho ditangani di IGD. Kurang lebih satu jam kemudian, Araide Sensei keluar menghampiri mereka.

"Sensei. Bagaimana kondisi Shiho?" tanya Shinichi seraya menghampiri Araide. Akai Shuichi menyusul di belakangnya.

"Luka-lukanya parah, kondisi Shiho-San masih kritis. Dia harus dipantau ketat di ruang HCU," kata Araide muram.

"Lalu bagaimana? Apakah Shiho bisa pulih?" tanya Shinichi lagi dengan mata berkaca-kaca.

Araide tampak sulit menjelaskan, "kita lihat saja nanti Shinichi-Kun. Sejauh ini, aku cukup takjub juga Shiho-San masih bertahan, jika orang lain mengalami luka-luka seperti ini, entah apa yang terjadi. Mungkin juga karena Shiho-San memiliki tekad kuat melindungi bayinya ketika hal mengerikan tersebut terjadi,"

Shinichi mengerjap, "Bayi?"

Akai Shuichi pun terperangah.

"Eh, kau tidak tahu? Shiho-San sudah mengandung enam minggu. Baru dua hari lalu dia melakukan cek up kandungan di sini," Araide membeberkan.

Shinichi menyentuh keningnya dan agak sedikit terhuyung.

"Kudo!" Akai memegang bahunya, "kau tidak apa-apa?"

Airmata Shinichi mengalir, "Shiho mengandung... Aku tidak tahu..."

"Kuatkan dirimu, Shiho membutuhkanmu," pinta Akai seraya meremas bahu Shinichi.

"Aku ingin melihatnya Sensei," pinta Shinichi pada Araide.

"Boleh saja sementara kami urus dulu proses perpindahannya ke HCU,"

Shinichi berjalan lunglai ketika memasuki ruang IGD. Seakan setiap langkahnya harus diperhitungkan karena salah sedikit saja sendinya bergerak, ia akan ambruk. Tubuhnya lemas, seluruh sarafnya sakit tersengat. Airmata kembali mengalir ketika ia melihat kondisi Shiho. Mata Shiho terpejam rapat dan menggunakan ventilator. Infus cairan elektrolit dan vitamin terpasang di nadi-nadinya. Sebuah monitor terus mengawasi detak jantungnya.

Shinichi menjatuhkan dirinya duduk di tepi ranjang. Ia memandang seluruh tubuh Shiho yang terdapat bekas cambukan. Shinichi mengulurkan tangannya untuk menyibak sedikit bagian kerah piyama Shiho. Cambukan itu bahkan mengenai lehernya, kemudian wajah cantik Shiho juga tak luput dari luka itu. Hati Shinichi teriris begitu pedih melihatnya. Airmata semakin membanjiri wajah Shinichi ketika ia menggenggam tangan Shiho yang bertumpu di perutnya, yang kini Shinichi tahu, sudah ada kehidupan lain di dalam sana. Entah apakah bayinya ikut kesakitan karena cambukan itu atau tidak. Yang pasti, dengan kondisi luka seperti ini, ada baiknya juga Shiho tidur beberapa waktu lagi. Kalau tidak, ia pasti akan meraung kesakitan.

"Gomene Shiho..." bisik Shinichi seraya menatap wajah istrinya, "aku telah gagal melindungimu..." dengan lembut ia menyentuh kening Shiho dengan bibirnya.

***

"Shinichi," terdengar suara lembut seorang wanita berwibawa memanggil.

Shinichi bangun mengangkat wajahnya dari sikunya, "Mary-San?"

"Sudah tiga hari tiga malam kau menunggui Shiho, sebaiknya kita bergantian saja," Mary mengusulkan.

"Tapi..." Shinichi memandang Shiho yang masih tidak sadarkan diri. Ia tidak mau pergi meninggalkan Shiho.

"Aku dan Masumi akan menjaganya, jika ada perkembangan, kami akan langsung menghubungimu," lanjut Mary.

"Eh, kau sudah menginap tiga hari di sini, sebaiknya istirahat dulu di rumah yang lebih nyaman," timpal Masumi.

Shinichi akhirnya mengangguk menyetujui. Perlahan ia bangkit berdiri, ia menunduk untuk mengecup kening Shiho sesaat sebelum keluar dari kamar dan bertemu Akai Shuichi di koridor.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang