Haechan jatuh sakit dua hari setelah Renjun kembali tinggal bersamanya. Kurang tidur dan kurang makan ditambah alkohol berlebihan akhirnya melampaui ketahanan tubuhnya.
Renjun yang biasanya bangun lebih pagi heran karena belum melihat Haechan keluar dari kamar, padahal biasanya dia sudah bersiap-siap pergi latihan. Setelah lewat dari jam delapan, setengah jam dari waktu mulai latihannya, Renjun mengetuk pintu kamar untuk mengecek kondisi Haechan. Apa dia ketiduran? Dia akhirnya membuka pintu karena tidak mendengar jawaban apapun.
"Haechan?" panggilnya di ruangan yang masih gelap tersebut.
Renjun lalu menyalakan lampu dan gundukan di bawah selimut menjelaskan padanya kalau roommate-nya itu belum bangun tidur. Dia mengerutkan keningnya. Bukankah gerah di bawah selimut seperti itu? Dia menarik selimut tersebut dan melihat Haechan masih terpejam sambil meringkuk.
"Haechan?" Renjun menggoyangkan lengannya, tapi telapak tangannya yang bersentuhan dengan lengan kaos tipis Haechan langsung merasakan hangat.
"Shit," umpatnya saat menyadari kalau Haechan terkena demam. Renjun mengangkat tangannya untuk menyentuh kening Haechan, dan benar, suhu tubuhnya lebih hangat dari biasanya.
Haechan melenguh pelan, kesadarannya perlahan kembali ketika merasakan telapak tangan dingin Renjun pada kulitnya. "Renjun...," gumamnya.
"Aku akan beritau Mark hyung kalau kau sakit, ya?" tanya Renjun sambil menarik kembali selimut Haechan agar menutupi tubuhnya sampai ke atas leher.
"Eung," gumam Haechan. Tenggorokannya terlalu serak untuk berbicara.
"Tunggu sebentar, okay?" Renjun beranjak keluar kamar untuk mencari ponselnya. Saat dia membuka chatnya dengan Mark, lelaki yang lebih tua sudah lebih dulu mengirimkan pesan untuk menanyakan keberadaan vokalis grup musik mereka itu. Renjun dengan cepat memberitau Mark bahwa Haechan sedang sakit, lalu bangkit ke dapur untuk memanaskan air.
Renjun menemukan sebuah termos di salah satu laci dapur dan memutuskan untuk menuang air yang dipanaskannya ke dalamnya. Dia berasumsi kalau minum air hangat lebih baik daripada air suhu normal. Setelah itu, dia membawa termos itu kembali ke kamar.
Renjun melihat Haechan masih rebahan di atas ranjang, tapi lelaki itu langsung membuka matanya saat mendengar pintu dibuka.
"Renjun...," Haechan mencoba menggerakkan tubuhnya untuk bersandar pada headboard ranjang, tapi kepalanya berdenyut sakit sekali.
"Hei, tiduran dulu saja," Renjun meletakkan termos yang dibawanya di nakas, lalu menahan lengan Haechan yang hendak menopang tubuhnya.
"Apa kau kedinginan? Apa kepalamu sakit?" tanyanya sambil membongkar isi lemari untuk mencari kantong obat-obatan miliknya.
"Tidak dingin, kepalaku mau meledak," Haechan melantur.
"Kau tidak boleh minum alkohol setetes pun sampai minggu depan, kalau bisa kotak bir di dapur akan kuberikan pada Chenle," oceh Renjun. Aha! Dia menemukan strip obat sakit kepala dari kantong obatnya. Untuk pertama kalinya dalam setahun lebih, dia bersyukur dia membawa berbagai macam obat kemana-mana.
Haechan mengerang tidak setuju.
"Ini, makan," Renjun memberikan dua tablet obat pada Haechan, "bangun sebentar, setelah makan obat dan minum air kau bisa tiduran lagi."
Haechan mengerang protes lagi karena tidak mau mengubah posisi kepalanya.
"Come on, supaya sakit kepalanya berkurang."
Renjun lalu meletakkan satu strip obat yang lain di atas nakas, "yang ini obat penurun demam, dimakan nanti setelah makan."
Haechan akhirnya makan obat sakit kepalanya, dan Renjun ikut duduk di pinggir ranjang untuk memegangi termosnya. Renjun tertawa kecil melihat lelaki itu memanyunkan bibirnya karena tidak suka rasa pahit obat tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovers on the Run | HaeRen
Fanfiction"Wherever I go, as long as I'm with you, I feel at home." Dewi Fortuna mempertemukan Haechan dan Renjun di tempat dan waktu yang tepat. Haechan x Renjun fanfiction by GREENQUINCY Language: Bahasa Indonesia Rating: 16+ #1 strangerstolovers on 210821 ...