PART 18

203 15 0
                                    

Walaupun kenyataan memang menyakitkan, Awan akan tetap mempertahankan. Awan tak peduli, dengan status yang Aluka sandang. Yang Awan inginkan, dia terus bersama Aluka. Hanya dengan gadis itu.

"Aku gak peduli, Ka. Aku akan tetap cinta sama kamu, dan aku gak akan ninggalin kamu," tegas Awan. Ia mengusap pucuk rambut Aluka, sampai punggung dan itu sukses membuat tubuh Aluka kian menghangat. Rasanya, Aluka tak ingin lepas dari pelukan Awan.

"Kita hadapi semua ini sama-sama Ka. Ada aku disini, yang siap menemani kamu. Aku gak akan ninggalin kamu. Aku gak mau jadi laki-laki berengsek yang ninggalin seorang perempuan, hanya karena keadaannya yang kayak gini. Aku tahu Ka, kamu begini juga karena paksaan seseorang. Aku tahu kamu hancur, dan aku ingin ada untuk kamu. Selamanya."

Tangisan Aluka kian menjadi-jadi, karena mendengar ucapan Awan. Aluka bersyukur sekali, bisa dipertemukan dengan laki-laki setulus Awan.

"Sekarang kamu gak usah khawatir, ya?" Awan menyimpan dagunya di pundak Aluka, menghirup wangi rambut Aluka dalam. "Aku akan carikan tempat tinggal untuk kamu. Gak peduli, mau keluarga kamu buang kamu. Aku akan tetap mempertahankan kamu, Ka," bisiknya, lalu mencium singkat pipi Aluka.

Aluka melerai pelukannya, menatap Awan dengan tatapan yang masih belum bisa dideskripsikan. Awan menyeka air mata di pipi Aluka, mengusapnya lembut, membuat Aluka terbuai nyaman.

"Kening kamu, kenapa Ka?" Awan sedikit menyentuh goresan kecil di kening Aluka yang memerah. Dan itu sukses membuat Aluka sedikit meringis.

"Sshh, tadi aku jatuh."

"Oh, maaf. Sakit ya?" Awan sedikit merasa bersalah, karena ulahnya Aluka jadi meringis sakit.

Aluka menggeleng kecil. Ia beralih menatap wajah Awan, lamat. Kening Aluka mengernyit, kala baru sadar, karena mendapati banyak luka lebam di wajah Awan.

"Wajahnya Kak Awan, kenapa banyak luka lebam?" tanya Aluka.

"Biasalah, anak laki," jawab Awan dengan santai.

"Kak Awan habis berantem, ya?"

Butuh beberapa waktu untuk Awan menjawab pertanyaan sederhana itu. Hingga akhir, dia mengangguk kemudian.

"Berantem sama siapa, Kak?"

"Kenzo."

Aluka terperangah mendengar itu.

"Aku udah tau Ka, kalau Kenzo adalah dalang dari semua ini," lanjut Awan. Ia lalu menangkup wajah Aluka, dan menatapnya dalam. "Maaf ya Ka? Maaf karena aku udah lancang mencintai kamu, dan karena mencintai kamu, Kenzo berbuat hal kotor kayak gini." Rasa bersalah, benar-benar mendominasi wajah dan suara Awan. "Maaf, karena aku gak bisa jagain kamu. Maaf untuk semuanya, Ka. Maaf ...."

"Nggak Kak, ini bukan salah Kakak. Kita berdua saling mencintai, dan itu bukan sebuah kesalahan, Kak," ujar Aluka.

"Kalau mencintai kamu bukan suatu kesalahan, maka biarkan aku terus mencintai kamu, Ka. Jangan pernah menyuruh aku buat ninggalin kamu, karena semua itu enggak akan terjadi."

Aluka mengangguk kecil, ia menerjang tubuh Awan dan memeluknya erat-erat. Aluka sedikit berjinjit, memeluk leher Awan, dan menitihkan air matanya disana.

"Sekarang, kita cari tempat tinggal ya?" ajak Awan, membuat Aluka langsung melerai pelukannya, seraya mengangguk.

Awan mengulurkan tangannya, membuat Aluka langsung menggapai dan menggenggamnya erat.

***

Menyewa sebuah kost kecil di tengah perkampungan, jadi pilihan yang Aluka dan Awan putuskan. Kost-an yang terdiri dari dua lantai itu, sekarang jadi tempat singgah dan pulang untuk Aluka. Sengaja, gadis itu meminta untuk menempati ruang kost di lantai atas.

TELAGA LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang