Kekuatan

443 159 16
                                    


Ini author note gw sekarang :

Ternyata udh banyak nulis babnya xixixixixixixixixiixixixixixixixixixiixixixixixixixiixixixixxixiixixixxiixixicciixixxiixxiixixxixii

Dan judul babnya gw ngasal parah soalnya blm baca ulang ini cerita apa aja gw gatau xixiixixixxiixixixixixiixixixixxiixixixixixixixixii

...

Kamu tak tahu, bahwa aku beribu kali merapal namamu pada pikir dalam sehari. Dan mungkin, akan kujadikan kamu tak pernah tau. Karena perihal rasa, aku pandai sembunyi.

👑

Napasku terengah-engah. Bahuku naik turun. Aku tak melepaskan tangan Yura. Tapi tangan kanan yang ditarik seorang berjaket hitam itu kusentakkan.

"Siapa lo?" tanyaku mundur dua langkah.

"Stt!" ujarnya tanpa menoleh.

Yura sama denganku, peluhnya menetes di dahi. Dan kami masih mengenakan seragam.

"Lo ngapain ke sini, sih? Nyusahin banget!" Laki-laki berjaket hitam itu kini berbalik.

"Bang Senja!" pekikku kaget tak percaya.

Aku mengerutkan kening, "Kok lo ada di sini?" tanyaku bingung dan aku cukup merasa aman sekarang.

"Dari kecil lo nanya itu mulu, gue selalu tahu letak lo di mana Kala Lavieena." Bang Senja berucap seolah bosan.

Benar juga. Saat aku di kantor polisi pun, aku tak memberi kabar pada Bang Senja. Tapi ia tahu aku di mana. Mungkin karena terlalu sering seperti itu, aku jadi terbiasa.

Tapi malam ini, sangat terasa aneh.

Bang Senja maju mendekati bibir gang, melihat ke sekitar kemudian mengisyaratkan kami berdua mendekat.

"Kalian harus hati-hati. Beda tempat, beda budaya, beda tradisi."

Kami mengikuti langkah Bang Senja sampai aku mengenali sebuah mobil putih, milik Ayah.

"Motor lo, biar besok pagi aja suruh orang buat bawa." Bang Senja melirik Yura yang sudah duduk bersamaku di kursi belakang. Dan kami jadi melupakan apa tujuan awal kami, untuk menjenguk Adipati di rumah sakit.

***

Senin pagi dengan matahari menyengat tinggi. Yura berbaris di depanku dengan gelisah, entah karena apa. Setelah pulang dari tempat Langit, Yura menginap di rumahku, kemudian pulang esok paginya.

Kasus Yun Jira semakin lama makin melebar. Gossip bahwa Yun Jira menghilang itu semakin tidak benar. Banyak yang beranggapan bahwa Yun Jira bunuh diri, hamil, mengasingkan diri, atau dibunuh.

Aku yang tidak ingin peduli ini terpaksa harus ikut peduli.

Malam itu aku hanya melihat Yun Jira terbaring kaku, dengan setelan pengantin bersama bunga. Tak ada darah ataupun luka, sampai kemudian polisi datang dan mengamankanku.

Aku melihat Langit malam itu, namun sama sekali tak menghiraukannya sampai Langit yang tiba-tiba menyeretku ke rooftop sekolah.

Dan sekarang pun, orang-orang menjadikan Langit sebagai sorotan. Berbagai tuduhan terlempar ke arahnya namun aku sama sekali tak melihat bahwa ia terbebani. The real psychopath, isn't it?

Setelah upacara dibubarkan aku melangkahkan kaki menuju kelas. Namun lagi-lagi, sebuah tangan hangat mencekal lenganku.

Aku terkesiap, mengikuti langkah kaki orang itu sambil menatap punggungnya bingung. Dan di koridor sepi samping ruang pramuka ia berhenti.

11.12 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang