07

351 39 6
                                    

"Selamat tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat tidur. Aku berjanji akan mencari pembunuh orang tuamu."

***

Lonceng yang tergantung pada pintu kaca itu berbunyi kala laki-laki bertubuh tinggi dengan jaket hitam mendorongnya. Dengan nafas yang terengah, mata lelaki itu menyusuri café mencari seseorang yang tersambung di telefon bersamanya beberapa saat yang lalu. Pandangannya tertuju pada sosok laki-laki di sudut café yang sedang sibuk memandang keluar jendela sembari menyesap latte di cangkir putihnya. Lelaki berjaket hitam itu akhirnya mengampirinya dan langsung mendudukan dirinya pada kursi yang ada disana. 

“Oh! Ar,” lelaki yang sedari tadi memandang ke luar jendela itu nampak terkejut saat melihat seseorang yang ia tunggu sudah duduk di depannya.

Ar tidak bereaksi. Ia hanya memandang datar ke arah Blue - lelaki di depannya sembari merapatkan rahangnya. Sedangkan Blue segera memesankan minuman untuk lelaki itu lalu kembali ke tempat duduknya. Blue tersenyum lalu menaruh kedua tangannya pada meja tanda jika ia siap untuk bercerita.

“Ar, mungkinkah jika Gree sudah melupakan Sarah?”

Ar mengerutkan dahinya saat mendengar ucapan Blue.

“Ia kembali pada dirinya yang dulu. Ia kembali menjadi Gree yang aneh. Apa kau merasa ada yang berbeda padanya?”

“Ck. Bagaimana aku tahu, aku bahkan terakhir kali bertemu Gree tiga hari yang lalu,” ucap Ar masih dengan kerut di dahinya.

“Cih, sahabat macam apa kau,” Blue mulai memajukan bibirnya dan ikut mengerutkan dahinya.

“Aku bukan sahabatnya. Aku teman dekatnya,” ucap Ar sembari menyesap ice americano yang Blue pesan untuknya.

“Mm. Terserah padamu. Kau tau, pagi ini dia datang ke kantor menggunakan hoodie,” ucap Blue bersemangat.

“He? Hoodie?”

Blue menganggukan kepalanya semangat. “Iya. Hoodie. Kau tidak tahu hoodie?”

Ar hanya memandang datar ke arah Blue saat bibir tipis itu mulai menggodanya. Sedangkan Blue yang merasa tidak ada respon dari Ar akhirnya memilih untuk melanjutkan ucapannya.

“Dia tidak memakai kemeja dan setelan jasnya, ia menggunakan hoodie berwarna maroon. Sungguh memalukan.”

“Jika memang benar, bukankah bagus jika ia kembali pada dirinya yang dulu. Gree yang kita kenal.”

“Tapi, ini sangat tiba-tiba. Gree yang dulu pun tidak separah sekarang.”

Ar memandang Blue bingung. Disatu sisi lelaki itu mendukung penuh dengan perubahan Gree, namun disisi lainnya tak segan-segan mencelanya.

Bridge of Flower Petals [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang