Letak

464 162 50
                                    

Kalau ceritanya gak nyambung notice aku di ig atau wa ya!

...


Tak ada makna. Tak ada maksud tertentu. Aku hanya ingin bersenang-senang, dengan cara mematahkan hati yang berhasil kutaklukan.

***

Di dalam kamar aku membuka sesuatu yang aku masukkan pada tasku, berasal dari tas Langit.

Ternyata itu adalah sebuah dompet. Aku terkekeh sendiri saat membayangkan Langit akan ditilang polisi atau membeli makanan namun tak menemukan dompetnya.

Tapi saat aku membukanya, aku menemukan sesuatu yang aneh. Hanya sebuah dompet kosong.

Tidak, tidak, tak hanya dompet kosong. Ada sebuah kertas di dalamnya. Nota dari sebuah apotik.

As33...........Rp 1.540.000,-

Harga yang cukup menguras kantong untuk seorang pelajar. Tapi itu obat apa? Dan ini, dompet siapa?

Aku memperhatikan tulisan pada bon itu kemudian tersentak saat mengingat sesuatu.

Beranjak dari kasur-baru yang dibelikan abangku- aku menuju nakas. Terdapat buket bunga yang belum dibuang di sana. Polisi pun tidak mengambilnya, karena mungkin mereka kira bunga itu bukan milik Yun Jira.

Kuambil buket bunga itu kemudian mataku membulat seketika. Dalam kertasnya terdapat tulisan serupa. As33

Entah kenapa tapi jantungku berdetak cukup keras. Curigaku terhadap Langit semakin kuat, bahwa Langit yang sebenarnya ada di balik ini semua.

Kumasukkan lagi bon tadi ke dalam dompetnya.

Aku mulai tidak benci pada Yun Jira. Kalau tidak salah, di buku harianku aku memang menulis nama Yun Jira dengan pulpen merah, bahkan mengatainya.

Siapa yang tidak kesal, saat aku sedang berada di kamar mandi, pintunya dikunci dari luar. Entah kenapa Yun Jira bisa melakukan itu, kemudian ia dan gengnya menyebut itu sebagai cara mereka bersenang-senang.

Setelah aku memohon untuk mereka membuka kuncinya, ya mereka membukanya. Kemudian menyeretku menuju kamar mandi putra yang saat itu kosong. Yun Jira mengunciku di salah satu biliknya.

Hampir setengah jam aku ditinggalkan di dalamnya. Sampai saat kudengar suara ramai, barulah aku menggedor lagi untuk dikeluarkan. Betapa malunya aku ketika belasan siswa yang sebagian dari mereka hanya mengenakan dalaman saja melirik ke arahku dengan pandangan bingung. Wajahku panas dan merah seketika. Saat keluar pun, aku sempat diteriaki dan ditertawakan.

Mulai dari situ, aku mengutuk Yun Jira atas kelakuannya.

***
Langit POV

..

Percaya atau tidak, aku mampu mengetahui letak seseorang saat aku sudah mengenal DNA-nya.

Dan seorang Kala Lavieena termasuk jajaran orang mengesalkan yang bisa kuketahui letaknya. Ingat saat dia menggigit jariku? Dari situ, aku mengenal DNA Kala.

Ia perempuan konyol, tak lebih dari itu.

Tapi, siapapun bisa menjadi tersangka, bukan?

Maka, jangan tanya aku kenapa aku bisa mengetahui letak Yun Jira.

Aku sudah berada di toko kasur itu dari pukul empat sore, karena firasatku mengatakan Yun Jira ada di sana. Namun, letaknya tak juga berpindah. Saat kucari di semua selasar toko, ia tidak ada.

Sampai toko hampir tutup, barulah Yun Jira menjauh. Aku mengikutinya hingga aku sampai di rumah Kala. Dan firasatku semakin tak enak saat kudengar suara berisik dari sebuah kamar. Kupanggil polisi, memastikan semuanya baik-baik saja.

Kemudian aku membuka pintu kamarnya, ada Kala dengan ekspresi terkejutnya. Dan juga Yun Jira, dengan pakaian pengantin yang sudah kaku.

Aku tahu bawa Kala satu sekolah denganku, aku sempat melihat ia keluar dari salah satu bilik kamar mandi putra. Apa ia seorang jalang?

Hingga esok harinya, aku membawa dia ke rooftop sekolah. Mengintimidasi Kala itu menyenangkan. Ia bisa tangguh sekaligus takut dalam satu waktu.

Dan curigaku tambah menjadi, saat aku mendapat buku harian Kala. Terdapat nama Yun Jira di sana. Dengan tinta merah dan dibulati beberapa kali, penekanan pulpennya jelas kentara.

Aku tidak tahu apa yang pernah terjadi antara mereka. Yun Jira memang sedikit usil, dan pandai menggoda tentu saja.

Tapi percayalah, aku sama sekali tidak kehilangan Yun Jira. Pacaran kami hanyalah sebatas saling membutuhkan. Untuk pertukar pesan seperti pada umumnya pun, tidak biasa kami lakukan.

Aku hanya penasaran, karena kurasa kasusnya janggal.

Aku membuka ponsel, tak sulit untukku mendapat nomor WhatsApp Kala. Dari grup sekolah, teman kelasnya, atau dari siapapun, mereka akan dengan senang hati memberiku nomornya.

Kuketikkan satu kata, kemudian menahan diri agar tidak terkekeh geli.

Jika dilihat dari buku hariannya, Kala tidak lebih dari seorang gadis pada umumnya. Ia hanya sedikit lebih berani, dan ingin mencoba nakal tapi setengah-setengah.

Hai

Pesanku langsung terbaca oleh Kala, sampai beberapa menit kemudian, ia membalasnya.

Walla, siapa penguntit yang sekarang udah tau nomor gue?

Aku mendengkus geli. Kala cukup menarik. Apalagi tingkah galaknya itu, jika kutaklukkan ia, akan sangat menyenangkan sepertinya.

Jika semua orang menganggap hidupku sempurna karena penuh adidaya, mereka salah besar. Kekuasaan bukan segalanya untukku, dan karena itu, aku diasingkan.

Ada rahasia besar dalam hidupku, yang mungkin sewaktu-waktu akan kubagi dengan orang yang menurutku tepat.

Dan perihal aku mengetahui Senja, aku dan dia memiliki kemampuan serupa, entah karena apa. Hingga akhirnya, orang-orang seperti kami memiliki kolerasi.

Hidup itu lucu. Setiap orang memiliki kemampuannya masing-masing. Ada yang peka namun ada juga yang tidak terhadap apa yang bisa dilakukan. Termasuk kalian.

Aku sempat bertemu dengan orang-orang yang berinsting sangat tajam, itu menakjubkan. Atau ada orang yang memiliki aura luar biasa, hingga mereka mampu membuat publik terpikat. Artis-artis misalnya, mereka memiliki kemampuan itu, baru sadar sekarang?

Dan jika kalian ingin tahu, aku sengaja mengunci Kala dan temannya itu di kamar. Agar mereka tak bisa keluar dan bermalam di sana. Daerahku sangat bahaya, banyak ajaran-ajaran asing yang tidak diketahui pemerintah. Dan malam itu, aku harus keluar untuk sebuah urusan.

Jaket kulit yang tergantung di dinding kukenakan. Kemudian mengambil kunci motor Daytona Drag Pipe Muffler 94154 milikku. Aku sesekali menjadi penunggang ninja, namun motor yang sering kugunakan lebih nyaman dari ninja.

Ada dua tiket di tanganku dan aku takkan menyia-nyiakannya. Jadi kubawa motorku menuju sebuah rumah, yang memiliki seorang gadis yang harus bisa kujinakkan sikapnya.

Aku yakin, Kala menyenangkan jika sudah dekat dengannya, dan yang kuharap sekarang, ia tak cepat membosankan atau aku yang tak cepat bosan. Aku memang seorang philander, kuakui itu. Karena membuat seorang perempuan luluh dan takluk, ada kepuasan tersendiri di dalamnya.

***
TBC,

Maaf ya aku kalo bikin karakter cowok emang lebih demen yang bangsat-bangsat karena aku kebanyakan emang ketemu orang serupa kaya gitu.

Hehe, salam author cantix pake x
Bellaanjni

11.12 PMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang