Chapter 10

2.2K 292 29
                                    


Renjun melepaskan sandal jepitnya dan membiarkan telapak kakinya menapak langsung pada pasir cokelat di bawahnya. Tak merasakan kerang laut dan patahan koral yang tajam pada kakinya, lelaki itu lalu melangkah maju menuju lautan lepas di depannya.

Renjun tidak bisa merasakan apakah air laut yang menyentuh betisnya panas atau dingin, yang dia tau adalah ombak kecil yang menyapu membelainya dengan lembut, seolah mengundangnya masuk. Air asin yang kini mulai membasahi ujung celana pendek selututnya tidak juga menghentikan Renjun dari melangkah makin dalam ke dalam laut.

Sesaat kemudian awan hitam membumbung dari belakang tubuh Renjun. Lelaki berambut pink itu berseru terkejut melihat gumpalan awan berarak menuju matahari yang tengah setengah tenggelam di ujung cakrawala.

Tak habis rasa kagetnya, sesuatu yang bukan air laut menyentuh pergelangan kakinya. Benda yang terasa seperti rumput laut licin itu melingkari kedua kakinya yang sudah tenggelam hingga ke batas pinggul, dan Renjun ingin berteriak. Dia ingin berteriak minta tolong, tapi tidak ada suara yang keluar dari tenggorokannya.

Sesuatu yang lain tiba-tiba juga menarik kedua tangan Renjun masuk ke dalam air. Lututnya dipaksa menekuk dan Renjun mendongakkan kepalanya sekuat tenaga agar hidungnya tetap berada di atas air.

Sebuah hembusan angin lalu bertiup di sisi kepala Renjun, dan entah kenapa, Renjun merasa familiar. Hembusan hangat yang lain datang, kini mengenai lehernya. Lelaki itu memejamkan matanya, menggali memorinya tentang udara yang menerpa kulitnya.


Renjun lalu membuka matanya.

"Lee Haechan!" teriakan melengking menggema di ruangan dua belas meter persegi tersebut.

"Haechan! Lepas!" Renjun berseru lagi sambil menggeliatkan tubuhnya agar lepas dari dekapan roommate laknatnya.

Bukannya menuruti permintaan Renjun, Haechan malah mengeratkan pelukannya. Lelaki yang lebih tua bahkan tidak tau apakah yang diberikan Haechan dikategorikan sebagai 'pelukan' atau 'suffocation' karena lelaki itu melingkarkan lengannya dan juga kakinya pada tubuh Renjun. Jarak di antara mereka nyaris tidak ada, dan Renjun sampai terbangun dari tidurnya karena Haechan bernapas pada lehernya.

"Ugh, Haechan, aku harus bangun!" dia mendorong tubuh Haechan lebih kuat, dan akhirnya pelukannya terlepas.

Dia segera bangkit berdiri dari ranjang agar 'rumput laut' yang sebenarnya adalah lengan Haechan tidak menariknya lagi walaupun kepalanya agak pusing karena berdiri terlalu cepat. One of the perks of having a low blood pressure.

"Don't leave me, Renjun...," Haechan bergumam sambil menempelkan wajahnya pada bantal yang tadinya ditiduri Renjun.

Renjun lalu merotasikan matanya melihat tingkah aneh Haechan dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi.



-Lovers on the Run-



"Can you stop doing that, Haechan?" Renjun keluar kamar sambil berkacak pinggang.

"Doing what?" tanya Haechan dengan mulut penuh roti yang mereka beli kemarin untuk sarapan. "Aku sudah buatkan tehmu, omong-omong," dia menunjuk sebuah cangkir di sebelah cangkir lainnya yang berisi kopi miliknya.

"Trying to murder me while I'm asleep," gerutu Renjun. "Thanks tehnya," bisiknya kemudian sambil duduk di kursi meja makan yang lain.

Lovers on the Run | HaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang