PART 3

862 92 8
                                    

Suara garpu dan pisau saling beradu diatas piring. Main course kali ini adalah steak sapi kobe medium-rare . Hinata diam-diam memperhatikan wajah pria di depannya dengan malu-malu sambil menunduk. Rahang Uchiha sasuke yang tegak dan bola matanya yang berwarna raven gelap membuat aura pria itu terpancar hingga dadanya bergemuruh. Hinata tersenyum kecil, baru beberapa menit setelah pertemuan pertama mereka tapi ia merasa sudah jatuh cinta pada pria itu.

"Wine?" Hyuuga Hiashi mengangkat gelasnya tinggi-tinggi ke udara. Pelayan secara otomatis berjalan menghampirinya dan tersenyum, sambil menuangkan wine berkualitas tinggi pada gelasnya yang kosong.

Uchiha Fugaku tersenyum kecil dan mengangkat gelas kosongnya juga. "Terimakasih" katanya singkat, tapi kemudian ia melirik kearah sasuke yang sedari tadi menatap makanannya dengan tatapan nanar. Ia sama sekali tidak kelihatan peduli dengan pertemuan itu. "Ehem, sasuke angkat gelasmu juga."

Itachi ikut melirik ke arah adiknya dan menyenggol perut adiknya dengan siku keras-keras. Membuat Sasuke tersadar akan lamunannya dan mengangkat gelasnya juga dengan perasaan hambar. "Ya .."
Ketiganya bersulang dan meminum wine itu secara bersamaan. Sementara Hinata sedari tadi tidak mengalihkan tatapannya pada wajah Sasuke.

"Kau suka minum wine, sasuke ... " suara Hinata berubah menjadi gugup "-kun?"

Itachi tersedak dan menatap hinata dengan pandangan menyipit. Ia merasa panggilan itu menggelikan, sementara Hiashi dan Fugaku tertawa renyah mendengar panggilan Hinata untuk bungsu Uchiha itu. Sasuke hanya menatap steaknya tanpa minat atau gairah menanggapi gadis di hadapannya. Sakura masih menyita seluruh. Wanita bersurai rambut merah muda dan perasaan rumit.

Sasuke dengan malas mengangguk pelan. "Hm"

"Kalian sangat serasi" Fugaku tersenyum sambil menepuk kuat-kuat bahu Sasuke.

"Apakah kau begitu menyukainya Hinata? Ayah lihat wajahmu sudah memerah sejak tadi"

Hinata tersipu karena malu "Ayah, berhenti menggodaku"

Kedua pria tua itu tertawa dan bercengkrama layaknya sebuah keluarga besar. Sementara Itachi melirik kearah adiknya yang sama sekali tidak mengatakan apapun sambil terus menundukkan wajahnya.


====

"Sialan" Sasuke refleks mengumpat sesaat setelah ia membuka pintu kamarnya.

Itachi mengekor di belakang Sasuke. Ia berniat berbicara serius mengenai perjodohan tadi atau setidaknya melakukan apapun yang bisa ia lakukan untuk menenangkan perasaan adiknya.

Tapi aura kemarahan Sasuke semakin besar. Itachi hanya meringis sedikit ketika pria itu memukul lemari kayunya kuat-kuat.

"Hei, hei tanganmu bisa terluka"

"Diamlah, jangan mengguruiku" Sasuke menatap kesal kakaknya yang saat ini memegangi bahunya. "Jika saja kau tidak bersikeras menjadi dokter dan tetap meneruskan posisi ayah sebagai direktur, aku tidak harus duduk di sana dan dijodohkan dengan wanita itu."

"Jadi kau pikir semua ini salahku?"

"Salahmu! Itu semua salahmu, brengsek" Sasuke mengumpat. Lalu ia jatuh terduduk dengan posisi tangan yang terkepal kuat dengan darah yang mengalir segar di sela-sela jarinya. "Kau tidak pernah tahu seberapa berat bebanku menjadi pengganti ayah dalam meneruskan perusahaan." Sasuke menatap kakaknya dalam-dalam. Tatapannya terluka dan putus asa.
"Aku sudah mengorbankan impian, waktu dan tenaga. Semua hal yang kumiliki dalam hidup ini untuk hidup sesuai dengan harapan ayah." Tanpa ia sadari bibirnya gemetar.

Baru pertama kali ia melihat adiknya begitu terluka dan rapuh. Itachi mencoba mendekat dan memeluknya, tapi tangannya segera ditepis oleh sasuke.

"Aku minta maaf.."

"Kau tidak mengerti Itachi. Aku bisa mengorbankan segala yang kumiliki asalkan itu bukan mencampuri pernikahanku." Sasuke menggenggam tangan Itachi yang saat ini meremas bahunya. "Jika kau merasa bersalah, Kau harus membantuku."

Please Let Me Bear Your Child [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang