Bab 6 : Little Mate

43 9 1
                                    

Happy Reading.

***

Beberapa tahun kemudian...

Tidak terasa,  tiga jam lagi Zaly akan mengikuti kelas dansa yang artinya usia Zaly kini sudah menginjak 16 tahun. Kelas ini sebenarnya hanya diperuntukkan bagi anak orang-orang berpengaruh di setiap klan. Karena, dansa merupakan simbol kedekatan antar klan ketika terjadi perjamuan.

Seorang gadis beranjak remaja itu sedang sibuk memperbaiki tatanan rambutnya. Rambut silvernya dicepol dengan menyisakan sedikit anak rambut yang membuatnya semakin menawan. Ditambah rona alami di pipi putih gadis itu.

"Ah, Zaly? Mengapa kau sangat cantik?" ujarnya di depan cermin yang menampilkan wajahnya itu. Usianya belum matang tetapi auranya sudah begitu memikat. "Mustahil dia tidak akan terpikat," ujarnya tersipu.

"Siapa?"

Zaly menoleh dengan kedatangan tiba-tiba makhluk tak kasat mata itu. Ketika Zaly berumur 14 tahun, makhluk ini sering menemuinya lagi hingga membuat Zaly jengah apalagi tingkah gila makhluk itu. Padahal beberapa tahun terakhir hidup Zaly damai tanpa kehadirannya.

"Aku bertanya padamu, Little Mate."

"Apa-apaan nama itu? Namaku Zalyne, jika kau melupakannya," ujar Zaly kesal.

"Siapa yang akan kau pikat?" tanyanya lagi mengabaikan ucapan Zaly tentang namanya itu.

Zaly menatap makhluk itu. Ia mengabaikannya lalu melangkahkan kakinya menuju rak buku.

"Jangan main-main denganku, Zaly, kau hanya milikku, milikku," ujarnya menekankan kalimat terakhir yang diucapkannya.

"Aku bukan milikmu, aku adalah milikku, bukan milik siapapun," jawab gadis itu. Ia memilih buku yang berjudul 'WALTZ' yang ditulis menggunakan tinta emas lalu membawanya ke kasur. Semua kegiatan Zaly tersebut selalu diikuti makhluk itu.

"Paman, berhentilah mengikutiku! Aku ingin belajar!" Gadis yang kini sudah remaja itu mendengus kesal karena orang ini selalu menggangunya sedari kecil.

"Aku hanya mengawasimu," ujarnya tanpa bersalah.

"Aku tidak suka! Aku akan benar-benar menyentil telingamu jika kau terus saja mengikutiku!" ancam Zaly.

Xavier tertawa dingin. "Lakukanlah sekarang, Sayang."

Sebuah buku melayang, tetapi bukan Xavier jika tidak bisa menangkisnya.

"Pergilah, Paman! Guardian sekolah akan menangkap mu lalu menjadikanmu bahan bakar obor nanti!" ancam Zaly lagi.

Kembali Xavier tertawa hingga seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Zaly! Aku mendengar suara laki-laki di dalam, buka pintunya!"

Zaly menatap garang Xavier. "Aku akan membunuhmu, Paman!" geramnya.

Xavier tersenyum miring, dengan gerakan cepat ia mengecup pipi Zaly, gerakan itu sangat cepat seperti hanya dengan kedipan mata.

"Xavier," geram Zaly, ia menghapus sekuat tenaga berharap bisa menghilangkan ciuman pria tadi. Ini bukan kali pertama pria itu mengecup pipinya tanpa ijin.

Kembali Xavier tersenyum miring. "Sebut namaku, Little Mate, namaku begitu pas ketika kau menyebutnya."

Tok tok tok

"Sebentar, Tara, aku sedang menyisir rambutku," ujar Zaly ia kembali menatap tajam Xavier. "Aku akan memberimu pelajaran, Paman jelek!"

"Tidak ada orang, Tara. Kau bisa mengeceknya," ujar Zaly ketika ia membuka pintu untuk temannya itu.

DANGELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang