"Kamu bisa nyuci, kan?" tanya Ralin, pada Aluka.
Aluka mengangguk, jujur.
"Bagus. Cuciin baju saya!" Ralin memberikan satu bak pakaian kotor berukuran cukup besar pada Aluka.
Aluka tertohok, ini maksudnya apa? Dia harus mencuci?
"Kenapa diem?" Ralin bersedekap dada.
"Maksud Tante apa ya?" Aluka memberanikan diri bertanya.
"Maksud saya, ya kamu cuciin baju saya! Kamu tau kan, Mbok-mbok yang kerja disini barusan minta libur karena anaknya sakit?!"
"Tap---"
"Mau saya aduin ke papah kamu, biar kamu dihukum, hm?" ancam Ralin, memotong ucapan Aluka.
Kalau sudah menyangkut papahnya, Aluka tak bisa berbuat apa-apa, selain menurut. Ternyata, seperti ini rasanya hidup bersama ibu tiri.
Dari semalam, Aluka benar-benar melakoni peran sebagai bawang putih, yang terus dijahati ibu tiri dan si bawang merah--Kana.
Mengangkat bak besar berisikan pakaian kotor milik Ralin, Aluka langsung menyingkir dari tempatnya yang semula, untuk segera menuju kamar mandi.
"Ihh Kak Kenzo, balikin boneka Kana!"
"Kak Kenzo!"
"Kejar sini, kejar!"
Brak!
Kenzo terjatuh, saat tubuhnya menubruk seseorang di sampingnya yang baru saja keluar dari dari belokan rumah.
"Aw!" Kenzo meringis, saat sikutnya menyentak ubin dengan kasar.
Aluka yang merupakan, orang yang baru saja keluar dari belokan rumahnya itu langsung membantu Kenzo untuk bangkit.
"Maaf Kak," ucap Aluka.
"Arghh sakit tau!" Kenzo mendorong tubuh Aluka, sampai Aluka terdorong dan jatuh menyentak lantai. "Makanya, jalan tuh pake mata!"
"Maaf ...."
"Maaf mulu, kayak orang lagi lebaran!" cibir Kana.
"Maaf itu basic manner, Kana. Setiap orang berhak mengucapkan kata maaf, kalau dia memang bersalah. Minta maaf terus, bukan berarti harus dilakukan saat lebaran," balas Aluka seraya berdiri.
Kana mencebik, dia langsung mendekat pada Aluka dan ... menarik surai hitam milik Aluka, dengan kesal.
"Sok iyeh kamu, anak pungut!" seru Kana.
"Ihhh sakit, Kana!" Aluka balas menarik rambut Kana, membuat dua anak perempuan itu saling menjambak satu sama lain.
Bukannya melerai, Kenzo malah menyemangati Kana agar jauh lebih unggul dari Aluka.
"Ayo Kana, jambak terus! Lakuin apapun, tendang pahanya, terus dorong tubuhnya!" Kenzo mempengaruhi. Dan ya, Kana langsung terpengaruh.
Dia langsung menjambak rambut Aluka dengan kedua tangan, lebih kuat. Menendang paha Aluka, secara bergantian tak kalah kuat, lalu mendorong tubuh Aluka hingga ...
Prang!
Tubuh Aluka menyentak guci besar, dan itu sukses membuatnya jatuh, dan pecah. Suara pecahan guci besar itu, berhasil mengundang Galendra dan Ralin di waktu bersamaan.
"Ada apa ini?!" seru Galendra.
Kana langsung membenarkan posisi rambutnya yang acak-acakan, dan mendekati sang mamah, pun dengan Kenzo. Membiarkan sosok Aluka yang paling terlihat disana, bersamaan dengan pecahan guci.
KAMU SEDANG MEMBACA
TELAGA LUKA
Teen Fiction[DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] "Lo cuma punya dua pilihan, Luka. Mati karena orang-orang di sekitar lo, atau matiin diri lo sendiri."