"Uhuk, ekhm ekhm." Mia yang tersedak minuman karena mendengar perkataan Cici masih menetralkan tenggorokannya.
"Ekhm, kenapa lu mau pindah?"tanya Mia.
"Mandiri," jawabnya singkat.
"Cih, tumben...."
"Enak aja tumben, lagian gw mager bolak-balik dari rumah ke kampus."
"Cuma tiga puluh menit," mia mencibir.
"Sama aja!"
"Emang lu udah bilang sama om, tante?"
"Udah, gw di izinin sama bokap tp sama nyokap kaga, tp gw tetep pindah, kata bokap gw suruh nyari sendiri trus nanti suruh bilang kalo udah dapet."
"Terus?"
"Bantu gw nyari elah! Gw juga udah bilang sama Roni."
"Humm," Mia mengangguk angguk menyutujui membantu mencari apartemen buat Cici. "Oke."
_______________________
Cici duduk di bangku taman sendirian, emang nasibnya yang jomblo entah karena belum ketemu jodoh atau jodonya yang nyangkut di orang lain.
Tapi tenang, walaupun sendirian Cici tidak bersedih hati, dengan santai ia memasukkan satu tusuk cimol ke dalam mulutnya mengunyah dengan nikmat.
"Pak! Satu lagi ya pak!"
"Asiap neng!"
Matanya menatap bapak-bapak paruh baya penjual cimol di depannya yabg gesit memasukkan butih-butih cimol ke wadah kertas yang sudah dibuat mangkok sebelumnya, mata Cici berbinar saat bapak itu menambahkan banyak bumbu ke cimol pesanan ya.
"Terima kasih, pak! Nih, pak, uangnya," ucap Cici memberikan satu lembar uang dua puluh ribu ke bapak penjual cimol.
"Sama yang tadi ya ,Pak!" lanjutnya.
"Kembaliannya, ne-"
"Buat bapak aja," potong Cici ramah.
"Wah, terima kasih atuh neng, nuhun,"
"Iya, pak, sama sama,"ucap Cici lalu kembali duduk di bangku taman.
Tangannya menscroll beranda di aplikasi mamik*s. Masih dengan masalah tadi pagi yang katanya ia ingin mandiri.
Ting!!
Satu notif dari Roni muncul di pop up ponsel Cici
Roni
Oi Ci Ci Ppppp Oii
Yesss spadaaa? Knawhy?
Send pict
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lumayan Mau kaga? Temen gw pengen jual tp sayang tp butuh duit Lu sewa aja gmana?
Ogah gw, kalo jauh.
Lumayan juga, pikir Cici tempatnya sepertinya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil cukuplah untuk ia sendiri tinggal.
Roni
Kaga jauh, 600 m dari kampus lu.
Kalo mau, besok gw bawa lu kesana.
Oke!! Gw ajak Mia juga.
------------------------------------------------
Ting Tong!ting tong!
Cici membunyikan bel pintu rumahnya, sudah lima menit ia berdiri di dean rumahnya tanpa bisa masuk. Salahnya juga ia lupa membawa kunci rumah, sebenarnya di rumah ada Alex , adiknya tapi pasti sore -sore begini molor.
"Loh ko ga masuk?" ucap seseorang dari arah belakang.
"Lupa bawa kunci, mah," jawab Cici meringis.
"Kebiasaan, sini mamah yang buka." Devita mengeluarkan kunci rumahnya dan membuka pintu, dan masuk di ikuti Cici di belakang.
"Tadi beli apa mah?" tanya Cici mengikuti Devita ke dapur.
"Biasa, belanja bulanan, kamu udah dapet kosnya?"
"Belum, eh udah besok mau liat sama si Roni."
"Bagus ga?" tanya Alex tiba-tiba.
"Astagfirullah, sejak kapan lu di situ? Udah kaya tuyul lu tiba-tiba ada tiba-tiba ilang!"
"Enak aja! Mana ada tuyul ganteng kaya gw!"
Mendengar kalimat pede dari adiknya itu Cici menampilkan wajah pura pura muntah yang di abaikan oleh Alex.
"Joni, tadi kamu di cariin Rio, disuruh kerumahnya," ucap Devita sambil mengeluarkan belanjaan dan menaruhnya di kulkas.
"Sekarang mah?"
"Taun depan!" sahut Cici.
"Ikutan aja lu kutu!" sewot Alex.
"Iya sekarang, cepet sana," potong Devita saat melihat Cici mau mulai adu mulut dengan adiknya.
"Woke!" ucap Alex dan keluar dari dapur.
"Ci," panggil Devita.
"Hm?" jawab Cici sambil memakan buah pir ditangannya yang ia baru ambil dari kulkas.
"Tadi, mamah liat anak temen mamah gantengggg banget."
'Bodo amat' batin Cici berucap, udah tau nih jalur pembicaraan mamahnya.
"Terus?" jawabnya.
"Besok kamu ikut mamah, makan malem di Restoran depan situ,mau?"