7

215 21 0
                                    

"Cici! FIGHTING!" ucap Mia memberikan semangat sebelum Cici keluar dari mobil. Sebelum pulang mereka-Mia dan Roni- mengantar Cici terlebih dahulu ke restoran tempat Cici dan ibunya janjian.

"Kalo jadi, jangan lupa traktir," uap Roni yang ikut menggoda Cici. Melihat itu Cici mendengus, kesal melihat teman-temannya senang diatas kesusahannya.

Cici keluar mobil dan melangkah cepat memasuki restoran cepat saji yang ditentukan oleh ibunya, karena sedari tadi ia sudah diteror telepon oleh ibunya agar ia cepat datang.
Saat ia ingin menghampiri meja ibunya tiba-tiba seorang pelayan wanita menabraknya dengan baki minuman yang mengakibatkan minuman tersebut rumah dan gelasnya jatuh ke lantai dan pecah.

"Ma maaf Kka," ucap pelayan itu ketakutan, tangannya gemetar saat mengumpulkan pecahan gelas, matanya was was melihat ke belekanga, mungkin takut manajernya datang.

Melihat itu Cici menghela napas kasihan juga, pikirnya. Cici ikut jongkok dan membantu pelayan itu. "Tidak apa-apa lain kali hati-hati, " ucapnya dan menyerahkan pecahan gelas terakhir.

Setelahnya Cici berlalu ke toilet terlebih dahulu sebelum menghampiri ibunya.

"Huft.. untung gw kaga jadi pake putih." Cici sekarang memakai dress biru dongker selutut dengan rambut di urai, dan di kedua sisi di kepang sedikit lalu di ikat kebelakang. Author kaga tau namanya.

Merasa sudah bersih, Cici keluar toilet dan menghampiri meja ibunya sebelum kembali ditabrak oleh seorang laki-laki berbaju hitam dan memakai masker, terlihat ia sedang buru-buru.

"Huft, anjir ada apa sama ni hari, gw dah ditabrak dua kali!"

"Mah!"

"Eh udah dateng, lama banget ya, " ucap Devita menghampiri Cici dan mengajaknya duduk di sebelahnya.

"Ee... tadi ada problem sedikit," ucap Cici dan menggaruk tengkkuknya yang tidak gatal.

"Ci kenalan ini tante Ocha, temen mamah, kamu dulu lengket banget sama tante Ocha."

"Halo Tante, " sapa Cici tersenyum kikuk.

"Cici udah besar ya, sekarang makin cantik aja sekarang."

"Hehe, terima kasih tante, " ucap Cici tersenyum simpul.

"Oiya Ci masih inget engga sama anak tante ini, kalian dulu sering banget main bareng loh, " ucapnya sambil menepuk lengan orang yang dibilang anaknya.

Cici baru sadar kalo di sana ternyata ada laki-laki yang sedari tadi memperhatikannya, dan yang membuatnya terkejut lagi dia adalah dosennya Mia!

"Pasti lupa si Cici, tau sendiri kan Cici pelupa anaknya cha, mereka kan udah lima belas tahun ga ketemu," gurau Devita.

----------------

Cici POV

Lima belas tahun? Gw ko kaga inget?

"Gapapa lah, Vit. Kalo lupa, kan bisa deketan lagi, " kata tante Ocha.

"Oiya, jadi kapan kita nentuin tanggalnya?"

Hah? Tanggal? Tanggal apaan? Gw ngelirik ke mama, natep mata mama dengan tanda tanya gede!

Mama yang mungkin paham sama bahasa telepati gw, "Ohh, tanggal tunangan? Kalo bisa secepetnya sih, Cha. "Mata gw terbelalak kaget. Tunangan? Yang bener?

" Tapi kan, Cici masih kuliah, mah," ucap gw memelas yang sama sekali ga diharauin.

"Kan baru tunangan Ci, besok nikahnya bisa pas kamu lulus." Skak mat udah, gw gada lagi alesan yang lain. Gw natep Pak Dev yang keliatannya sama sekali ga peduli. Bisa-bisanya anteng sambil natep ponsel.

*****

Sampe sini duluuu
Makasih udah bacaaa
Jangan lupa voteeee anda comenttt
See youu!

Lanjut?

PAK DOSEN!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang