23

662 55 10
                                    

Eden memainkan ponselnya sembari sesekali menyedot iced latte yang ia pesan beberapa menit yang lalu. Ia sedang menunggu seseorang yang semalam ia hubungi. Eden sengaja datang lima menit lebih awal karena ia benar-benar tidak sabar untuk bertemu dengan orang tersebut. Sejujurnya, Eden merasa bersalah dengan perlakuannya pada lelaki yang akan ia temui itu. Maka dari itu, ia memutuskan untuk bertemu dengannya.

Eden mengalihkan pandangannya pada bunyi lonceng tanda pintu café dibuka. Ia mengembangkan senyumnya saat melihat orang yang ia tunggu-tunggu. "Lav." Eden melambaikan tangannya. Lav yang melihat Eden pun tersenyum dan segera menghampirinya.

Ia memeluk Eden erat. Hatinya menggumamkan nama Eden seraya mengeratkan pelukan itu. "Lav, bagaimana kabarmu?" ucapan Eden membuat Lav melepaskan pelukannya. Ia menatap Eden lekat. Tidak ada yang berubah dari lelaki itu. Hanya saja Eden terlihat lebih bahagia dari sebelumnya.

"Bagaimana kabarmu?" Lav menjawab pertanyaan Eden dengan pertanyaan. Ia duduk di depan lelaki itu setelah memesan minuman. Senyum tidak lepas dari wajah Lav. Lelaki itu berubah banyak. Lav yang sekarang lebih dewasa dari Lav yang terakhir kali ia lihat.

"Aku baik-baik saja. Sangat baik. Bagaimana denganmu?"

"Akupun baik. Sangat baik."

"Kau tahu, aku sangat merindukanmu," lanjut Lav sembari meminum minuman yang ia pesan.

Eden tersenyum lalu terkekeh pelan.

"Saat pertama kali aku tahu kau pergi dari pusat, aku langsung mendatangi Gree."

Eden menghentikan usapannya pada gelas kaca di depannya yang mulai berair. Ia menatap Lav yang sedang tersenyum tipis.

"Saat aku berhasil bertemu dengannya, aku terdiam dan tersadar. Ah, ternyata tidak hanya aku yang hancur saat kau pergi. Lelaki itu, Gree. Bahkan lebih hancur dari pada aku."

Lav tersenyum dan mengambil tangan Eden yang terdiam. "Apa yang kau lakukan di Barat? Apakah semua berjalan dengan lancar?"

Eden menganggukan kepalanya. "Aku mengambil ujian masuk perguruan tinggi dan melanjutkan apa yang telah aku perlajari sebelumnya. Aku tidak menyangka jika aku akan bisa mencapai titik ini karena tujuanku sebenarnya hanya...Gree. Mungkin karena hal itulah aku bisa menjadi apa aku sekarang. Aku meraih cita-cita sekaligus orang yang aku cintai."

"Tujuanmu kembali ke Pusat hanya Gree?" ucap Lav sembari memajukan bibirnya.

"Tidak, aku memang dipindah tugaskan disini. Selain itu aku juga ingin bertemu dengan kalian dan meminta maaf apa yang telah aku lakukan."

"Kau tidak melakukan kesalah apapun. Aku rasa semua orang yang mengenalmu pun akan mengatakan hal yang sama."

Eden menganggukan kepalanya mengerti, "Lalu, bagaimana dengan dirimu?"

"Aku lulus tepat waktu, mendapatkan pekerjaan yang selama ini aku impikan dan...beberapa hari yang lalu Mauve melamarku."

Eden membuka mulutnya kaget, "Apa yang kau katakan? Mauve? Kau bertunangan dengan Mauve?"

Lav terkekeh dengan reaksi yang Eden tunjukan. Ia menganggukan kepalanya kemudian.

"Banyak hal yang baru di Pusat. Aku kira kau akan berakhir dengan Cal, tapi ternyata anak itu memacari adikku."

"Woah, aku tidak menyangka kau akan bertemu dengan Cal secepat itu. Lagi pula, aku tidak akan cocok dengan Cal. Anak itu selalu membuatku marah. Berbeda dengan Mauve. Dia selalu mempunyai cara untuk menenangkanku."

Eden menatap Lav kagum. Ia tidak tahu apa yang telah Mauve perbuat. Tapi, Eden dapat melihat binar cinta di mata Lav.

"Ah, benar. Sayang sekali kau tidak bisa datang ke pernikahan Ar dan Blue. Jika saja kau datang lebih awal."

Bridge of Flower Petals [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang