Chapter 5

2.3K 316 17
                                    


Sore hari itu Renjun kembali duduk di kursi penumpang mobil Haechan, atau mobil sewaannya, lebih tepatnya. Sesuai dengan janjinya pada hari sebelumnya, dia ikut dengan roommate-nya itu untuk pergi ke kafe yang dikelola oleh Jaehyun. Renjun ingat sosok itu sebagai sepupu Jaemin, berusia beberapa tahun lebih tua darinya, dan punya lesung pipi yang menarik.

Mobil yang dikendarai Haechan kemudian memasuki sebuah distrik yang terkenal sebagai tempat nongkrong anak muda di Seoul.

"Ah, itu restoran Park Ahjussi!" seru Renjun sambil menunjuk bangunan dengan area makan outdoor di depannya. Palang besar bertuliskan nama restoran dengan keterangan 'asli khas Busan' meyakinkannya kalau dia tidak salah ingat lokasi yang didatanginya bersama Mark malam itu.

"Restoran Park Ahjussi?" tanya Haechan dengan bingung, "dari mana kau tau Park Ahjussi?"

"Um, aku pernah makan di sana dengan Mark hyung," jawab Renjun, "dua hari yang lalu."

Lelaki berambut pink itu terheran melihat Haechan mengerutkan keningnya, seolah tidak percaya hal yang baru dikatakannya barusan. "Mark hyung?" tanyanya, dan Renjun mengangguk membenarkan. "Aah, pantas saja aku tidak melihatnya di bar."

Tidak lama kemudian, Haechan menghentikan mobilnya di sebuah area parkir yang tidak terlalu besar. Mereka berdua turun dari mobil, dan Renjun mengikuti Haechan masuk ke dalam sebuah bangunan ruko yang merupakan sebuah kafe.

Kafe bertema rustic itu belum terlalu ramai saat Haechan dan Renjun datang. Melihat meja bar di bagian belakang ruangan, Renjun menebak kalau tempat tersebut akan mulai ramai ketika matahari terbenam. Mereka berdua lalu duduk di meja di sisi tembok batu bata dengan tiga bohlam mini yang menggantung di atasnya.

"Apa kau mau pesan makanan sekarang?" tanya Haechan. Dia mengambil kertas menu yang diapit oleh dua botol saus di atas meja dan memberikannya pada Renjun.

"Tidak dulu, sepertinya?" Renjun melirik jam tangannya yang baru menunjukkan jam setengah lima. Kalau dia makan sekarang, dia yakin kalau dia akan lapar lagi jam sembilan nanti.

"Okay, kalau begitu pesan minum dulu saja," Haechan memanggil seorang pramusaji, "aku mau pesan latte, kau mau pesan apa?"

Renjun bergumam sambil mengamati lembaran menu yang dipegangnya. "Teh plum?"

"Okay," Haechan lalu beralih pada pramusaji yang menghampiri meja mereka dan memberitaunya pesanan mereka.

Setelah pramusaji itu pergi, tiba-tiba Haechan berdiri dari kursinya. "Ada apa?" tanya Renjun.

"Ada kerjaan," jawab Haechan dengan cengiran di wajahnya. Dia lalu melepaskan topi putihnya, "aku mau bertemu dengan Jaehyun hyung dulu."

Renjun hanya bisa melongo melihat lelaki satu lagi mengeloyor pergi di balik pintu yang bertuliskan 'Staff only'. Kerjaan? tanyanya dalam hati. Lelaki kelahiran Maret itu celingak-celinguk sebelum akhirnya menyadari keberadaan sebuah panggung kecil beberapa meter dari tempatnya duduk. Di atas platform hitam yang lebih tinggi tiga puluh senti dari lantai itu sudah ada dua buah kursi tanpa sandaran, sebuah mikrofon, dan gitar akustik serta rhthym box yang disandarkan pada tembok. Haechan akan menyanyi di sini? pikir Renjun.

Pertanyaan Renjun terjawab tak lama kemudian saat Haechan keluar dari ruangan staff bersama seorang lelaki lain yang tidak dia kenal. Mereka memeriksa suara yang terdengar dari pengeras suara terlebih dahulu sebelum naik ke atas panggung dan duduk di atas kursi yang ada. Lelaki bermata seperti karakter Pokemon Eevee yang datang bersama Haechan duduk di sebelahnya sambil memegang gitar.

"Selamat sore, pengunjung Aroma Café and Restaurant," suara Haechan yang berbicara di depan mikrofon terdengar di seluruh sudut kafe. Renjun tanpa sadar ikut memandangi sosok yang kini jadi pusat perhatian itu.

Lovers on the Run | HaeRenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang