Chapter 17

1.9K 111 0
                                    

Shinichi menemukan wanita itu sedang merajut di sofa yang menghadap jendela besar. Akhir-akhir ini Shiho jadi lebih sering merajut.

"Kau sudah seharian merajut Shiho. Istirahat dulu," pinta Shinichi yang menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.

"Aku harus menyelesaikannya selagi sempat," sahut Shiho tanpa berhenti merajut.

Shinichi melihat bentuk rajutan itu, "bukankah itu terlalu besar untuk pakaian bayi?"

"Aku membuatkan syal untukmu,"

Lagi lagi dada Shinichi merasakan sentakan lunak oleh keharuan. Ia pun berlutut di hadapan Shiho. Secara halus menyingkirkan peralatan rajut itu dari pangkuannya. Shiho memandangnya tak mengerti. Kemudian Shinichi mengeluarkan sesuatu yang dari tadi disembunyikan di punggungnya. Ia sudah merancang ini sejak lama.

"Selamat ulang tahun Shiho," ucap Shinichi seraya menyodorkan sebuket bunga lili putih.

Shiho tertegun menatap bunga itu.

"Karena aku tidak bisa buat kue, aku sudah belikan cheesecake strawberry untuk kita makan bersama dan jangan lupa untuk membuat permintaan."

Shiho bahkan tidak ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.

"Gomene, aku tak pernah ingat hari ulang tahunmu, padahal tahun lalu kau sudah bawakan cheesecake strawberry ke kantorku. Tapi aku janji mulai hari ini dan tahun-tahun mendatang, aku akan selalu ingat,"

Tahun-tahun mendatang? Batin Shiho. Padahal pernikahan mereka sudah diambang akhir. Pernikahan? Apa sungguh ada pernikahan? Tidak ada.

"Ah dan aku masih punya satu hadiah besar lagi,"

"Eh?"

"Ayo," Shinichi mengajaknya dan membimbingnya ke sebuah kamar lain. Kamar kosong yang biasanya dijadikan kamar tamu.

Shinichi membuka pintu kamar dan menggandeng Shiho masuk. Ketika lampu kamar menyala, Shiho terkesiap dengan pemandangan kamar tersebut. Kamar tamu itu sudah disulap menjadi kamar bayi.

"Kau suka?" tanya Shinichi.

Shiho memeriksa kamar tersebut. Semuanya sudah didekor untuk menyambut bayi perempuan. Cat kamarnya berwarna pink muda lembut dengan wallpaper yang lucu-lucu. Kamar itu sudah lengkap dengan tempat tidur bayi, mainan, baju, popok, kereta dorong dan lain-lainnya.

"Aku berusaha semaksimal mungkin menyesuaikan seleramu. Seleramu kan tinggi dan mahal. Tapi kalau kau masih mau rubah boleh kok," timpal Shinichi.

"U-untuk apa?" tanya Shiho memandang Shinichi tak mengerti.

"Nani?"

"Untuk apa semua ini?"

"Untuk apa? Ya tentu saja untuk bayi kita,"

Shiho refleks menyentuh perutnya penuh perlindungan, "aku tak mau berpisah dari anak ini," katanya yang mengira Shinichi akan mengambil anak mereka ketika bercerai.

Shinichi semakin bingung, "Aku tak mengerti jalan pikiranmu. Siapa yang mau memisahkanmu dari bayi kita?" lalu ia menghampiri Shiho dan merengkuh bahunya seraya berkata sejelas-jelasnya, "kita akan merawatnya bersama-sama,"

Shiho menatapnya tak mengerti, "tapi..."

"Bagaimana jika kau buka hadiah yang ini dulu? Dengan begitu kau akan mengerti," kata Shinichi seraya mengambil sebuah kotak ukuran sedang dari tempat tidur bayi.

Ragu-ragu Shiho menarik pita kotak itu dan membukanya. Tidak ada apa-apa di dalamnya. Kotak itu hanya berisi hancuran kertas yang panjang-panjang.

"Lihat baik-baik itu apa..." pinta Shinichi.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang