Semesta amnesia, mengabulkan angan yang tak sesuai dengan harapan. Atau semesta terlalu lelah, menghadapi asa manusia yang tak ada habisnya?
oOo
Langit Kelam Yaksa.
Aku memejamkan mata rapat-rapat saat membaca badge nama yang tersemat di dada kanannya.
Aroma maskulin menggelitik indra saat ia mendekat.
Wajahnya memerah, dengan mata legam sekelam bara. Ia menelitiku dan nyaliku menciut seketika.
"Ucapin yang lo tau, dear." Ia mendesis tepat di samping telinga. Membuatku menahan bola mata. Philander ulung!
Pada lantai tiga gedung sekolah kami, ia menculikku. Tiba-tiba saja ia menyeretku untuk mengikutinya saat aku sama sekali belum menyantap nasi Padang yang sudah kupesan di kafetaria.
"Gue mungkin tahu lo, Langit. Tapi bikin gue terjebak di satu ruang sama lo itu bukan sebuah kebenaran." Suara itu keluar tanpa aba dari mulutku. Bahkan aku tidak mengembel-embeli namanya dengan sebutan 'Kak' meski ia adalah kakak tingkatku di SMA Jayapatra ini.
"Jadi?" tangannya mencengkram dua sisi kursi yang kududuki. Mempersempit jarak di antara kami, ia sangat pandai mengintimidasi.
"Lo berencana nikah sama Jira sebelum lulus sekolah? Are you kidding me?" Aku membulatkan mata.
Langit mendesah pelan, lantas mendesis kembali, sudah 90% mirip ular berbisa. Namun aku keliru bahwa ular berbisa itu mematikan.
"Jangan sebut nama dia!" Geramnya kembali membuat nyaliku ciut seketika.
"Kala Lavieena," sebutnya memanggil namaku tanpa mengalihkan tatap itu, memaksaku menatap matanya lebih dalam.
Aku mendongak, "Kalau lo minta penjelasan kenapa gue bisa temuin mayat Jira-Pacar lo- dalam kasur murah yang gue beli, apa lo gak lihat muka pasi gue? Apa waktu itu lo gak lihat gue sangat shock?"
Langit mengendurkan jarak, mundur perlahan. Mungkin ia terpukul karena kehilangan seorang yang sedang ia cintai.
Ya, Yun Jira, seorang gadis cantik tingkat 11. Satu angkatan denganku. Siswi yang membuat satu Jayapatra heboh karena kecantikan yang dimilikinya. Dan yang membuat lebih heboh adalah ketika ia berhasil menaklukan hati seorang Langit Kelam Yaksa. Laki-laki yang menculikku sekarang, setidaknya aku menganggap demikian.
Aku juga tidak tahu bagaimana ceritanya seorang Yun Jira bisa berada dalam kasur yang kubeli dengan keadaan memakai gaun pengantin dan tak bernyawa. Itu bukan urusanku. Aku saja hampir gila saat tahu bahwa di kasur itu ada seorang mayat. Bodoh! Sekarang pacarnya ini sok-sok-an mengintrogasi.
"Lo bikin dia hamil?" tanyaku tanpa sopan santun, jelas saja. Aku tak pernah diajarkan tata krama. Bukan karena sekolahku jelek, aku saja yang tidak mau. Itu hanya akan menyusahkan hidupku.
Dia menaikkan sebelah alisnya, bersandar pada dinding polos di depanku dengan tangan yang ia lipat di depan dada. "Apa gue terlihat seperti bajingan, Kala?"
Oh jelas! Tentu saja, batinku berteriak menyorakki. Namun sepertinya memaki orang yang sedang terluka membuatku tak tega. "Gue Vieen, panggil gue Vieen. Semua orang panggil gue Vieen, jangan ingin menjadi 'spesial'."
KAMU SEDANG MEMBACA
11.12 PM
Mystery / Thriller-I just want my wish to be granted a little late- *** Ketika pukul 11:11 menjadi waktu dikabulkannya harapan. Bolehkah aku menginginkan sebuah harapan yang dikabulkan terlambat? Sedikit saja. Tepat pada pukul 11:12, aku berharap dia pergi. 🕐 Bagai...