Cici membelalakan matanya saat ia tadi diantar oleh Devan, ternyata rumah, ralat apartemen Devan itu disebelahnya, berarti mereka tetanggan dong??
Tapi masih untung tetanggan dan jangan sampai mamanya tau bisa bisa mereka disuruh jadi satu rumah!
Cici menghembuskan nafas pelan, ia lelah, jam sudah menujukan pukul 23.15 udah hampir tengah malem, dan besok dia ada kelas jam setengah sembilan pagi. Hahhh entahlah apakah besok ia akan bisa bangun pagi atau tidak.
Cici berjalan ke kamar mandi mencuci untuk wajahnya dan segera pergi tidur tidak lupa untuk memasang alarm. Takut kesiangan.
•••
Sinar matahari pagi menembus dari korden Cici yang transparan menyinari kamar bercat biru muda.
Di barengi dengan bunyi jam beker miliknya.
kringggggggggggggg
Tangan Cici terulur mematikan jam beker, ia segera terduduk saat mengingat ada jam kuliah pagi. Mengucek matanya pelan kebiasaan saat baru bangun tidur.
Hoam
Menguap sebentar dan berjalan mendekati balkon. Melihat matahari pagi yang semakin lama semakin naik ke atas. Merasa sinar matahari mulai memanas ia kembali masuk ke kamarnya, tidak lupa menutup pintu balkon dan membuka korden. Melihat jam di nakas masih jam tujuh pagi, sepertinya terlalu pagi ia bangun.
Cici berjalan ke dapur mebuka lemari es mengambil sebotol air untuk membasahi kerongkongannya.
Dan bersiap-siap untuk ke kampus.°°°
"Ck, lu emang keren! " lagi dan lagi dengan tingkat kepedean di atas rata-rata Cici memuji dirinya sendiri.
Meraih tasnya dan ia siap gas ke kampus, tapi sebelum itu cici mencabut ponselnya dari pengisi daya. Saat membuka pintu ia dikejutkan dengan adanya Devan berdiri di depan pintu.
"Berangkat bareng, " ucap Devan saat Cici ingin bertanya.
"Eh, gausah pak, saya udah pesen gojek, " bohong Cici padahal mah ia belum pesen niatnya mau telpon sahabatnya buat jemput.
"Batalin." singkat, lalu menarik tangan Cici untuk kebawah. Cici nya kaget sampai ia tak tak sadar kalo sekarang sudah berada di mobil Devan, gimana ga kaget, ia tiba-tiba di tarik sama orang ganteng yang statusnya sekarang sebagai calon tunangannya itu.
Hening, dimobil tidak ada yang bicara, sampai tiba di lampu merah Devan berdehem untuk memecahkan keheningan.
"Ekhm, saya tau kamu tidak setuju, bertunangan dengan saya, " ucap Devan membuka bicara menatap Cici yang juga sedang menatapnya.
Cici kaget, ia tak menyangka Devan akan mengatakan ini padanya, dengan tatapan yang... lembut? Jantungnya tiba-tiba bedegup kencang, menganggu tapi entah kenapa ia suka. Cici ingin mengatakan sesuatu namun mulutnya kembali tertutup karena Devan memotong sebelum ia sempat berbicara.
"Tapi, saya harap kamu bisa memulai pelan-pelan dengan saya. Saya akan berusaha buat lebih mengenal dan mengerti kamu, " ucap Devan dengan nada sedikit kaku, ia tidak pernah berkata seperti ini kepada seseorang, dan dia tidak tau caranya.
Lidah Cici terasa kelu, sekarang ia tidak tau harus merespon bagaimana pikiranya tiba-tiba ngeblank. Ia menatap mata yang penuh harap itu, ada keseriusan. Tidak ada kebohongan di sana.
Cici menelan ludah gugup, pria di sampingnya ini masih setia menanti jawabannya dengan penuh harap, Perlahan ia menganggukkan kepalanya tanda setuju. Yang disambut senyum lega dan bahagia.
Cici tidak terlalu jahat sampai- sampai ia menolak, ia akan mencoba. Entah apa yang akan terjadi di kedepannya, itu akan ia pikirkan nanti. Toh, mereka dijodohkan dan mungkin ini sudah takdirnya.
+_____________________+
Tuing! Tuing! Update lagi! Jangan lupa tekan bintang dan komenttt! Komen kalian membantu banget buat semangat ngetik, seriusan ga boong! Maaf juga lama update, bentar lagi ujian, dan saya udah kelas 12 hiksOke! See you~