Reka Adegan

816 183 750
                                    



Tak diizinkan tahu salahnya apa, kurangnya di mana, goresan semesta justru membuat irisan tak sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak diizinkan tahu salahnya apa, kurangnya di mana, goresan semesta justru membuat irisan tak sederhana.

Tak diizinkan tahu salahnya apa, kurangnya di mana, goresan semesta justru membuat irisan tak sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kala Lavieena

Vieen

Kala

Memikirkan banyak hal kurang penting ternyata cukup dapat membuat sakit kepala. Vieen adalah nama panggilan yang kuinginkan, karena menjadi Kala itu... sedih. Langit tidak tahu apa-apa memang, tapi setiap mendengarnya memanggil namaku dengan panggilan Kala, sepertinya masih ada luka yang belum kering, jauh di lubuk palung terdalam dalam kedamaian diri. Terusik perlahan, hingga kemudian melayang ke permukaan.

Karena semua orang yang memanggilku Kala, pergi dengan keabadian. Sialnya, aku mencintai mereka.

"Are you ok?"

Aku menengadah, memalingkan wajah ke arah jendela untuk melihat jalanan. Tanpa memedulikan apa yang diucapkan Langit. Yura, sahabatku yang biasa kutumpangi belum masuk sekolah, dan Langit tidak memberikan alamat Yun Jira seperti yang kuminta. Alhasil, kita berada di dalam mobil yang sama. 

Langit tak mengulangi pertanyaangnya, dia menyalakan musik untuk memecah keheningan. Hingga kita sampai pada sebuah rumah dengan cat abu-abu pasi. Sebuah kolam dengan patung pancuran air berbentuk cupid berada di tengahnya dan cukup mencolok terlihat dari luar pagar.

Seorang pria paruh baya membuka gerbang tanpa seulas senyuman. Aku membuka jendela, melambaikan tangan ke arahnya dengan gerakan dadah-dadah disertai senyuman lebar. Kurasa penjaga gerbang tersebut sengaja memasang wajah juteknya.

Seperti sudah terbiasa datang, Langit tak kesulitan mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya. Sebelum turun, ia menutup jendela yang sempat kubuka tadi. "Lo tau, Kala?" ujarnya dengan nada rendah, aku menggeleng masih melihat ke arahnya. "Catatan tentang Yun Jira yang ada di buku harian lo bahaya banget, meskipun bukan lo pelakunya, tapi lo bisa jadi tersangka dengan itu."

11.12 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang