Jam sudah menunjukkan angka 11 PM, ketika ia mencapai pintu depan apartemennya. Sasuke memijat lehernya yang terasa luar biasa pegal. Dia agak merutuki dirinya yang memilih lembur daripada pulang lebih cepat seperti yang ia rencakan. Salahkan berkas audit yang baru masuk ke ruangannya pada jam 5 sore.Penyebab utamanya sudah pasti Direktur utama Uchiha Crop-ayahnya sendiri yang memberikannya beban kerja tambahan. Huh, Sial.
Tapi ia tidak bisa memprotesnya karena menganggap ini termasuk dari hukumannya.Sasuke membuka pintu apartemen dengang perlahan. Ia sungguh tidak berharap ada sesesorang yang menyambutnya saat ini. Tapi ternyata Sakura masih duduk di ruang utama sambil menonton tv. Ia tahu wanitanya jarang sekali terjaga sampai larut. Apakah Sakura sengaja menunggunya untuk berbaikan?
"ehem.." Sasuke berdehem. "Aku pulang"
Sakura menengok kearahnya dengan sedikit tersenyum. "Kau sudah makan, Sasuke-kun?"Sejenak Sasuke terdiam ketika mendengar pertanyaan itu. "Kenapa kau selalu bertanya tentang hal itu ketika aku pulang?"
"Aku hanya takut kau kelaparan." Sakura merapihkan kaosnya yang kusut dan tersenyum kikuk. "Tadi siang Bibi chiyo memasak Sup Miso dan Yakiniku yang sangat enak. Biar aku panaskan untukmu."
Arah pandang Sasuke mengekor mengikuti gerakan Sakura. Ia kira, Sakura akan mengabaikannya mengingat bagaima sikap kasarnya kemarin malam. Sasuke menelan salivanya sendiri. Rasa bersalah itu semakin menumpuk ketika ia melihat sosok Sakura yang sedang menyiapkan makan malam untuknya.
"Kenapa kau tidak menelponku seharian?" tiba-tiba Sasuke memeluk pinggang wanitanya dengan erat. Tanda jika ia ingin mengakhiri perang dingin-tidak berarti ini.
Sakura membalasnya dengan genggaman tangan yang hangat. "Kau juga tidak menelponku seharian.."
Sasuke berengut. "Itu tidak adil! Kau yang membuatku marah. Tentu saja, kau yang harus menelponku duluan!"
Sakura sedikit terkekeh. Ia tidak tahu jika Sasuke juga memiliki sisi kekanakan seperti ini. Dalam ingatannya, Sasuke selalu menjadi sosok yang dewasa, penuh logika dan sedikit dingin? (oh, orang lain sering menyebutnya tsundere).
"Aku bukannya sengaja tidak menelponmu.." Sakura mengelus pelan wajah Sasuke, ketika pria itu menyandarkan dagunya pada bahu Sakura. "Sebenarnya tadi ibumu datang kemari. Aku jadi sedikit gugup sampai tidak terpikirkan hal lainnya."
"Kaa-san?" tubuh Sasuke menegang. "Apa yang dia katakan padamu? Ah tidak, jangan dengarkan dia. Kau cukup percaya saja padaku. Aku memang belum membicarakan hal-hal mengenai kita secara benar pada keluargaku. Aku rasa aku bisa mengunjungi mereka dalam waktu dekat ini."
"Tidak, tidak seperti itu." Sakura mencoba menenangkannya. "Ibumu sama sekali tidak mengatakan sesuatu yang buruk."
Sasuke menaikkan alisnya. "Ibu-ku tidak mengatakan sesuatu yang buruk?"
"Sama sekali tidak" Sakura menggeleng kuat-kuat. "Tapi .."
"Tapi apa?" Sasuke bertanya dengan tidak sabaran. "Sakura?"
"Bukan apa-apa."
"Jangan berbohong! Apa yang Kaa-san katakan padamu?"
Lagi-lagi Sakura hanya menggeleng "Bukan apa-apa, Sasuke-kun. Sungguh" sesaat kemudian Sakura tersenyum sambil mengelus perut bagian bawahnya yang terasa menonjol. "Dia hanya bertanya tentang kesehatan bayi kita."
Sasuke memandangnya dengan penuh curiga sambil meremas bahu Sakura pelan. "Kau yakin?"
"Ya."
Seketika itu juga, Sasuke meraih pinggang dan menenggelamkan wajahnya sendiri pada lekukan leher milik Sakura "Untunglah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Let Me Bear Your Child [SasuSaku]
FanfictionHaruno Sakura adalah seorang pelayan kedai kopi dengan gaji murahan yang terjebak pada kemiskinan dan kondisi keluarga yang rumit. Ayahnya ingin menjualnya pada tempat bordil sebagai pelacur tingkat rendah. Kehidupannya hancur berantakan. Namun dite...