[Several dozen years ago]
"Gelora! Kamu harus bertahan ya sayang, kamu pasti bisa. Aku tau kamu kuat, kamu pasti bisa sayang." Danar Mahesa-tengah menatap khawatir kepada istrinya yang akan melahirkan, apalagi istrinya memiliki penyakit tumor di rahimnya, itu yang membuat Danar semakin khawatir.
Ketika mereka sudah sampai di ruangan ICU, Danar tidak diperbolehkan masuk oleh sang dokter. Meskipun sempat memberontak, akhirnya Danar pun memilih untuk menyerah dan menunggu proses bersalin Gelora dengan terus berharap agar istri beserta dengan calon bayinya selamat tanpa harus mengorbankan salah satu dari mereka.
Meskipun tidak yakin, tapi Danar tetap berdoa agar Gelora beserta calon bayinya selamat. Hingga sampai 1 jam Danar menunggu, pintu ruang ICU pun terbuka dan menampakkan dokter yang masih lengkap dengan masker dan pakaian operasinya. Melihat hal itu, Danar pun segera berdiri dan mendekati dokter tersebut masih dengan perasaan was-was dan berharap mendapatkan kabar yang setidaknya baik untuk di dengar.
"Bagaimana keadaan istri dan calon bayi saya, dok? Pasti mereka berdua selamat, kan? Katakan pada saya dokter! Bagaimana keadaan mereka berdua?" Danar sudah tidak sabar hingga tanpa ia sadari pula Danar baru saja membentak dokter yang menangani proses bersalin istrinya. Tapi ya mau bagaimana lagi, dokter tersebut hanya bisa memaklumi rasa panik yang cukup tinggi yang di alami oleh Danar.
Dokter tersebut menghela nafas, nampak melepaskan masker dan sarung tangannya. Kemudian menyerahkannya kepada suster yang kebetulan berada di samping dokter tersebut. "Begini, Pak. Maafkan saya, saya sudah berusaha sebisa mungkin, tapi-"
"TAPI APA DOKTER?!"
"Tapi, kami hanya bisa menyelamatkan salah satu dari mereka, Pak. Maka dari itu saya menemui Bapak karena ingin bertanya langsung kepada anda, anda lebih memilih calon bayi anda yang di selamatkan, atau istri anda yang di selamatkan."
Danar menghela nafas frustasi, bagaimana ini? Apa yang harus Danar lakukan? Siapa yang harus Danar pilih? Ini terlalu berat baginya. Jika Danar memilih menyelamatkan calon bayinya, maka satu-satunya wanita yang ia cintai di dunia ini akan meninggal dan itu artinya Danar akan kehilangan wanitanya. Tapi jika Danar lebih memilih menyelamatkan istrinya, maka Danar tidak akan pernah bisa melihat calon bayinya yang bahkan belum pernah ia lihat sama sekali. Ya Tuhan! Ini sungguh sulit bagi Danar.
"Oh iya, Pak. Satu lagi, sebelum Bapak memutuskan sesuatu, istri Bapak meminta Bapak untuk menemuinya dan membicarakan hal ini baik-baik." Ucap sang dokter, kemudian dokter tersebut tampak berbicara sebentar dengan suster, "Baiklah kalau begitu saya permisi dulu. Jika sudah mengambil keputusan Bapak langsung bisa menemui saya di ruangan saya, kita tidak punya banyak waktu, Pak. Atau keduanya tidak akan bisa terselamatkan. Untuk itu silahkan Bapak masuk ruangan dan berbicara baik-baik dengan istri Bapak, permisi."
Dokter tersebut akhirnya pergi meninggalkan Danar yang masih terpaku di depan ruang ICU. Apa kata dokter tadi? Dirinya harus menemui Gelora terlebih dahulu untuk membicarakan hal ini? Itu malah akan membuat dirinya semakin merasakan sakit. Tapi mau bagaimanapun juga Danar sudah tidak punya banyak waktu lagi, atau dirinya akan kehilangan kedua orang yang paling berharga di dalam hidupnya.
Dengan segera Danar masuk kedalam ruang berbau obat itu, ia menatap Gelora yang masih terpejam dengan wajah yang penuh dengan keringat. Meskipun terlihat pucat namun Gelora masih terlihat sangat cantik, seperti biasanya, bedanya bibirnya yang biasanya berwarna merah muda kini berubah menjadi warna putih pucat. Wajah Gelora tampak sangat tenang, seolah semua akan baik-baik saja. Padahal saat ini bisa saja nyawanya akan terancam, namun sepertinya Gelora sudah ikhlas akan semua itu, makanya wajahnya tampak sangat tenang. Malahan Danar yang disini tampak kalang kabut.
![](https://img.wattpad.com/cover/288501295-288-k525807.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Girl | Jaesoo
Genç Kurgu"You have to understand that not everything in this world can be paid for with money, Gelora." ©bilaalovelya