"Lo kenapa sih, sebenci itu sama Gelora? Lo pikir gue gak tau apa ya. Semalem gue liat lo ada di balkon kamar lo, lo cuma diem aja saat tau Gelora di gangguin sama preman. Lo kenapa gak nolongin dia sih, Gin? Otak lo ada dimana?!" Gino merasa terkejut tatkala Juna tiba-tiba mendorong dirinya hingga punggungnya terpentok di tembok. Gino menatap datar Juna, sedangkan Juna menatap Gino dengan tatapan penuh emosi yang masih berusaha ia pendam.
Gino hanya diam saja, nampak pasrah, tak melawan, namun juga sepertinya sangat enggan meladeni Juna yang menanyakan pasal kenapa tadi malam dirinya tidak menolong Gelora. "Gue tau, Gin. Lo benci sama Gelora karena dia suka ngebully si Bella, tapi gue yakin Gelora ngebully Bella juga karena ada alasannya. Dunia Gelora udah hancur, ya meskipun gue gak terlalu tau seluk-beluknya Gelora kayak gimana, cuma gue udah ngeduga kalo sebenernya Gelora itu hanya butuh di perhatikan, dia adalah perempuan yang rapuh, namun untuk menutupi kerapuhannya, Gelora merubah sikapnya menjadi arrogant."
Juna mengcengkram kerah baju Gino, sebenarnya Juna sangat ingin menonjok Gino saat ini. Tapi mengingat Gino adalah sahabatnya, maka Juna mengurungkan hal tersebut. "Bukannya dulu kalian temenan ya? Bukannya kalian dari kecil udah deket? Harusnya lo tau sifat Gelora itu kayak mana, harusnya lo paham. Lo dan Gelora lebih dulu saling deket sebelum lo deket dan pacaran sama Bella, masa cuma karena Bella lo jadi musuhin Gelora. Gelora itu cinta sama lo, Gino. Dia merasa dikhianati saat tau lo malah pacaran sama Bella." Sebenarnya Juna merasakan sesak di dadanya tatkala berkata bahwa sebenarnya Gelora mencintai Gino, tapi bukankah memang semua itu fakta? Ia dan Gelora itu sama, mencintai seseorang yang hatinya entah untuk siapa.
Terlalu rumit bukan? Juna mencintai Gelora, Gelora mencintai Gino, dan Gino mencintai Bella. Disini Juna dan Gelora lah yang harus menahan sakit tatkala seseorang yang mereka cintai malah mencintai orang lain. Bedanya, Juna bisa menahan semua rasa sakit tersebut hanya dengan melihat Gelora bahagia, meskipun kebahagiaan Gelora sebenarnya ada pada Gino. Namun bisakah Juna mengatakan ia bahagia saat ini? Padahal Gelora sang pujaan hatinya saja tidak bahagia. Kebahagiaan Juna ada pada Gelora, tapi kebahagiaan Gelora ada pada Gino. Kisah mereka tidak bisa di tulis dengan begitu-begitu saja, sulit, perlu di pahami, perlu sebuah alur dan kejelasan.
Entah itu akan berakhir dengan indah, atau berakhir dengan tragis.
Gino melepaskan cengkraman Juna, kemudian Gino membenarkan kerahnya yang sedikit berantakan karena ulah Juna. "Lo udah tau alasan kenapa gue benci sama Gelora. Dan itu semua udah jelas, jadi gak perlu lagi lo mempertanyakan hal gak berguna ini sama gue." Ujar Gino akhirnya membalas ucapan Juna, "Lagian bukannya lo harusnya seneng ya? Dengan ini lo bisa memanfaatkan kesempatan untuk ngedeketin Gelora dan buat Gelora suka sama lo. Kenapa sekarang lo jadi banyak bacot kayak gini?"
"Mencintai gak harus memiliki!"
Gino memicingkan matanya, menatap Juna dengan tatapan meledek, kemudian tertawa sebentar. "Mencintai gak harus memiliki? Halah bullshit. Cuma orang bodoh yang bilang kayak gitu. Mencintai gak harus memiliki? Kalo gue sih gak dulu deh pake prinsip kuno kayak gitu. Lo pikir ini jaman apa? Roma Irama?"
"Dan cuma orang egois yang bilang mencintai harus memiliki. Berjuang boleh, bro. Tapi memaksakan perasaan orang lain jangan. Itu namanya egois, karena orang yang bener-bener tau apa maksud cinta, maka dia bakalan rela melepaskan orang yang dia cintai demi kebahagiaan orang yang dicintainya."
"Lo lagi ngomongin Gelora nih?" Tanya Gino dengan ekspresi menyebalkan di wajahnya. "Gelora itu udah memaksakan perasaan gue sama dia, egois, itu namanya udah gak berjuang lagi sih. Tapi dia udah terobsesi sama gue, bahkan dia juga nyakitin orang yang gue cintai, dia nyakitin Bella. Cuma karena pengen dapetin gue? Cih, sampah!"
"Jaga mulut lo ya anjeng!" Juna mengangkat tangannya, hendak memukul Gino. Namun ia urungkan, karena Juna tidak ingin bertengkar di sekolah seperti ini. Itu hanya akan membuatnya terkena masalah saja, "Oke deh. Lo bilang Gelora memaksakan perasaan lo ke dia? Tapi gue sama sekali gak yakin kalo lo gak ada rasa sama Gelora, meskipun mulut sampah lo itu bilang kalo lo gak suka sama Gelora, benci sama Gelora, tapi gue tau itu semua cuma omong kosong lo doang! Karena yang gue liat dari mata lo, sebenernya lo itu ada perasaan kan sama Gelora? Cuma ketutup aja sama rasa suka lo ke Bella."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Girl | Jaesoo
Tienerfictie"You have to understand that not everything in this world can be paid for with money, Gelora." ©xxxhaterainbow