03

584 53 5
                                    

"Apakah aku boleh tahu siapa namamu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah aku boleh tahu siapa namamu?"

***

Satu bulan telah berlalu sejak Eden memulai pekerjaannya. Seperti yang ia duga, hampir setengah hidupnya ia habiskan di tempat ini. Tempat penuh dengan berbagai macam barang dan selalu dikunjungi banyak orang. Walaupun begitu Eden merasa senang karena tidak harus terkurung di sebuah ruangan. Sang bos pun sangat puas dengan kinerja Eden selama ini padahal ia hanya bertugas mengisi etalase saat stok barang di sana mulai menipis. Lelaki bertinggi 178 cm itu juga bertugas menurunkan barang saat stok barang dari gudang dikirimkan.

Hari ini mereka akan kedatangan karyawan paruh waktu. Sang bos berbaik hati mengirimkan Eden bantuan karena menurutnya jam kerja lelaki bertubuh kurus itu jalani terlalu berlebihan.

"Selamat siang."

Suara penuh keceriaan tiba-tiba menyapa telinga Eden. Lelaki itu pun mengalihkan pandangannya pada pintu masuk toko. Matanya menangkap lelaki yang lebih pendek darinya sedang tersenyum ke arahnya. Dengan kaus bertuliskan 1997 dan dibalut dengan kemeja flanel berwarna abu-abu anak itu mulai mendekat.

"Selamat datang, ada yang aku bisa bantu?" sapa Eden.

"Mm, aku salah satu karyawan paruh waktu yang akan bekerja mulai hari ini."

Sebelum Eden sempat menjawab perkataan anak itu, bosnya yang baru saja kembali dari gudang mendekat ke arah mereka dan menyapa karyawan paruh waktu itu. Lelaki itu terlihat lebih muda dari Eden. Ia terlihat seperti seorang mahasiswa dari kampus yang tidak jauh dari sana. Rambutnya hitam legam senada dengan warna matanya. Senyum di bibirnya membuat suasana toko terasa aneh. Setidaknya itu lah yang dirasakan Eden.

"Kau sudah datang rupanya. Eden, perkenalkan ini Lav. Dia akan bekerja denganmu mulai hari ini."

Eden mengedipkan matanya beberapa kali mencerna perkataan dari bosnya lalu tersenyum tipis. "Eden," ucapnya memperkenalkan diri.

"Aku Lav. Mohon bimbingannya," balas anak itu bersemangat dengan senyum yang mengembang di bibirnya.

Eden merasa canggung di dekat anak ini. Senyum yang ia tunjukan entah mengapa membuat Eden tidak nyaman. Lelaki berambut hitam itu pun memilih untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat ia tunda. Sedangkan, Lav ia merasa sedikit sedih karena Eden mengabaikannya begitu saja. Ia berjalan ke arah gudang dan meletakan tasnya di sana. Sesekali ia melihat ke arah pintu gudang, ragu untuk keluar dari sana. Sejujurnya, ia sedikit takut dengan tatapan Eden.

"Keluarlah jika sudah selesai menaruh tasmu. Barang dari gudang sudah datang."

Lav sedikit terlonjak dengan suara Eden yang terasa sangat dekat di telinganya. Ia melihat kesekelilingnya dan tak melihat kehadiran Eden di sana. Bulu kuduknya mulai berdiri dan segera keluar dari ruangan sempit itu. Ia memutuskan untuk mendekat ke arah Eden yang sedang berbicara dengan seseorang.

Bridge of Flower Petals [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang