Chapter 8

1.4K 106 0
                                    

Abu Yukiko akhirnya dimakamkan. Yang hadir di pemakaman hanya para kolega dekat Shinichi. Wartawan tidak diijinkan meliput karena Yusaku menginginkan ketenangan. Namun ucapan duka cita banyak terpampang di surat kabar, majalah dan berita di TV. Seluruh Jepang berbelasungkawa dengan kepergian aktris legendaris Fujimine Yukiko.

Sepeninggal Yukiko, rumah keluarga Kudo jadi suram. Yusaku lebih suka mengurung diri di kamarnya sambil memeluk bingkai foto istrinya. Shinichi sendiri suka menghabiskan waktu di perpustakaan untuk membuka-buka album lama yang ada foto dirinya bersama ibunya. Sementara Shiho juga bingung harus berbuat apa. Ia terbiasa sibuk mengurus dan merawat ibu mertuanya. Kini ketika Yukiko tidak ada, ia tidak tahu harus bagaimana mengisi kekosongan itu.

"Ah di sini kau rupanya," kata Shinichi yang menemukan Shiho sedang duduk di ranjang kosong Yukiko.

"Ada apa?" tanya Shiho.

"Otosan mana?"

"Ke makam lagi,"

"Oh, aku mengerti,"

Yusaku masih suka ke makam Yukiko untuk meletakkan bunga.

"Ada yang kau ingin bicarakan denganku?" tanya Shiho.

"Ano... Shiho... Aku tahu ini bukan saatnya... Okasan baru pergi dua minggu tapi..."

"Nani?"

"Aku baru dapat kabar, Ran besok akan sampai di Jepang. Studinya sudah selesai,"

Shiho mengerti, kontrak mereka akhirnya akan jatuh tempo, "beri aku waktu untuk membereskan barang-barangku,"

"Eh, pelan-pelan saja Shiho. Beri tahu aku kalau perlu bantuan,"

"Uhm," Shiho mengangguk.

"Mengenai Otosan, biar nanti aku yang akan menjelaskannya,"

"Wakata,"

"Aku mau mandi dulu," kata Shinichi sebelum keluar kamar.

Setelah sendiri lagi, Shiho kembali memandang ranjang Yukiko tepat di sisi biasanya Yukiko berbaring. Kemudian tangannya menyentuh perutnya yang masih rata. Di dalam sana sudah ada mahkluk kecil berusia enam minggu. Dan yang mengetahuinya hanya dirinya dan Yukiko.

Gomene Okasan... batin Shiho. Tampaknya aku dan anak ini hanya akan hidup berdua saja...Tapi kau tidak perlu khawatir... Aku akan menjaganya dengan sebaik-baiknya...

***

Shiho masuk ke kamar ketika Shinichi sedang mandi. Ia mulai membuka lemari pakaiannya untuk memilah-milah baju mana yang akan mulai dicicil untuk dipacking. Tanpa terasa dua tahun telah berlalu sejak dirinya sepakat untuk menikah kontrak dengan Shinichi. Pada akhirnya, segala yang telah dilakukannya, tidak berarti bagi Shinichi. Namun mengingat saat-saat terakhir Yukiko yang memejamkan mata dengan senyum, Shiho tahu semuanya sepadan.

Mendadak terdengar dering ponsel Shinichi yang tergeletak di tempat tidur. Melihat sepertinya Shinichi mandinya masih lama, Shiho meraihnya. Nomor di layar ponsel merupakan private number. Shiho pun menjawabnya.

"Mo..."

"Kudo Shinichi," kata sebuah suara berat seorang pria di seberang sana.

Shiho terdiam.

"Jangan dikira aku tidak tahu apa yang tengah kau selidiki,"

Jantung Shiho berdegup cepat.

"Temui aku di gudang lama Haido besok jam 2 siang," ujar pria itu sebelum memutus sambungan.

Shiho memandang pintu kamar mandi. Masih terdengar suara pancuran air dari Shinichi yang sedang mandi di baliknya.

Shiho-Chan, aku mohon, apapun yang terjadi tetaplah berdiri mendukung Shinichi. Bila dia mendapatkan tekanan dari sana-sini, bantulah dia...

Apapun yang terjadi... Tolong jaga keluarga Kudo...

Shiho yang teringat pesan Yukiko memutuskan untuk menghapus panggilan itu. Ia akan menghadapi pria misterius ini seorang diri.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang