PART 17

298 15 0
                                    

Diusir.

Tubuh Aluka di dorong hingga menyentak aspal teras rumahnya, lalu Aluka dihujani baju-baju miliknya yang kini sudah berceceran dimana-mana.

"PERGI!" usir Galendra keras.

Sambil menahan air mata yang hendak jatuh, Aluka memunguti baju-bajunya, lalu ia masukkan ke dalam tas besar. Di bawah terik matahari, kedua daun telinga Aluka terus saja dihujam oleh umpatan kasar dari Galendra.

"Dasar anak pembawa sial! Jalang! Anak murahan! Tidak punya harga diri! Cih!"

Terakhir, Galendra meludahi Aluka. Ralin dan Kana di belakang tubuh Galendra, hanya bisa tertawa.

"JANGAN PERNAH TUNJUKKAN WAJAH KAMU DI HADAPAN SAYA LAGI, PERGI!" Galendra menunjuk-nunjuk Aluka dengan kalap. Wajahnya bahkan sudah memerah padam. "PERGI ANAK BODOH!" Dengan alas sepatu pantofel yang masih melekat di kaki jenjangnya, Galendra menendang punggung Aluka membuat gadis itu tersungkur.

Naas, keningnya menyentak aspal dan membuat darah sedikit keluar dari sana.

Tak kuasa menahan air matanya, akhirnya bulir bening itu menetes tanpa bisa Aluka cegah lagi, namun buru-buru Aluka menyekanya. Ia bangkit, menenteng tas besar berisikan baju-baju miliknya, dan berdiri di hadapan Galendra yang menatapnya tajam penuh kebencian.

"Aluka pamit." Dengan suara bergetar, Aluka mengulurkan tangannya, berniat ingin menyalami tangan Galendra.

Namun, Galendra malah menggeleng kuat sambil mundur menjauh.

"Saya tidak sudi disentuh oleh kamu, Jalang kecil!"

Uluran tangan Aluka luruh, hatinya benar-benar sakit dengan sebutan papahnya.

"PERGI SANA, BANGSAT!" Galendra emosi lagi, karena Aluka tak kunjung pergi.

Aluka mengangguk, ia menyempatkan tersenyum manis pada papahnya. "Aluka sayang Papah, maafin Aluka udah bikin Papah malu, dan marah punya anak kayak Aluka,"

"Aluka salah, iya Aluka salah. Maafin Aluka ya, Pah?"

"PERGI!"

"Aluka bakal kangen Papah. Sampai kapanpun, Aluka bakal nunggu waktu dimana Papah bisa peluk, dan maafin semua kesalahan Aluka. Aluka juga gak lupa, pengen digendong sama Papah, terus kita berputar berdua sambil ketawa bareng."

"Itu tidak akan terjadi sampai kapanpun!!"

Lengkung senyum di bibir Aluka, pudar seketika.

"PERGI!" Galendra berteriak keras, ia maju mendekat pada Aluka dan mendorong-dorong tubuh Aluka hingga akhirnya Aluka berhasil keluar gerbang.

Brak! Aluka terjatuh, dan bersamaan dengan itu gerbang besar rumahnya tertutup.

Membuang napas berat, Aluka kembali bangkit dengan perlahan. Memeluk tas besar berisikan baju-bajunya, sambil menatap rumah megah di depannya, yang sayangnya sudah tak bisa ia jadikan tempat singgah lagi.

"Sehat-sehat terus ya, Pah. Aluka sayang Papah..."

***

"Untuk kejadian malam ini, jangan pernah beritahu nyokap gue, apalagi lo ngadu ke bokap lo, Aluka."

"Kalau lo berani ngadu ke bokap lo? Gue akan habisi bokap lo itu, di hadapan lo sendiri!" ancam Kenzo.

"Gak usah nangis terus! Lo udah jadi milik gue sekarang. Miliknya Kenzo," ucapnya penuh penekanan.

"Inget sekali lagi, jangan pernah ngadu ke bokap lo apalagi ke nyokap gue. Kalau lo nekat? Gue bisa berbuat lebih nekat. Gue gak segan-segan habisi bokap lo, paham?!"

TELAGA LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang