Juna dan juga Gino saat ini tengah melirik satu sama lain dengan tatapan tajam, seolah-olah mereka hendak berkelahi dan merebutkan tahta kemenangan. Mereka berdua kini ikut jadi tontonan semua siswa-siswi baik dari SMA Jaya ataupun SMA Gemilang, semuanya menatap kearah Gino dan Juna yang saling melirik satu sama lain dengan tatapan yang sengit, semuanya ikut heran karena dua orang yang satu tim di permainan basket kini malah seperti dua orang yang hendak duel demi merebutkan kemenangan.
Juna membuang pandangannya terlebih dahulu, merasa tidak perlu meladeni tatapan Gino yang hanya mengulur waktunya saja. Saat ini ada seorang cewek yang ia sukai yang butuh pertolongan, memilih mengabaikan Gino-Juna pun akhirnya bergegas hendak menggendong Gelora. Namun saat tangan Juna sudah berada di bawah leher Gelora, Gino menahan tangan Juna dan menghempaskan tangan tersebut cukup kasar. Dan hal itupun berhasil membuat Juna menatap Gino heran, tapi berbeda dengan Gino yang menatap Juna dengan tatapan tidak sukanya.
"Biar gue yang bawa Gelora." Ucap Gino penuh dengan penekanan, Juna menggelengkan kepalanya-pertanda bahwa ia tidak setuju dengan usulan Gino. Juna ingin tetap menolong Gelora pada saat ini, Juna ingin menjadi pahlawan Gelora yang sebenarnya, dan menggeser posisi Gino. "Kenapa? Biar gue aja yang bawa Gelora! Lo mending disini aja, gue bisa nolong Gelora sendiri. Dan gak butuh bantuan dari lo!" Tegas Gino sedikit nyolot.
Tanpa berbasa-basi lagi, Gino pun akhirnya menggendong Gelora yang saat ini sudah tak sadarkan diri. Juna hendak menahan, namun ia juga tidak ingin mengambil resiko atas sikap egoisnya yang tetap ingin menolong Gelora. Biarkanlah si Gino yang membantu Gelora, dan Juna yakin pada saat Gelora tahu bahwa yang membantu dirinya adalah Gino, cewek tersebut pasti akan merasa lebih senang daripada tahu bahwa Juna-lah yang menolong dirinya. Juna kemudian berdiri dan berbicara kepada wasit untuk tetap melanjutkan pertandingan ini, dan posisi Gino akan di gantikan oleh Cakra-pemain cadangan tim basket SMA Jaya.
Dengan perasaan panik dan khawatirnya Gino sedikit berlari sembari menggendong Gelora yang sudah benar-benar lemas seperti tidak akan sadar lagi. Pada saat Gino hendak melewati kerumunan, Gino sempat bersitatap sebentar dengan Bella. Bella menggelengkan kepalanya, pertanda dirinya tidak setuju bahwa Gino harus meninggalkan pertandingan hanya untuk menolong Gelora, namun Gino mengacuhkan Bella seolah Bella itu tidak ada. Dan itu berhasil membuat Bella merasa kesal, sebelum akhirnya Bella kembali ikut dengan kelompok cheerleadernya.
Pada saat ini Gino sudah membawa Gelora ke ruang UKS. "WOY! BANTUIN!" teriaknya kepada salah satu petugas yang menjaga UKS tersebut. Dan beberapa siswi yang berada di situ turut membantu Gino untuk menurunkan Gelora di brankar. "Bisa minta kayu putih gak?" Tanya Gino dengan nada tegasnya, dan siswi yang tadi turut membantu Gino pun mengangguk. "Jangan cuma ngangguk aja dong anjing! Bawa kesini cepetan minyak kayu putihnya, tolol! Bisa kerja gak lo? Kalo gak, mending gak usah jagain UKS. Gak becus amat!"
Gino saat ini benar-benar khawatir akan kondisi Gelora, ia takut Gelora kenapa-napa. Sampai-sampai Gino melupakan rasa bencinya terhadap Gelora, mungkin yang di katakan oleh Juna benar, bahwa sebenarnya hatinya hanya untuk Gelora. Namun kenapa Gino selalu menyangkal hal tersebut? Gino pun akhirnya menggelengkan kepalanya pelan, ia harus sadar! Saat ini yang ada di hatinya adalah Bella, bukan Gelora. Gino membantu Gelora hanya karena rasa kemanusiaannya semata, dan Gino juga tidak mau membuat Om Danar jadi sedih bila Gelora kenapa-napa. Sadar Gino! Bella pacar lo, dan Gelora bukan siapa-siapa lo.
Namun pada dasarnya Gino hanyalah cowok yang dibutakan oleh rasa naifnya.
Pada saat Gino sudah di berikan minyak kayu putih. Dengan segera Gino membuka minyak kayu putih tersebut kemudian menempelkannya pada hidung Gelora, berharap Gelora akan segera sadar setelah mencium bau minyak kayu putih yang sangat menyengat, bahkan saking menyengatnya saat ini hidung Gino memerah akibat bau minyak kayu putih tersebut.
"Anjing! Sialan!" Umpatan tersebut lolos dari mulut Gino tatkala ia tidak mendapatkan hasil apapun bahkan setelah menempelkan ujung botol minyak kayu putih tersebut di hidung Gelora. Gelora tetap tidak sadar sama sekali, Gino pun akhirnya melempar minyak kayu putih tersebut dengan asal. Dan dengan segera Gino mengangkat tubuh Gelora, menatap wajah Gelora yang semakin pucat, "Asu!" Umpat Gino lagi pada saat dirinya sadar bahwa hidung Gelora mimisan. Entah apa penyebabnya, yang pasti saat ini Gino benar-benar kalang kabut.
"Lo harus bertahan Gelora. Lo harus sadar, lo harus kuat, g-gue... Gue khawatir banget sama kondisi lo. Gue takut lo kenapa-napa." Ucap Gino menyemangati Gelora-lebih tepatnya menyemangati dirinya sendiri, Gino pun akhirnya berlari namun dengan hati-hati menuju parkiran. Namun ia kembali teringat bahwa dirinya tidak membawa mobil melainkan membawa motor. "Sialan! Apes banget sih gue hari ini." Gino rasanya ingin membanting semua orang yang berada di dekatnya, kenapa Tuhan memberikan dirinya cobaan yang bertubi-tubi dalam satu waktu?
"Halah! Bodoamat lah!" Gino berlari membawa Gelora di gendongannya dan keluar dari kawasan sekolah, ia berlari menuju terotoar dan berharap ada taksi yang lewat. Sehingga ia bisa naik taksi untuk menuju ke rumah sakit.
Dan pada saat mata Gino menangkap ada sebuah taksi berwarna biru, dengan segera Gino melambaikan satu tangannya. Agak kesusahan karena ia harus tetap menjaga keseimbangan agar Gelora tidak jatuh, dan Gino baru bisa menahan nafas sedikit lega saat taksi tersebut berhenti. Gino segera masuk kedalam taksi tersebut dibantu dengan sang supir taksi yang membukakan pintu mobil berwarna biru tersebut.
"Ke rumah sakit terdekat, pak. Terserah mau ke rumah sakit yang mana, yang penting rumah sakit terdekat. Teman saya benar-benar butuh penanganan." Ujar Gino dengan wajah panik dan penuh keringat. Ia pun menatap Gelora yang tetap tidak sadarkan diri. "Heh cengeng!" Panggilnya yang di tunjukkan untuk Gelora. "Jangan mati dulu ya, masa tukang bully mati sih. Kan gak lucu, jangan mati ya, harus tetep hidup, demi bokap lo, dan... Demi gue juga. Jangan sampe kejadian beberapa tahun yang lalu terulang lagi, Ra. Atau gue bakalan gila karena lo." Ujar Gino, ia mendekati wajah Gelora, kemudian mengecup kening Gelora cukup lama. Sebelum akhirnya menghapus noda darah di hidung Gelora dengan jarinya sendiri.
Arrogant Girl
Maaf banget baru bisa update hehe
Khusus untuk chapter ini dan kemungkinan untuk chapter selanjutnya juga, itu khusus Gelora dan Gino ya.
Gino menyesal dan kembali kepada Gelora setelah ini? Eitss jangan harap kawan, karena author tidak sebaik itu wkwk.
Ini baru chapter 8, dan menuju ending masih lumayan lama. Aku juga sebenarnya gak bisa prediksi cerita ini bakalan selesai sampai chapter berapa, tapi doa in aja cerita ini aku selesaiin sampai tamat dan gak aku unpub di tengah jalan ya.
Follow, vote, komennya dong biar aku semangat buat update:)
See you next part<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Girl | Jaesoo
Teen Fiction"You have to understand that not everything in this world can be paid for with money, Gelora." ©xxxhaterainbow