(Cermin 12) Titip Puisi untuk Ayah

132 28 11
                                    

Judul:Titip Puisi untuk Ayah

Cast:Zuo Hang

Kategori:Cerita Mini

Penulis:donatkejuu_

***

Rerintik hujan mulai berjatuhan, menimpa aspal di luaran sana, awan gelap menutupi di sepanjang langit senja. Seorang pria berkacamata tengah duduk di sofa dekat pintu, dengan sehelai kertas dan segelintir tinta yang terletak di atas meja kaca. Pria itu duduk santai, mencoba menikmati petang yang kelabu dikala itu.

"Fyuhhh...." Pemuda itu menghembus napas pelan melerai rasa sesak pada dadanya.

"LAGI-LAGI. MABOK TEROS! JUDI LAGI! MAU KAU KASIH MAKAN APA ANAKMU? KARTU AS?!" bentak seorang wanita yang berdiri di ambang pintu kamar.

Pria berkacamata itu berdiri lalu menghampiri wanita yang berdiri di ambang pintu kamar itu.

Dgar!

Pintu kamar terbanting keras sehingga membuat pintu itu tertutup rapat.

"ITU URUSANKU! HOBIKU! DAN JANGAN PERNAH LARANG SEGALA YANG AKU LAKUKAN! KAU TAU PAS MAKAN YA MAKAN!" saut bentakan berikutnya.

Sudah menjadi pemandangan yang biasa bagi pemuda itu. Yap, nama pemuda itu Zuo Hang. Anak laki-laki yang berusia delapan tahun. Dan yang sedang bertengkar hebat di dalam rumahnya adalah ibu dan ayah tirinya. Ayah kandungnya sudah meninggal sekitar 3 tahun silam, sejak saat itu tak pernah lagi ia melihat kebahagiaan dalam hidupnya.

Anak lelaki itu menatap pemandangan itu dari celah pintu kamarnya yang terbuka sedikit.

"Mungkin di luaran sana mereka iri dengan keluargaku yang masih utuh, tapi aku iri dengan kebahagiaan mereka yang tak pernah punah." Isi hati Zuo Hang terisak, sesak. 

Tanpa ia sadari setetes air mata mengalir di pipinya, mewakili segala rasa.

Zuo Hang, atau yang kerap dipanggil Hang itu keluar dari kamarnya, menuju meja kaca yang terletak di ambang pintu. 

Setetes tinta mengawali kata dalam sehelai kertas, merangkai kalimat penuh isyarat berharap ayah membacanya di sana.

"Ayah...

Hujan ini kuberdiri

Terseret oleh masa di ruang yang hampa

Sadarkah ayah? Aku termenung sepi di sini

Tiap kali kumemandang raut wajahmu di atas awan yang mendung itu

Dekapan hangat tubuhmu menahan dinginku di setiap tangisku

Ayah.... Bisakah kau hadir satu menit saja?

Aku perlu bahagia saat ini...

Bisakah kau bawa sepotong pizza itu?

Seperti kau membahagiakanku dulu."

Puisi Hang seakan menderaskan derai hujan, menutup suara kegaduhan di rumahnya.

"Tuhan, titip puisi untuk ayah," ucap lirih Hang ditengah derai tangisnya.

Ineffable: 三代StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang