Delapan tahun kemudian.
Tumpukan salju menutupi kota Hangzhou. Terlihat seorang pria termenung sambil menyusuri jalanan pinggiran kota. Mata pria itu tidak lepas dari tanah yang hampir terselimuti seluruhnya oleh salju. Dinginnya udara musim dingin menusuk seluruh tubuh pria itu.
Tetiba seseorang membuyarkan lamunannya. Ia memeluk pria dari belakang, membuatnya terkejut karena suara pelukan yang keras menghantam Coat tebalnya kontras dengan suasana pagi yang amat sepi.
Nafas hangat yang menyentuh telinga adalah hal pertama yang dirasakannya. Terkejut, Ia mendorong orang itu menggunakan sikunya, membuat orang yang memeluknya jatuh di atas tumpukan salju.
Kemudian pria itu memalingkan wajahnya, untuk melihat siapa yang mencoba memeluknya dari belakang. Ia terkejut karena kakak yang sangat ia sayangi terjatuh akibat perbuatannya.
"Loh ..... eeeeh ... kakak?" Bibirnya mengucap kan kata itu dengan raut muka cemas.
Aneh, kakaknya justru tertawa melihat raut muka sang pria yang terlihat khawatir.
Untung itu kakak ku sendiri, jika orang asing, maka habislah dia di tanganku. Pikir pria tersebut.
"Apa yang kakak lakukan? Kakak membuat ku terkejut," ujarnya dengan mengulurkan tangannya membantu untuk berdiri.
"Kakak tidak apa-apa kan? Ada yang terluka atau tidak?" tanya pria itu kepada kakaknya dengan rasa khawatir.
"Tidak apa-apa, tidak perlu khawatir aku tahu kamu hanya melindungi diri. Pukulanmu tidak ada apa apanya dibandingan yang kakak terima waktu kecil dulu." Sang kakak menjawab dengan menepuk nepuk celana nya yang basah karena salju.
"Ih sudah dong kak, jangan membicarakan hal itu lagi. Tidak akan ada yang berani menyakiti kakak lagi. Tenang saja aku akan melindungi mu."
Pria tersebut kemudian memeluk tubuh kakaknya dengan erat seakan-akan takut kakaknya akan diambil darinya.
~~
Hangzhou No. 0 High School.
Aku berada di kelas 1-1. Kelas yang berisi anak-anak yang unggul. Padahal saat awal mendaftarkan ke sekolah ini, aku masuk dengan rata rata nilai delapan puluh. Cukup rendah bukan? Aku harus belajar lebih giat lagi.
Berbeda dengan kakak ku yang mendaftar dengan rata rata nilai sembilan puluh tujuh koma lima. Sepintar apakah dia? Aku juga tidak tau.
Saat aku menyusuri lorong demi mencapai ruang kelasku, sudut mataku menangkap sosok kakakku. Aku pun memanggil namanya agar dia mengetahui sosokku.
"Kak Zhan, oiii kemarilah ..." suaraku memecah hening di lorong sekolah.
Kakak ku berhenti dan menatap diriku. Ia pun segera menghampiri dan bertanya kepada ku.
"Ada apa Lian?" Kak Zhan bertanya dengan suara yang kalem.
"Tidak ada apapun, hehe. Aku hanya ingin menyapa kakak. Apa kakak mau mengantarku ke kelas? "
"Hmm, kukira ada apa. Baiklah ayo berjalan ke kelasmu." Kak Zhan menggangguk setuju.
Kemudian tanpa basa-basi lagi, kak Zhan menuntun ku menuju ke arah kelas tempatku. Ia menggandeng tanganku sambil menatap lurus ke arah lorong.
"Lian kita sudah sampai, kakak pergi ke kelas dulu." Kak Zhan melepaskan pegangan tangannya.
"Eh, apa kakak tidak ingin mampir terlebih dahulu?" Aku menatap sorot matanya yang sayu.
"Lain kali saja, aku belum mengumpulkan tugasku. Daah~," katanya sambil melambaikan tangannya.
Kak Zhan pun akhirnya berjalan menuju ke kelasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Protect My Brother [On Go]
Teen FictionLian seorang adik laki-laki dan Zhan adalah kakak laki-lakinya. Zhan yang menderita gangguan psikologis membuat Lian harus selalu berada di samping Zhan. Bagaimana kisah perjalanan mereka? Akhir akhir ini, kakak pulang dengan bau alkohol yang menyen...