Bab 2 : Hidden Power

367 41 17
                                    

Akademi serigala sangatlah besar. Beberapa kali mulut kecil Zaly berdecak takjub dengan keindahannya.

"Ayo kita masuk, ibu sangat merindukan Dane," ajak Hera.

Zaly berlari mendahului keluarganya. Dari mereka berempat, memang Zaly yang paling aktif. Mungkin karena Zaly anak perempuan satu-satunya maka dari itu sifatnya berbeda dari yang lain.

***

"Ah Dane ku sangat lucu." Zalyne mencubit pipi Dane yang membulat itu. "Dane, mengapa kau semakin bulat?" Zaly terkikik. "Kau sangat lucu seperti roti kukus, ah aku ingin memakan pipimu itu," ujarnya disertai tawa yang sangat menggemaskan.

Sekarang keluarga kecil itu sudah berkumpul di sebuah ruangan. Dane yang sedang ada kelas terpaksa bolos karena ingin menemui orang tua dan saudara-saudaranya.

Zyddane hanya memutar bola mata malas mendengar perkataan kembarannya ini, meskipun ia kakak tetap saja ia perempuan yang kekanakan.

"Sepertinya Ibu menyetujui ucapan Zaly, apa Dane sangat bahagia di sini sehingga tidak merindukan Ibu?" tanya Hera sendu. Sedari tadi putranya itu tidak memeluknya ketika ia berkunjung.

Dane menatap sang ibu dengan kening mengkerut. Perlahan ia mendekati ibunya kemudian mendekap wanita yang sangat ia sayangi itu.

"Apa yang Ibu bicarakan? Tentu saja Dane merindukan kalian. Dane bahagia di sini dan juga bersama ibu dan ayah," ujar Dane.

Hera membalas pelukan putra kecilnya. Air matanya mengalir mendengar ucapan sang putra. "Apa Dane tidak merindukan rumah?" tanyanya.

"Dane ingin pulang tetapi Dane harus mengikuti ujian kenaikan tingkat." ujar Dane.

Bocah laki-laki itu beralih menatap ayahnya. Ia berjalan santai lalu memukul lengan ayahnya layaknya orang dewasa ketika bertemu.

"Hey big Daddy!" ucap Zyddane.

"Halo juga little boy," balas Ares. "Bimbing saudaramu yang lain, mereka akan bersekolah juga kecuali Sane," ujar Ares.

"Sane? Kenapa?"

"Sane adalah anak manja, Zyddane. Bahkan ia masih tidur bersama ayah dan ibu," ucap Zayn.

"Zayn! Aku tidak semanja itu!" desis Zyssane.

Zyddane tertawa kecil. Meskipun memiliki pipi yang tembam, bibit ketampanan laki-laki kecil itu tidak tertutupi. "Lantas, mengapa kau tidak ingin bersekolah?" Dane mendekati Sane kemudian berbisik, " Kau bisa bebas makan apapun, melakukan apapun, tanpa ada teguran dari ibu." Dane tertawa kecil setelah mengucapkan itu.

"Kami mendengarnya Little boy," ujar Ares dan Hera bersamaan.

Zyddane tertawa dan hal itu sukses membuat Hera gemas. Ia menciumi pipi tembam kemerahan milik Zyddane.

"Ibu, pipiku akan meledak jika kau menggigitnya terus," ujar Zyddane menghapus jejak gigi ibunya di pipinya.

Zaly tertawa melihat pipi Zyddane yang memerah, ia sangat suka melihat saudaranya yang sekarang, sangat berisi dan lucu.

"Jadi, apa kau masih tidak ingin bersekolah, Sane?" tanya Dane lagi.

"Tidak akan, karena Sane adalah anak yang manja," ujar Zaly.

"Zaly, tidak boleh seperti itu kepada saudaramu," tegur Ares.

Zaly menyengir. "Maaf, Ayah."

"Aku akan bersekolah!" Zyssane berteriak lantang. "Aku sudah besar dan aku akan lebih pintar dari Zyddane!" ujarnya lagi.

"Kau tidak akan bisa mengalahkan ku, Sane." Dane menjulurkan lidahnya mengolok Sane.

"Zyssane, Zyddane, kami menyekolahkan kalian bukan untuk bertanding siapa yang lebih pintar diantara kalian berempat. Kami menyekolahkan kalian agar kalian bisa berbaur dengan dunia luar," ujar Ares.

DANGELFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang