Taeyong sekarang percaya kalau kata-kata Jaehyun itu bukan cuma guyonan belaka. Laki-laki itu beneran menunjukan kalau dia naksir Taeyong, terang-terangan di depan Donghae. Berani banget, kan.
Tapi masalahnya Taeyong gak nyaman dengan itu semua. Dia merasa aneh aja. Selama hidupnya dia gak pernah ngalamin naksir atau ditaksir orang. Kalau naksir emang gak pernah, kalau ditaksir udah pasti ada tapi bedanya mereka gak kaya Jaehyun. Ini mah beneran mepet banget.
Bahkan seminggu ini Taeyong menghindari Jaehyun. Kalau laki-laki itu dateng ke rumahnya dia bakalan main ke rumah Doyoung, lewat pintu belakang kabur naik Vespanya. Untung selalu ada ayah yang bisa dia andelin.
Taeyong tahu ini berlebihan, menghindar itu udah perbuatan paling besar yang pernah dia lakuin. Bukannya Taeyong gak suka sama Jaehyun, dia cuma risih.
Coba aja kalau Jaehyun lebih santai, Taeyong pasti nyaman kok.
Tapi rencana kaburnya gagal karena ketahuan sama bocil ompong yang berdiri di samping mesin cuci deket pintu belakang. Anak siapa sih?!
Perasaan tetangganya gak ada yang punya anak kecil. Rata-rata udah pada SMP-SMA. Mana nyasar masuk rumah.
"Mau kabur ya?"
Taeyong berkacak pinggang, liatin bocah pendek itu sebel. "Kamu siapa? Ngapain masuk rumah Kakak?" Tanya Taeyong.
Bocah itu malah geleng-geleng. "Kalo ada tamu itu disambut, bukan kabur."
"Anak kecil tau apa? Ngga usah sok ngaj-"
"Jeno."
Taeyong menatap pria tinggi yang berdiri di belakang Jeno. PAK JAEHYUN?!?!?!?!
"Nggak sopan masuk ke dalam rumah orang tanpa ijin. Ayo ikut Papa." Ajak Jaehyun, anaknya langsung mengikuti.
Cengo. Bingung. Taeyong gak tahu kalau Jaehyun ternyata udah beranak, maksudnya punya anak. Berarti udah punya istri juga dong?
•••
"Ayah!" Panggil Taeyong sambil bisik-bisik. "Itu... Mereka semua anaknya Pak Jaehyun?"
Donghae mengangguk. "Kaget?"
Taeyong mengangguk spontan. "Banget."
Donghae hanya tertawa, dan rupanya itu diperhatikan pula oleh sosok Jaehyun yang duduk bersama ketiga anaknya.
"Ada apa, kok ketawa nggak ngajak-ngajak saya?"
Taeyong merotasikan bola matanya. "Ngapain ngajak Bapak segala, ini urusan anak-bapak."
Jaehyun mengulum senyumnya. "Oh ya, saya mau kenalin anak-anak saya ke kamu."
"Kamu? Saya?" Tunjuk Taeyong pada dirinya sendiri. "Ayah?"
"Ayah kamu udah kenal mereka kok."
Taeyong menoleh cepat ke ayahnya yang mengalihkan ke arah lain.
"Kalian berdiri, perkenalan sama Kakak itu."
Ketiganya berdiri bersamaan. Saling menata barisan sesuai urutan yang paling tua. "Hai aku Jung Minhyung, tapi Papa panggil aku Mark. Aku suka semangka. Aku kelas tiga SD."
Taeyong menatap gemas. Yang namanya Mark ini gemesin banget!
"Aku Jung Jeno."
"Udah?" Tanya Taeyong.
"Udah." Balas Jeno.
Taeyong menggeleng tidak menyangka. Ini bocah ompong sombong banget buset dah.
"Papa... HUWEEEEE..." Si paling bungsu menangis memeluk kaki ayahnya.
"Sungchan, kenapa hm?" Tanya Jaehyun sembari mengangkat tubuh putra bungsunya. "Malu?"
Si bocah mengangguk, memeluk dada ayahnya minta perlindungan. Bungsu Jung memang sangat pemalu kepada orang baru.
Taeyong mengepal. Merasa gemas menatap interaksi ayah-anak tersebut.
"Hei Sungchan, mau permen?"
Sungchan menghentikan tangisnya untuk menatap Taeyong, tepatnya permen di tangan Taeyong. Si bocah kembali menatap ayahnya. "Mau permen."
"Ya udah itu Sungchan ambil dari Kak Taeyong." Balas Jaehyun, menurunkan bungsunya.
Sungchan meraih permen di tangan Taeyong malu-malu. "M-makasih." Cicitnya.
"Sama-sama, ganteng." Balas Taeyong sambil mengusap pipi basah Sungchan.
"Saya nggak nyangka ternyata Bapak udah berbuntut tiga." Ucap Taeyong pada Jaehyun.TBC
[5/11/2021]Trio krucil udah muncul nih 👀
KAMU SEDANG MEMBACA
Duren✅
Fanfiction[END] Nasib Taeyong ditaksir duren anak tiga. [⚠] BxB, Mpreg, Non-baku. © kelonin, 2021.