"Apa benar kau tidak apa-apa, Renjun?" Haechan memelankan laju mobil yang dikendarainya.
"Hm," Renjun mengangguk, tapi raut wajahnya tidak bisa menutupi fakta kalau dia masih shock dengan kejadian barusan.
"Apa pria tadi sempat bilang sesuatu padamu?" tanya Haechan lagi. Dia memutar setir mobilnya menuju jalan raya di sisi sungai Han.
"Tidak," jawab Renjun, dia akhirnya berhenti melamun dan menoleh pada roommatenya itu, "aku kabur sebelum dia sempat berkata apa-apa."
"Oh," balas Haechan singkat.
Selama beberapa saat, tidak ada yang buka suara di antara mereka. Yang terdengar kini hanya suara samar air sungai yang mengalir dan klakson dari mobil yang lewat. Selama sekitar dua puluh menit terakhir, Haechan mengendarai mobilnya tanpa arah. Renjun masih paranoid kalau pria asing tadi mengikuti mereka, jadi dia meminta Haechan untuk menyebrangi jembatan yang menghubungi kedua sisi sungai Han paling sedikit tiga kali sebelum pulang ke apartemen mereka.
"Apa kau kenal dengan pria itu?" tanya Renjun tiba-tiba.
"Tau, tapi tidak kenal dekat," jawab Haechan. Selama tiga minggu tinggal bersama Renjun, Haechan berusaha keras untuk menutupi keberadaan sosok itu, tapi dia tau kalau dia tidak bisa menyembunyikannya selamanya dari Renjun. "Dia orang kepercayaan papaku."
Renjun mengerutkan keningnya heran. Haechan pernah tinggal sendirian di Seoul sebelumnya, kenapa orangtuanya gigih sekali untuk membawanya pulang? "Orangtuamu ingin kau pulang ke rumah," ucap Renjun, perkataannya lebih terdengar sebagai pernyataan daripada pertanyaan.
"Iya," Haechan terkekeh mendengar kata 'rumah'. Kata tersebut sepenuhnya hanya menjadi sebuah bangunan mewah tempat dia tidur tanpa arti lain untuknya.
"Kenapa orangtuamu sampai mengirim orang kepercayaan mereka?" tanya Renjun. Orangtuanya sendiri juga keras kepala —terutama dalam hal memaksa Renjun punya lebih banyak teman—, tapi dia menebak mereka tidak akan susah payah mencarinya karena Renjun akan pulang sendiri pada akhirnya. Salahkan sifatnya yang tidak enakan pada orang lain.
"Hmmm," Haechan bergumam panjang, seolah mempertimbangkan jawabannya. "Bagaimana kalau... kalau aku cerita kenapa papaku ingin sekali aku pulang, kau cerita siapa lelaki di depan kafe Jaehyun hyung kemarin ini."
Renjun menolehkan kepalanya cepat pada Haechan. Roommatenya itu sedang tersenyum lebar melihat ekspresi campur aduk Renjun. Lelaki berambut pink itu menimbang-nimbang pikirannya beberapa saat. Kalau aku cerita pada Haechan, tidak ada untung untuknya kalau dia membocorkan cerita itu, batin Renjun, toh setelah ini aku tidak akan bertemu Haechan lagi, ya kan?
Renjun menghela napas kasar, tapi akhirnya menjawab, "okay, deal."
Haechan mengerjapkan matanya terkejut, tidak menduga kalau Renjun akan setuju secepat itu walau dia sendiri juga tidak menarik kesepakatannya.
Haechan dengan sigap menyetir mobilnya kembali ke apartemen, kendaraan berukuran sedang itu menyebrangi jembatan sungai Han untuk keempat kalinya hari itu. Renjun memperhatikan pantulan sinar matahari yang jatuh pada permukaan air, dan sebuah pertanyaan terbersit dalam benaknya, kapan aku akan meninggalkan Haechan dan kembali ke Incheon?
-Lovers on the Run-
"Kau mau?" Haechan menyodorkan sekaleng bir pada Renjun yang sedang duduk di atas sofa ruang duduk. Dia ikut duduk di sebelah lelaki yang lebih mungil setelah meletakkan kaleng bir miliknya sendiri di atas meja kopi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovers on the Run | HaeRen
Fanfiction"Wherever I go, as long as I'm with you, I feel at home." Dewi Fortuna mempertemukan Haechan dan Renjun di tempat dan waktu yang tepat. Haechan x Renjun fanfiction by GREENQUINCY Language: Bahasa Indonesia Rating: 16+ #1 strangerstolovers on 210821 ...