06. 𝐀𝐫𝐫𝐨𝐠𝐚𝐧𝐭 𝐆𝐢𝐫𝐥

733 152 20
                                    

Gelora berjalan menuruni tangga dengan wajah sumringahnya tatkala mendapat kabar bahwa Papanya akan pulang hari ini juga. Bahkan Gelora sudah menyiapkan hadiah untuk Papanya, yakni tadi Gelora mendapatkan nilai 100 di pelajaran biologi dan ia yakin Papanya akan merasa senang saat mengetahui ia mendapatkan nilai yang bagus di kelasnya. Selain itu, Gelora juga sudah merasa sangat kangen dengan sosok Papanya dan ingin segera memeluk sosok pria paruh baya yang perawakannya masih seperti remaja usia 18 tahunan.

Saat bel rumahnya berbunyi, dan salah satu pelayanannya hendak membukakan pintu. Gelora menghentikan aksi pembantunya yang ingin membuka pintu rumahnya, karena Gelora sangat yakin bahwa itu adalah Papanya. Maka dari itu Gelora lah yang akan membukakan pintu rumah, dan menyambut kedatangan Papanya. "Jangan Bi! Biar Lora aja yang buka. Karena itu pasti Papa yang datang, dan Lora pengen nyambut Papa." Salah satu pembantu yang dipanggil Bibi oleh Gelora itu hanya mengangguk patuh dan kembali melanjutkan pekerjaan rumahnya.

"Welcome to Papa's house! I really miss you." Gelora membuka pintu tersebut kemudian memeluk sosok laki-laki yang berada di depan rumahnya. Namun Gelora sedikit merasakan aneh tatkala sepertinya tubuh laki-laki ini berbeda dengan tubuh Papanya, rasanya tubuh laki-laki yang sedang ia peluk ini lebih besar dari badan Papanya. Dan juga Gelora menatap dada laki-laki yang sedang ia peluk, kalau Papanya pasti ia akan menggunakan jas rapih, tapi kenapa ini menggunakan jaket denim?

"Ekhmm! Lora, Papa ada disini. Dan siapa yang kamu peluk itu?" Damn! Siapakah yang sedang Gelora peluk saat ini? Gelora cepat-cepat melepaskan pelukannya. Dan disaat ia mendongak, Gelora mendapati Gino yang menatapnya dengan tatapan datar. Namun juga dari tatapan tersebut, sepertinya dari tadi Gino berusaha menahan tawanya. Mungkin gengsi saja, maka Gino tetap mempertahankan wajah datarnya.

Gelora mundur beberapa langkah, kemudian ia menatap Papanya yang saat ini sudah tertawa mengejek. Pertanyaannya adalah, kenapa Gino bisa bersama dengan Papanya? "Papa kok sama Gino sih?" Tanya Gelora dengan alis menukik, kemudian ia melirik Gino yang masih tetap mempertahankan wajah datarnya. Songong banget sih! Pengen rasanya Gelora tampol pakek dolar.

Danar berhenti tertawa, kemudian ia yang tadi berada di belakang Gino saat ini melangkah maju hingga Danar kini berada tempat di samping Gino. Terlihat tinggi Gino beberapa cm, "Kenapa? Kamu gak seneng kalo Papa sama Gino? Jadi gini, tadi Papa nyuruh Gino buat jemput Papa di bandara. Dan Gino baik banget karena udah mau jemput Papa, padahal tadi katanya Gino lagi sibuk." Jelas Danar kepada Gelora, dan Gelora hanya memutar bola matanya malas baik apaan sih Pa? Asalkan Papa tau aja, Gino yang Papa anggap baik itu kemarin buat kaki aku terkilir dan ngatain aku kayak hewan. Ujar Gelora di dalam hatinya.

"Ya kan Papa bisa bilang aja ke Gelora kalo Papa minta jemput. Nanti pasti Gelora jemput kok, sekarang Gelora udah jago naik mobilnya. Jadi gak bakalan deh tabrakan kayak dulu lagi." Ucap Gelora terlampau kesal, dulu memang sempat Gelora bertabrakan dan membuat dirinya harus di operasi. Dan melakukan pemulihan hampir dua bulan lebih, maka dari itu, saat ini Gelora tidak diperbolehkan menyetir mobil sendiri. Karena saat Gelora mengalami kecelakaan, Danar rasanya hampir gila karena tidak mau kehilangan sosok perempuan yang bernama Gelora untuk yang kedua kalinya.

Pada saat itu Gelora masih sangat dekat dengan Gino, bahkan Gino rasanya juga hampir gila karena takut terjadi sesuatu yang buruk kepada Gelora. Gino bahkan rela tidak sekolah selama beberapa minggu hanya karena ingin menjaga Gelora, bahkan Gino dan Gelora harus menyusul banyak materi pelajaran yang sudah mereka lewati. Namun itu terjadi pada saat Gelora dan Gino masih kelas 10, pada saat Bella belum datang di antara keduanya.

Mendengar Gelora yang ternyata sudah mulai mengendarai mobil sendiri, membuat Danar menatap Gelora dengan tatapan serius. "Ohh, jadi selama ini pas Papa tinggal. Kamu diem-diem suka ngendarain mobil sendiri ya? Gelora, kamu jangan keras kepala gini dong. Kalo kejadian kamu kecelakaan seperti waktu itu terulang lagi, Papa gak akan pernah bisa memaafkan diri Papa sendiri. Kan Papa udah kasih kamu supir pribadi, kalo kamu mau kemana-mana atau mau sekolah, kamu bisa kok minta di anterin sama supir pribadi kamu. Asalkan kamu nggak mengendarai mobil sendiri."

Arrogant Girl | JaesooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang