Part 33. Take Times

588 52 0
                                    

***

Ashmita berjalan dengan perlahan, sesaat setelah turun dari bajai yang dia naiki untuk kembali ke mansion Keluarga Maholtra. Wajahnya juga terlihat kaku dan tegang, di dalam tasnya, dia sudah benar-benar membawa pistol yang tadinya sudah diberikan oleh Kakeknya itu. Dia juga mengatakan kepada seluruh keluarganya, bahwa dia masih harus menyusun rencana. Dia perlu waktu yang lebih untuk bisa benar-benar terbebas dari hubungan pernikahan itu bersama dengan kelima orang bersaudara itu. Dan tentu saja, seluruh keluarganya mendukungnya dan juga berjanji untuk bisa membantunya jika diperlukan. Sesaat setelah masuk tepat ke bagian dalam mansion, Ashmita seketika saja mulai mengerutkan dahinya ketika menyadari bahwa suasana yang ada di dalam mansion itu menjadi sangatlah sepi.

"Kemana semua orang??" gumamnya di sana.

Lalu mulai berjalan ke arah dapur, dimana masih terlihat Bibi Taani yang sedang mencuci gelas. "Bibi?" panggil Ashmita di sana sambil mendekat tepat ke arah Bibi Taani.

"Ashmita? Kamu baru pulang? Sopir tadi bilang, kamu pergi ke rumah keluargamu. Jadi dialah yang mengantarkan belanjaan tadi. Aku juga sudah meletakkan barang belanjaan itu di kamarmu. Nanti bisa kamu cek ya..." ucap Bibi Taani dengan menjelaskan di sana, masih sambil mencuci gelas itu.

Ashmita tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya dengan perlahan. "Bibi, kemana semua orang? Aku sama sekali tidak melihat mereka dari tadi... Apakah semuanya sedang pergi? Apakah semuanya baik-baik saja??" Ashmita bertanya lagi. Karena situasi yang seperti ini terasa benar-benar asing dan berbeda untuknya.

"Iya... Semuanya sedang pergi. Mungkin akan kembali nanti sore atau malam. Aku juga tidak tahu. Mereka sama sekali tidak mengatakan apa pun kepadaku." jawab Bibi Taani sambil mengelap kedua tangannya yang basah di sana dengan menggunakan serbet.

Ashmita terdiam, tapi dia terus saja berpikir akan banyak hal. Bibi Taani adalah orang yang baik. Aku bisa melihat akan hal itu dengan jelas. Bibi Taani mungkin saja tahu akan hal ini, tapi apakah aku bisa percaya begitu saja? Semua orang yang ada di sini terlalu berada di bawah kendali Nenek Arshia. Batin Ashmita berbicara.

"Em, baiklah kalau begitu. Aku kembali ke kamar dulu ya, Bi..." ucap Ashmita dengan suaranya yang terdengar lelah itu.

"Baiklah. Aku juga ingin tidur sekarang. Biarkan saja mereka kembali malam... Dan tolong jangan bangunkan aku dulu, aku terlalu kekurangan tidur akhir-akhir ini." jawab Bibi Taani dengan nada suaranya yang terdengar begitu memohon.

Dan Ashmita hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Lalu setelah itu, Bibi Taani melangkahkan kedua kakinya keluar dari area dapur menuju kamarnya. Ashmita tersenyum singkat seketika saja. "Jika semua orang benar-benar sedang keluar, aku bisa mencari tahu semuanya sekarang. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas seperti ini. Semuanya harus terungkap sekarang juga." gumam Ashmita yang seketika saja mempercepat langkah kedua kakinya itu menuju kamar Nenek Arshia.

Dan benar saja, kamar itu kosong. Lalu, Ashmita pun masuk dan menutup kembali pintu kamar itu. Dia mulai menggeledah laci yang sebelumnya sudah pernah dia lihat sebelumnya. Membuka album-album itu lagi, dan menemukan sebuah buku harian yang usang. Ashmita mengernyit dan mulai membukanya secara perlahan.

'Aku tidak akan pernah berhenti memikirkan cara untuk bisa membalaskan dendamku kepada mereka. Aku berjanji pada kalian semua. Sebelum aku meninggal, dia juga akan merasakan rasa sakit yang aku alami.'

Tulisan itu tercetak dengan tinta hitam dan penuh dengan penekanan pada saat menuliskannya. Ashmita seketika saja bisa merasakan jantungnya berdebar semakin cepat saja di sana. Lalu mulai membalikkan lembar berikutnya.

'Jika aku tidak bisa menyakitinya secara langsung, maka aku akan menghancurkan dan menyakiti keturunannya. Dia harus merasakannya.'

"Sebenarnya siapa dia yang terus saja ditulis di dalam buku ini?" gumam Ashmita dengan rasa pening yang mulai dia rasakan di sana itu.

Ashmita kembali membalikkan lembar demi lembar dari halaman buku usang itu di sana. Hampir setiap lembarnya tertulis dengan menggunakan tinta hitam dan juga penuh penekanan. Tulisan-tulisannya juga berisi tentang ambisi untuk menghancurkan seseorang, yang diyakini oleh Ashmita adalah salah satu dari anggota keluarganya sendiri itu. Hingga Ashmita pun sudah mencapai tepat di bagian halaman terakhir yang mana tertulis di sana benar-benar membuat Ashmita bergetar dan juga merasa lemas.

'Sekarang, kelima cucuku sudah siap untuk membantuku membalaskan dendam. Semuanya akan berjalan sesuai dengan rencanaku. Kelima cucuku akan menikahi gadis itu, dan membuat hidupnya menderita. Setelah itu, semuanya akan selesai. Dendamku, jiwaku, kebebasan kelima cucuku, dan jiwa gadis itu, semuanya akan selesai.'

***

"Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan, Dewa Siwa... Selama hidupku, aku telah menyusun rencana balas dendamku dengan matang. Tapi semuanya menjadi hancur berantakan dan sia-sia saja saat keempat cucuku mulai menyukai gadis itu. Aku tidak bisa menerima semua ini. Semua upayaku dalam membentuk mereka untuk membalaskan dendamku, sia-sia saja sekarang." gumam Nenek Arshia dengan nada suaranya yang terdengar begitu lemah dan kelelahan.

Saat ini Nenek Arshia berada tepat di kuil Dewa Siwa yang letaknya hampir sekitar satu kilometer dari mansionnya itu. Nenek Arshia duduk di altar kuil itu, sambil menatap lurus dan kosong tepat ke arah patung Dewa Siwa. Wajahnya terlihat lesu dan tak lagi bersemangat. Aura kehidupannya kini seakan-akan sudah lenyap. Dia datang sendiri ke sana, untuk bisa mendapatkan pencerahan, meski dia sendiri masih saja tidak merasa yakin.

"Ku pikir, kamu tidak akan pernah senekat ini, Arshia." ucap seseorang yang berdiri tepat di sebelahnya.

Nenek Arshia seketika saja mendongakkan kepalanya dan seketika saja raut wajahnya terlihat penuh dengan kemarahan dan dendam. Lalu dengan gerakan yang cepat, Nenek Arshia pun bangkit dari posisi duduknya dan menatap tajam tepat ke arah orang itu. "Untuk apa kamu kemari? Apakah kamu ingin menertawaiku? Apakah tidak cukup karena sudah menghancurkan kehidupanku?!" tanya Nenek Arshia di sana dengan nada yang dia tahan penuh kemarahan.

"Tidak. Aku datang hanya untuk bicara saja. Aku tidak punya niat yang lainnya selain itu. Tapi, Arshia, kamu jangan menghukum Ashmita atas kesalahanku. Ini semua bukan kesalahannya. Bukan kesalahan kami semua juga. Jika kamu masih dendam atas apa yang telah terjadi di masa lalu, itu semua adalah kesalahan. Kamu harus melanjutkan hidupmu untuk menjadi lebih baik lagi. Jika tidak, kamu akan menyesal di masa tuamu ini, dan juga ingatlah kelima saudara itu... Apa yang sudah kamu lakukan kepada mereka??"

Setelah mengatakan semua itu kepada Nenek Arshia, seseorang itu seketika saja melangkahkan kakinya untuk berdo'a di patung Dewa Siwa dan melangkah pergi dari kuil itu. Meninggalkan Nenek Arshia yang hanya terdiam, dan tidak bisa menjawab ucapan yang di katakan oleh orang itu kepadanya.

Black Heart ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang