Taman.
"hem hem badanya besar tangannya kecil kalau mengaung yang lain langsung mundur!" Galen bernynyi dengan riang sambil melompat tidak lupa tangannya memegang erat sebelah telapak tangan Cici. Cici pun tidak keberatan ia juga antisipasi takut galen tiba tiba hilang.
"Tirex tirex tirek itu namanya!" terus bernyanyi, berjalan mengelilingi taman, Cici bahkan sempat khawatir kalau Galen akan kelelahan , namun kini sirna saat melihat anak itu seperti tidak akan kehabisan energi malah semakin bersemangat.
Ting!
Satu notif bunyi dari pnsel Cici, Gevan penyebabnya.
Pak Gevan
Di mana?
Dahi Cici mengkerut heran. Tumben.
"Galen, kita duduk di situ yuk," ajak Cici menunjuk ayunan di bawah pohon besar di taman, terlihat nyaman.
"Ayunan??"
"Huum," jawabnya menganggukkan kepala.
"Okeee," Galen menyatukan jari telujuk dan ibu jarinya membentuk lingkaran tanda 'oke'
Galen menaiki ayunan perlahan dan mengayunnya dengan pelan sambil bernyanyi random.Sedangkan Cici, ia duduk lesehan di bawah pohon sambil melihat Galen yang sedang berayun.
Ting!
Pak Gevan
?
Oh! hampir saja Cici meelupakan pesan Gevan, dengan cepat ia menetikan balasan.
Di taman
Taman mana?
Di jalan xx deket rumah sakit YX
(read)Tidak ada balasan setelahnya.
"Cici." Atensi Cici beralih kepada seseorang yang menarik pelan lengan bajunya.
"Hmm?"
"Mau itu," cicitnya dengan menjuk pedagang es goreng di pinggir taman.
"Oke, ayo kita beli!" Cici menggandeng tangan Galen, membawanya ke pedagang yang di tunjuk.
"Mas satu ya," Ucap Cici kepada abang pedagang di depannya
"Siap, neng!"
"Nih, neng," ucap penjual menyerahkan satu tusuk es goreng yang sudah jadi yang langsung di sambut Galen, Cici mengeluarkan uang satu lembar lima ribuan ke penjualnya dan mengajak galen kembali ke ayunan setelah mengucapkan terima kasih ke penjual tersebut.
"Cici!"
*****
Dan disinilah mereka bertiga Galen, Cici, Gevan. Di sebuah restauran cepat saji. Setelah penjelasan panjang kali lebar Cici tentang Galen di sinilah mereka.
"Jadi?" ucap Gevan yang masih menatap tajam Galen yang sedang makan paha ayam, bukan, bukan itu yang membuat Gevan menatap tajam ke arah Galen yang sedang asik makan, melainkan ke arah tangan kiri Galen yang sedang menggenggam erat tangan kanan Cici.
Cici yang di tanya meringis merasa sedikit bersalah entah karena apa.
"Dia masih anak - anak loh pak."
Raut muka Gevan brubah masam, "Tapi dia lebih tua dari kamu."
Oke, Cici sekarang diam tidak tau harus menjawab apa lagi. Rasanya Cici ingin kabur karena setelahnya tidak ada lagi yang bicara.
"Sayang, pulang." Galen berucap setelah meneguk habis gelas minumannya.
Gevan melototkan matanya menatap Galen. "Sayang!? Kamu panggil dia sayang?!"
Galen balik menatap Gevan, mengerutkan dahinya bingung," Emang kenapa ,om?" Cici hampir menyeburkan minuman yang baru ia sedot dari gelasnya.
Raut wajah Gevan bertambah masam," Siapa yang ngajarin!?" tanya nya dengan nada sedikit kesal?
"Kata mamah,Galen bisa panggil sayang sama orang yang Galen suka."
****
"Bapak Gak ada kelas?! " Cici bertanya dengan kening berkerut. Pasalnya, setelah kejadian absurd tadi Cici mengantarkan Galen pulang dengan di antar paksa oleh Gevan. Dan sekarang ia malah terjebak dengan suasana hening di apartemen. Apartemen? Udah baca kan kalo apartemen Cici di samping apartemen punya Gevan, dan setelah mengantarkan Galen, merka pulang dengan Gevan yang malah mampir Ke apartemen nya Cici.Gevan menggelengkan kepalanya dengan wajah datar.
"Saya nginep ya? "
___________________
Hai? Maaf garingg, setelah sekian lama ga nulis saya kembali nulis cerita dengan alur yang kembali mambrul seperti pertama kali menulis🙂😭
Sekian dan semoga suka, next chappp author usahain ada adegan anu, eh ga ding🙂See you the next chppp, jangan lupa teken bintang💜
KAMU SEDANG MEMBACA
PAK DOSEN!!
Roman pour AdolescentsBapak, ngapain?! ~Cici Saya jagain kamu. ~Gevan