17

312 39 6
                                    

"Ini bukan alasan Eden dipenjara, kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini bukan alasan Eden dipenjara, kan?"

***

Siang ini Remy kembali mengajak Eden untuk berjalan-jalan di sekitaran kota Utara. Seperti biasanya, Eden yang lebih nyaman di kamarnya hanya menggerutu dan menurunkan topi yang ia kenakan untuk menutupi wajahnya. Kali ini Remy mengajak Eden untuk berbelanja atau lebih tepatnya menemaninya berbelanja. Lelaki itu melangkahkan kakinya dengan riang memasuki toko-toko yang buka di sebuah kawasan khusus perbelanjaan. Sedangkan Eden hanya mengikuti di belakangnya.

"Magenta, jika kau ingin membeli sesuatu pakailah kartu yang aku berikan padamu. Aku akan pergi ke suatu tempat terlebih dahulu."

Eden tidak ingin. Ia ingin pulang. Setelah melihat Remy yang mulai menghilang di tengah keramaian, Eden melangkahkan kakinya menjauhi keramaian kawasan itu. Langkahnya terhenti pada persimpangan jalan yang dipenuhi pejalan kaki. Eden memutuskan untuk kembali ke bar karena ia tidak tahu kapan Remy akan kembali. Kepalanya mengadah melihat berbagai papan iklan yang terpasang pada gedung-gedung tinggi di sebrang sana. Ia terdiam saat melihat sosok yang tidak asing baginya muncul di layar LED besar disana. Air matanya seketika menetes. Ia tidak menyangka jika lelaki itu hidup dengan sangat baik bahkan mempu mengadakan sebuah konser tunggal. Eden menundukan kepalanya. Tangannya mengepal. Air mata menetes membasahi jalanan yang ia pijaki.

"Maru," ucapnya pelan.

Eden melangkahkan kakinya bersamaan dengan pejalan kaki yang lain. Ini merupakan kesempatannya untuk menemui lelaki itu walaupun Eden tidak mempunyai petunjuk apapun mengenai keberadaannya. Eden mengeluarkan ponselnya dan mencari gedung tempat Maru akan mengadakan konser. Setelah mendapatkannya, lelaki itu langsung mengehentikan sebuah taksi dan pergi ke alamat hasil pencariannya di internet.

Sesampainya disana, Eden langsung mencari penanggung jawab gedung itu yang ternyata ada disana. Eden mencoba berbicara dengan lelaki berusia 35an tahun itu dan mencoba untuk meminta alamat Maru namun, lelaki itu tidak memberikannya pada Eden karena alasan privasi. Eden mengusap wajahnya kesal. Ia merasa mual karena sepanjang matanya memandang ada poster konser Maru di sana.

Eden melangkahkan kakinya keluar dari gedung sembari membenarkan topi di kepalanya. Tanpa Eden sadari sosok yang ia cari berjalan berlawanan dengannya. Berbeda dengan Eden, lelaki tinggi itu menyadari keberadaan Eden melewatinya. Kedatangannya ke sana, disambut ramah oleh penanggung jawab gedung itu.

"Aku akan melihat sekitar, kau boleh kembali," ucap Maru pada penanggung jawab gedung itu.

Ia melangkahkan kakinya ke taman dekat gedung yang terbilang cukup sepi. Ia mengambil ponsel dalam kantung celananya dan memasukan beberapa nomor. Cukup lama sampai panggilan itu terangkat.

"Aku membutuhkan bantuanmu," ucap Maru.

"Katakan, Maru."

"Cari keberadaan seseorang bernama Eden Magenter. Kau harus menemukannya sebelum konserku berlangsung."

Bridge of Flower Petals [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang