Chapter 7

1.4K 109 1
                                    

"Okasan sudah tidur?" tanya Shinichi ketika melihat Shiho baru masuk kamar.

"Eh, baru saja, sekarang Otosan sedang menjaganya," jawab Shiho.

"Ah yukata ne" timpal Shinichi seraya menyusun kartu-kartu di lantai karpet.

"Ngomong-ngomong kau sedang apa?" tanya Shiho.

"Sambil menunggu malam pergantian tahun, bagaimana kalau kita main karuta?"

Shiho nyengir seraya terkekeh, "kau yakin? Tidak kapok?"

"Nani?"

"Kau lupa aku pernah menghajar wajahmu dengan karuta saat kita sedang bermain bersama detektif cilik?" Shiho membayangkan dengan geli.

Shinichi bergidik canggung, "ya kau pakai tenaga kira-kira lah!"

"Hai hai," Shiho akhirnya duduk bersimpuh di seberang Shinichi menghadap hamparan kartu karuta.

"Kita mulai sekarang ya," Shinichi bersiap.

"Oke,"

Shinichi memutar tape kecil yang membacakan syair-syair. Shiho melempar kartu karutanya selangkah lebih cepat. Mereka terus bermain hingga perlahan-lahan kartu karuta berkurang. Terkadang Shiho yang lebih cepat, terkadang Shinichi yang lebih cepat. Sampai akhirnya ketika sisa kartu itu tinggal tiga lembar.

Hup!

Tangan Shinichi dan Shiho bertumpu di kartu yang sama.

"Aku yang dapat lebih dulu," Shiho menggeram.

"Aku!" Shinichi tak mau kalah.

"Aku duluan!" Shiho bersikeras.

"Ih aku!" Shinichi juga terus memaksa dan berusaha menggeser kartu, hal itu membuat Shiho kehilangan keseimbangan dan akan jatuh ke lantai.

"Eh..."

"Shiho!" Shinichi menangkap belakang kepala Shiho sebelum menghantam lantai.

Duarrr! Terdengar bunyi kembang api yang menandakan pergantian tahun.

Namun bukannya buru-buru keluar balkon. Shinichi dan Shiho hanya saling diam berpandangan. Keheningan sejenak menyita perhatian waktu.

"Shin... Shinichi..." bisik Shiho dengan wajah merona.

Shinichi menjawab bisikan itu dengan mencium bibir Shiho. Shiho pun mengalungkan lengannya ke leher Shinichi untuk membuat pagutannya lebih dalam. Pada akhirnya kembang api pergantian tahun itu tidak dipedulikan lagi. Bahkan untuk pindah ke atas tempat tidur juga rasanya begitu malas. Mereka bercinta di antara kartu karuta yang berserakan.

***

"Otosan! Shiho! Apa yang terjadi? Bagaimana Okasan?" tanya Shinichi yang baru sampai di koridor rumah sakit.

"Okasan tiba-tiba saja pingsan..." kata Shiho dengan suara tercekat menahan tangis.

"Dokter sedang memeriksanya," sambung Yusaku.

Mereka menunggu beberapa saat sebelum dokter keluar dari ruangan.

"Bagaimana istri saya Dokter?" tanya Yusaku yang menghampiri dokter.

Dokter tersebut menggeleng lemah, "Yukiko-San sudah sampai batasnya. Tidak ada lagi yang dapat kami lakukan. Manfaatkanlah waktu kalian dengan sebaik-baiknya,"

Shiho menangis sesenggukan.

"Shiho," Shinichi memeluknya.

Yusaku juga tertunduk muram. Siapa sangka ia akan kehilangan Yukiko secepat ini?

***

"Shiho..." panggil Yukiko tengah malam.

Shiho duduk di tepi ranjang seraya menggenggam tangan Yukiko dan menanyainya, "Okasan, apa kau ingin sesuatu?"

"Mana Yu-Chan dan Shin-Chan?"

"Mereka sedang mengurus administrasi,"

"Shiho..."

"Nani?"

"Apapun yang terjadi... Tolong jaga keluarga Kudo..."

"Okasan..." Shiho terisak.

"Berjanjilah,"

"Aku berjanji," ucap Shiho dengan airmata berlinang.

Yukiko tersenyum lemah, "kau juga... jangan takut untuk jadi ibu... beri anak yang banyak... untuk Shin-Chan..."

"Okasan... aku..."

"Uhm?"

"Sebenarnya... Aku sudah..."

Mata Yukiko tampak berkaca-kaca ketika ia mengerti maksudnya, "kau sudah hamil?"

"Uhm, sudah empat minggu," Shiho mengangguk.

"Senang sekali... Aku masih sempat... mendengar hal itu... kau harus jaga dirimu... Shiho-Chan..."

"Eh," sahut Shiho yang semakin sesenggukan.

"Anak kalian... pasti cerdas... cantik atau tampan..."

"Okasan... Jangan pergi... Nanti bagaimana denganku?" Shiho menangis seraya menyandarkan pipinya di dada Yukiko.

"Tidak perlu cemas... Shiho-Chan... Kelak Shin-Chan pasti mencintaimu... Apalagi... kau akan memberinya anak..."

"Okasan... Kau harus bertahan, jika ingin melihat anak ini..." Shiho merajuk.

Yukiko hanya menggeleng lemah, "Beri nama Michi... kalau perempuan.... Dan beri nama Yuichi... Kalau anaknya laki-laki..."

"Okasan..."

"Okasan mengantuk sekali... Okasan tidur dulu..." Yukiko memejamkan matanya dengan tenang untuk selamanya.

"Okasan! Okasan!" Shiho berteriak. Ia memencet bel kamar seraya terus memanggil Yukiko tanpa henti.

Yusaku, Shinichi dan tim dokter datang bersamaan.

Setelah melakukan pengecekan, tak lama kemudian mereka melihat dokter dan timnya menyelimuti Yukiko hingga ke kepala. Yukiko resmi dinyatakan meninggal dunia.

"Tidak! Okasan!" Shiho meraung.

"Shiho! Sshh!" Shinichi memeluknya erat.

"Okasan..." Shiho mencengkram kemeja di dada Shinichi kuat-kuat.

"Okasan sudah pergi Shiho..." bisik Shinichi dengan airmata juga berlinangan.

Dengan kesedihan mendalam Yusaku mendekati jenasah istrinya dan memberi kecupan di kening Yukiko untuk terakhir kali.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang