PART 1

1.1K 137 11
                                    

"Ahh.. Sasuke" Sakura mendesah setiap kali sasuke menekan tubuh mereka dalam penyatuan. "Sasuke, sakit.." Matanya memerah, ia sudah berkali-kali menangis ketika pria itu mengeluarkan pelepasan di dalam tubuhnya. Sasuke mengabaikan seluruh desahan dan teriakan sakura yang terjebak di bawah tubuhnya yang polos.

 Sasuke menjeda temponya sebentar untuk menatap penampakan sakura yang berantakan. Matanya merah karena air mata, bibirnya yang bengkak karena percumbuan mereka, bagian leher dan payudaranya yang dipenuhi bercak merah kebiruan. 

'Aku laki-laki brengsek' 

Sasuke mengumpat pada dirinya sendiri. Perlahan ia menghapus air mata yang membasahi pipi sakura dengan gerakan tangan yang lembut. Lalu ia menciumi seluruh sakura dengan kecupan-kecupan ringan. Ini tidak pernah ada dalam bayangan pikirannya. Bertemu dengan sakura di sebuah bar malam dan berakhir bercinta dengannya salah satu kamar hotel tertinggi di kota tokyo.  

Sasuke merasa benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. 6 tahun setelah ia melakukan segala cara untuk melupakan Sakura yang pergi meninggalkannya selepas hari kelulusan SMA mereka. Ia ingat bagaimana hari itu terjadi, di belakang sekolah tepat ketika bunga sakura bermekaran, Sakura ingin mengakhiri hubungan mereka.

Ia merasakan air matanya mengalir.

 "Sialan" Umpatnya. Sasuke pikir jika ia mengeluarkan hasrat yang ia pendam saat ini, maka semuanya akan selesai. Padahal ia sudah berkali-kali membuat sakura mendesahkan namanya, padahal wanita itu saat ini masih ada dalam pelukannya. Lalu kenapa ia masih merasa sesak?

"Sasuke.." Sakura memanggilnya dengan lembut. Mata mereka bertemu sampai kemudian Sakura merengkuh Sasuke ke dalam pelukannya. Lalu dengan suara yang amat pelan Sakura membisikkan sebuah kalimat yang mampu seluruh tubuh sasuke menegang

"Aku masih mencintaimu, sasuke."

Sasuke memejamkan matanya, seketika itu juga ia merasa dunia miliknya hancur. Ia baru saja kehilangan Sakura sekali lagi.

****

Sinar matahari sudah memasuki seluruh jendala kaca hingga ruangan itu terang. Sasuke melenguh di tempat tidurnya dengan keadaan bertelanjang dada. Matanya masih tidak terbiasa dengan cahaya. Ia mencoba menjangkau sinar itu dengan tangan kirinya, lalu perlahan ia mulai meraba-raba bagian kanan ranjang di sampingnya.

Seperti dugaan Sasuke, Sakura sudah pergi meninggalkannya. Sisi itu terasa dingin dan rapi nyaris tanpa kerutan. Tangan pria itu mengepal dan menarik sisi-sisi sprei yang bisa ia jangkau dengan genggaman penuh. Sasuke mengambil handphonenya di samping nakas tempat tidur dan mencari nomor Naruto untuk menghubunginya.

"Suruh seseorang untuk mencari Haruno sakura" 

"Ap-apa?" 

"Dia bekerja di Bar Akatsuki distrik tokyo barat. Aku ingin laporan mengenai alamat, nomor telpon, jadwal kegiatannya dan apapun mengenai dirinya.."

"Apa?" terdengar suara naruto yang bersengit kesal. "Kau tidak bisa memerintahku pagi-pagi seperti ini! dan siapa dia? Haruno sakura, maksudmu mantan pacarmu dulu?"

"Aku ingin laporannya hari ini juga."

"Hei dengarkan orang-" Sasuke menutup sambungan telponnya begitu saja. Ia memijat dahinya yang terasa pusing. 

'Izinkan aku mengandung anakmu' Itu kalimat terakhir yang bisa Sasuke ingat sebelum ia kehilangan kewarasannya. Sakura bukanlah seorang jalang yang dengan mudah meminta laki-laki untuk bercinta dengannya dan mengandung anaknya demi uang atau status yang lebih tinggi. 

Tadi malam gadis-ah bukan wanita itu begitu rapuh dalam pelukannya, Sasuke bisa mendengar berkali ia menangis dalam penyatuan mereka. Tidak ada hasrat atau kenikmatan. Sasuke berpikir jika Sakura hanya bermaksud menggodanya dan akan menolaknya ketika ia mengajaknya ke dalam kamar hotel. Tapi nyatanya Sakura membiarkan Sasuke menyentuh setiap jengkal tubuhnya.

Lalu apa? 

pernyataan cinta? 

Sasuke mengacak rambutnya dengan gusar. Kali ini ia tidak akan membiarkan sakura meninggalkannya (lagi). Tidak akan pernah. Selain bercinta dan pernyataan cinta, jika Sakura benar-benar mengandung bayinya, maka wanita itu harus kembali padanya.

****

Sakura berjalan dengan sesekali meringis sambil memegangi bagian pinggulnya. Ia menaiki satu persatu tangga ke arah deretan flat yang terlihat kusam di distrik kumuh kota Tokyo.
Ia membuka pintu kamar flat perlahan, lalu dengan segera ia mendapati rambutnya ditarik kuat-kuat dan kepalanya dibenturkan ke tembok.

"Darimana kau sialan!!" Pria berambut pink itu memberang. "Aku mendapat telpon dari bos bar itu jika kau kabur dengan seorang laki-laki. Sialan sekali kau! Bukannya kemarin kau ingin bekerja di sana untuk membantuku melunasi hutang? Jika kau bertingkah seperti ini, aku akan menjualmu pada rentenir itu, kau paham?"
Sakura menangis sambil memegangi kepalanya. "Maafkan aku ayah, ini semua salahku" Ia kemudian bersimpuh di hadapan kaki ayahnya sambil memohon putus asa. "Aku berjanji akan bekerja keras, tapi aku tidak bisa bekerja di bar itu. Ak-aku ..." suaranya terdengar putus-putus "Aku tidak bisa melayani pria-"
"APA???" Kali ini Kizashi menampar wajah sakura keras-keras hingga pipi gadis itu berdarah. "Kau masih menaruh harga dirimu setinggi gunung di saat keluarga kita kelaparan? Bedebah kau!" Kizashi meremas rambut merah muda pudarnya dengan frustasi. Kebanyakan rambutnya sudah memutih dan ia sebenernya hampir botak karena rambutnya selalu rontok ketika stress. "Kau tahu aku akan menjualmu menjadi pelacur jika kau tidak bisa membayarkan hutang itu kan?"

Sakura hanya mengangguk dan meremas dadanya erat-erat karena ia begitu takut. Kenyataan bahwa ia dipukuli tidak begitu buruk-tapi bagaimana jika ayahnya sampai tahu jika ia menghabiskan waktu bersama sasuke tadi malam? Ayahnya bisa mendatangi sasuke dan membuat keributan. Ia sama sekali tidak ingin melibatkan Sasuke dalam masalahnya.  "Aku berjanji akan membayar iurannya. Aku mohon maafkan aku."


Kizashi menatap jijik anak perempuan satu-satunya itu. Semakin lama, sakura semakin mirip dengan mantan istrinya. Wanita yang rela meninggalkan mereka tengah malam dengan seorang laki-laki muda. Sialan, Kizashi mengingat hal itu lagi. Kepalanya sangat pening, menghajar sakura merupakan salah satu caranya melepas stress-tapi kali ini ia tidak cukup puas.  Ia butuh ingin melakukan sesuatu yang lebih-ya, mungkin berjudi atau bermain kasino dapat menyegarkan pikirannya. "Serahkan dompetmu? aku butuh uang."

Sakura merogoh celananya dan mengeluarkan dompetnya dengan tangan gemetar.  Kizashi dengan cepat merebut dompet itu dan merampas semua uang milik sakura. "Bahkan uang ini tidak cukup untuk 3 putaran." Sakura sudah bersiap untuk menerima pukulan lagi, tapi kali ini ayahnya hanya membiarkannya dan pergi dari flat mereka. Meninggalkan Sakura yang meringkuk sendirian sambil menangis pilu.

"Aku benar-benar tidak ingin hidup seperti ini.."

TBC

*** 
Haduh lama banget draftnya baru aku post. Maaf banget ya buat yang udah baca prolognya dan nungguin lanjutannya. Aku soalnya baru pindah kerjaan, jadi banyak yang harus diurus T,T aku janji akan lanjutin FF ini secara rutin. Makasih buat yang udah mau mampir 

Please Let Me Bear Your Child [SasuSaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang