08

379 46 7
                                    

"Can I

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Can I..."

***

Gree memarkirkan mobilnya tepat di depan gedung tempat tinggal Eden. Tangan panjangnya terulur mengambil sebuah tas hitam di kursi samping mobilnya. Ia keluar dari mobil hitamnya dan melangkahkan kakinya menaiki anak tangga yang menjadi satu-satunya jalan ke rumah sederhana milik Eden. Dua kali ketukan pintu dan sang pemilik rumah membukanya dengan senyum di wajah manisnya.

"Apa aku menggangu tidurmu?" tanya Gree.

Eden menggelengkan kepalanya dan membuka pintu lebar memberikan jalan kepada Gree.

"Kau datang lebih cepat dari yang kuduga."

"Benar kan? Ternyata urusan temanku selesai lebih cepat," ujar Gree sembari meletakan tas hitam miliknya di atas rak sepatu. Ia segera melepas sepatunya dan melangkah masuk.

Eden yang melihat tas itupun segera bertanya. "Apa yang kau bawa?"

Gree tersenyum, "Aku membawa pakaianku. Aku tidak bisa selalu meminjam milikmu kan?" jelas Gree sembari melepas dasi yang melingkar di lehernya.

"Kau benar-benar akan tinggal disini?" ucap Eden dengan nada gembira.

"Bolehkan?" Eden mengangukan kepalanya semangat. Walaupun Gree akan hanya akan datang saat pekerjaan kantornya selesai, hal itu sudah membuat Eden sangat bahagia.

Sementara Gree membersihkan dirinya, Eden memutuskan untuk membantu Gree menata pakaiannya di lemari. Untung saja baju yang ia miliki tidak banyak, jadi beberapa baju santai milik Gree dapat masuk ke dalamnya. Eden sedikit terkejut dengan pakaian yang Gree bawa. Semua pakaian itu baru. Price tag dan bau khasnya masih melekat disana. Eden tersenyum melihatnya.

Hari semakin malam. Eden dan Gree memilih untuk beranjak ke atas kasur dan berbaring di sana. Seperti biasa jika mereka bertemu di penghujung hari, Gree pasti menanyakan hal yang sama yaitu bagaimana hari Eden. Setelah itu Eden akan menceritakan semua yang ia lewati dari senang, kecewa maupun sedih dan setelahnya lelaki tampan itu akan memeluk Eden erat sembari mengucapkan jika Eden sudah melakukan apapun dengan baik. Sekali lagi, Eden merasa sangat bahagia.

"Apa temanmu sudah lebih baik?" tanya Eden. Gree sempat menghubunginya jika tidak akan bisa menjemput Eden di minimarket karena keadaan temannya.

"Sebenarnya aku belum yakin, namun ada orang lain yang dapat menjaganya lebih baik daripada aku," jawab Gree dengan senyum di wajahnya.

"Aku harap temanmu akan cepat pulih."

Gree terkekeh. "Terima kasih, Eden."

Tangan Gree terulur ke arah Eden. Ia teringat saat pertama kali mereka bertemu. Saat itu Gree juga melakukan hal serupa namun Eden menolaknya. Tidak menolak secara langsung namun entahlah, Gree tidak bisa menangkap bagaimana raut wajah Eden saat itu. Namun kali ini berbeda, tangan Gree mendarat dengan lembut di surai hitam milik Eden. Matanya menatap manik merah muda itu lalu menuju bibir tipis milik Eden.

Bridge of Flower Petals [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang