Happy Reading, bestieesss🩵🩵🩵
Jangan lupa vote yakk, lup u oll😙
...
"Iblis sialan! Apa yang kau inginkan dari Zaly, hah?!" teriak Sane. Lelaki yang sebentar lagi berusia 17 tahun itu menggeram tak terima saudarinya ditahan oleh makhluk menyeramkan ini.
Xavier tertawa datar, tawa yang sebenarnya adalah ejekan untuk tiga bersaudara itu. "Tentu saja, tubuhnya."
Sebuah tangan tiba-tiba menangkap kaki Xavier yang betijak di bumi itu. Xavier memandang ketiga bersaudara tersebut, tangan tanah itu mencengkram kakinya kuat disusul tumbukan tanah yang mulai merambat ke bagian bawah Xavier membuat pria itu tidak bisa menggerakkan kakinya.
Xavier tersenyum miring. "Sempurnakan dulu kekuatanmu."
Duar!
Dalam sekejap mata Xavier sudah menghilang dari sana meninggalkan sisa tumpukkan tanah yang berubah menjadi debu.
"Ke mana keparat itu?" tanya Sane kebingungan.
Zayn menggeram. "Xavier! Kembalikan Zaly kami!"
***
Zaly membuka matanya kala merasakan sebuah tangan mengelus pipinya. Ia langsung memalingkan wajahnya agar terhindar dari elusan tersebut.
"Singkirkan tanganmu," ujar Zaly dingin.
Aneh, Zaly tidak merasakan lagi sakit yang ia rasakan beberapa waktu lalu, yang tadinya ia terikat sekarang ia terbaring di sebuah ranjang yang super empuk, yang tadinya pemandangan mengerikan sekarang pun sama mengerikannya.
Apa bagusnya kamar berwarna hitam yang hanya dihiasi oleh satu lemari besar? Kamar ini sama mengerikannya dengan tempat eksekusi tadi.
"Aku akan mengubahnya jika kau mau," ujar Xavier, matanya tak lepas dari wajah Zaly seakan ini adalah hari terakhirnya memandang gadis itu.
Zaly memalingkan wajahnya, ia bangkit dari ranjangnya kemudian kemudian membuka gagang pintu.
"Buka pintunya, Xavier," ujar Zaly merasakan pintu itu sengaja diblok oleh makhluk dalam ruangan ini.
"Aku tidak akan membiarkanmu pergi, Little Girl," ujar Xavier.
"Persetan! Biarkan aku pergi!"
Xavier menggeram, tidak ada yang berani menentang perintahnya selain Zaly, mate-nya sendiri.
Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan dua orang wanita yang menggunakan baju seperti maid.
"Mereka adalah Agnes dan Rona, mereka akan menjadi pelayanmu." Xavier mendekati Zaly kemudian menuntun gadis itu ke ranjang. "Jangan membantahku, Little Girl, jika kau tidak mau temanmu mati," ujar Xavier, ia mengecup kening Zaly. "Panggil aku jika kau membutuhkanku." Lalu Xavier pergi menggunakan teleportasinya.
"Iblis sialan!" Zaly menghapus jejak bibir Xavier di keningnya hingga memerah. "Aku tidak sudi disentuh iblis sepertinya," ujarnya.
Dua maid itu hanya menunduk mendengar ucapan nona barunya ini.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Zaly datar. "Keluar."
"Kami diperintahkan untuk menemani Anda, Nona, dan kami tidak sanggup untuk melawan perintah Lord Xavier," jawab salah satu maid itu.
Zaly berbaring lalu berteriak seraya menendang udara sekuat tenaganya. Perlahan air matanya turun, ia merindukan ibunya. "Ibu," isaknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGELF
FantasyIa adalah keturunan dari Queen of the Earth yang terakhir dan tentu saja ia juga memiliki kemampuan istimewa seperti ibunya, anak perempuan satu-satunya dari 4 bersaudara. Lalu memiliki mate, Xavier--Raja klan vampir--. Dibesarkan di akademi, lalu...