06

372 50 7
                                    

"Aku membelinya untukmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku membelinya untukmu."

***

Langkah mereka beriringan di tengah heningnya malam. Walaupun ada jarak diantara mereka, keduanya masih merasakan kehangatan disana. Sesekali Gree mencuri pandang pada lelaki yang lebih muda darinya itu. Dapat ia lihat pipi yang memerah entah karena malu atau karena dinginnya malam. Sedangkan yang lebih muda memilih melihat jalanan yang ia lewati dengan gemuruh di dadanya. Lelaki itu bahkan tidak bisa menyembunyikan senyum kecilnya. Memberanikan diri, Gree mendekat untuk mengapus jarak diantara mereka. Mata mereka bertemu lalu saling tersenyum malu.

"Ini rumahku," ucap Eden sembari menunjuk tangga yang mengarah ke atap sebuah gedung apartemen sederhana.

"Rumahmu, di atas?" tanya Gree memastikan.

Eden menganggukan kepalanya sembari menaiki satu anak tangga yang membuatnya sejajar dengan tinggi Gree. "Rumah atap. Kau belum pernah mendengar hal semacam itu?"

Gree tertawa kecil lalu menggelengkan kepalanya. Matanya menyusuri tangga dibelakang Eden lalu beralih pada atap gedung yang terdapat rumah lelaki manis itu berada. Gree kembali tersenyum dan mendekat kepada Eden. Kali ini tak ada keraguan pada hatinya. Perlahan ia membawa tangannya pada pipi Eden lalu mengusapnya pelan.

Eden terkejut saat Gree mengusap pipinya. Bukan karena tidak nyaman, ia terkejut saat merasakan suhu tubuh lelaki itu. Dengan cepat ia mengambil tangan Gree yang ada di pipinya lalu menggengamnya erat. Eden menyeritkan dahinya lalu membawa tangannya ke pipi lelaki itu. Gree terbingung melihat tingkah Eden lalu bertanya, "Ada apa?"

"Apa kau demam?" tanya Eden dengan nada khawatir.

"Hm?" dengan wajah kebingungan, Gree menempelkan telapak tangannya pada dahi dan kedua pipinya lalu memandang Eden yang sudah menyeritkan dahinya seta merapatkan bibirnya kesal. Gree meneguk ludahnya melihat wajah kesal Eden.

"Mm, aku tidak menyadarinya jika aku demam," ucap Gree lalu menundukan kepalanya menghindari tatapan tajam dari manik merah muda milik Eden.

Eden menghela nafasnya dan memabawa Gree menuju rumahnya. Gree sempat terpaku dengan suasana sekitar tempat tinggal Eden. Bayangan awalnya akan terlihat kosong dan membosankan, namun bahkan disekitar rumah ini banyak pot-pot yang berisi bunga warna-warni. Sangat indah. Bangunan yang berdiri kokoh disana bercat putih bersih degan pintu kayu berwarna coklat. Saat masuk di dalamnya terlihat sangat rapih dan nyaman untuk ditinggali.

Eden segera menuju lemari pakaiannya sesaat setelah memasuki rumahnya. Ia mengambil sebuah pakaian untuk Gree lalu memberikannya pada lelaki itu.

"Pakai ini. Badanmu pasti berkeringat," ucap Eden sembari memberikan pakaian itu lalu melanjutkan untuk menata kasurnya. Gree segera menuju kamar mandi yang terlihat di depan mata. Setelah mengganti bajunya, ia dapat melihat bagaimana sibuknya Eden untuk membuat dua gelas minuman hangat di dapur.

Bridge of Flower Petals [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang