(Cermin 17) Under Winter

122 26 8
                                    

Judul:Under Winter

Cast:Zhang Zeyu

Kategori:Cerita Mini

Penulis:SmoothyCha

***

Kelabu kesedihan menghiasi suasana ruangan putih penuh alat medis tersebut. Genggaman tangan berinfus dengan tangan seorang wanita menjadi cameo di antara sepasang anak dan ibu yang saling menatap penuh harap.

"Ma .... "

"Iya, Zey?" 

Pemuda dengan nasal oxygen yang mengikat di bawah hidungnya itu tersenyum tipis kepada sang ibu yang menitihkan air mata. Tangan kanannya mengusap wajah wanita yang telah membuatnya ada di dunia ini. "Jangan nangis, Ma .... "

Zalfa---ibunda pemuda lelaki tadi---semakin terisak dalam tangisnya. "Gimana mama gak nangis, Zey? Anak mama satu-satunya saat ini dalam kondisi yang gak baik-baik aja. Kondisi kamu selalu melemah, Zey." Sedih ketika mengingat sang putra yang ia beri nama Zeyu kini tengah berperang dengan penyakit yang menyerang kesehatan Zeyu.

"Aku bakalan berjuang, Ma. Tahun ini aku belum ngeliat salju sama Mama. Tinggal menghitung menit salju akan turun, aku masih bisa bertahan kok, Ma."

"Enggak, Zey. Kamu harus bertahan sampai berpuluh atau bahkan beratus-ratus tahun kemudian. Jangan nyerah, ya, Nak." Jiwa seorang ibu ada di anaknya. Ketika anak menderita, tentu yang paling merasakan sakit adalah ibu. Seperti itulah perasaan Zalfa saat ini.

Zeyu terkekeh. "Keinget zaman aku kecil. Dulu mama pernah nangisin aku karena jatuh dari pohon. Sekarang ini mama nangisnya makin parah. Lihat tuh, ingusnya mulai keluar."

Zalfa terkekeh di sela-sela tangisnya. Tangan yang mulai mengeluarkan kerutan itu mengusap rambut Zeyu dengan penuh sayang. "Kamu itu kekuatan mama, Zey. Kamu yang membuat mama bertahan sampai saat ini. Janji sama mama, ya? Kamu bakalan terus bertahan sampai seterusnya dan jadi penyemangat mama."

"Aku gak bisa janji, Ma. Kalau memang sudah ajalku, gak ada yang bisa aku lakuin selain menerima dan hidup lebih baik di at...." Dada Zeyu kembali sesak, mulutnya ternganga membiarkan oksigen keluar masuk melalui mulut Zeyu. 

"Zey! Zeyu! Zeyu! Kamu gapapa, kan, Nak?" Jari telunjuk kiri Zalfa terus menekan-nekan tombol yang ada di atas brankar Zeyu. Jantung Zalfa berdetak kencang, khawatir jika putranya kenapa-kenapa.

Paru-paru Zeyu seperti diremas. Bernapas saja rasanya sulit, seolah ada yang membekap hidungnya. "M-ma .... "

"Iya, Zey? Bertahan, ya, Sayang ... tunggu dokter dulu. Zey! Jangan tutup mata kamu!" Zalfa makin dibuat ketakutan ketika sama sekali tidak ada dokter maupun suster yang masuk ke ruangan Zeyu.

"Ud-dah waktunya, Ma .... "

Zalfa menggeleng keras. "Enggak, Zey!" Mata wanita itu melirik ke arah jendela. "Kamu lihat, Zey, salju mulai turun. Ayo, kamu bertahan, katanya kamu mau lihat salju sama mama, 'kan? BERTAHAN, ZEY!" Gema tangis semakin terdengar kencang di ruangan tersebut.

Kepala Zeyu menoleh perlahan menatap jendela. Bibirnya tersenyum tipis melihat bagaimana butiran salju yang turun dari langit. Sang pencipta mengabulkan doa Zeyu untuk menatap salju sebelum ajal menjemput dirinya. "Saljunya c-can ... tik, Ma" dan dengan perlahan, mata itu menutup disertai napas yang mulai habis.

"ZEYU!"

"ZEY!"

Ceklek

"Dokter! Tolongin anak saya, Dok. Dia kenapa, Dok?!" Tangan Zalfa bergetar dengan hebat. Ia benar-benar takut sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

Dokter wanita yang baru saja memasuki ruangan Zeyu menempelkan stetoskop ke dada Zeyu. Setelah beberapa perpindahan, Dokter tersebut melepas eartips stetoskop dari telinga. Tangan Dokter itu meraih tangan Zeyu dan menyentuh bagian nadi Zeyu.

Helaan napas keluar dari hidung si Dokter. "Maaf ... pasien telah tiada."

Seperti tengah dihantam oleh ribuan batu, Zalfa shock akan apa yang terjadi saat ini. Ia menatap Zeyu yang sudah tidak bernyawa dengan tatapan sendu. Zalfa memegang pipi anaknya, "Zey ... Kamu masih di sini, 'kan? Ayo bangun, sayang .... "

"ZEYU!"

"Zeyu, jangan bikin mama marah, Nak. Ayo bangun anak Mama."

"YOVALLENO ZEYU ARGANTAMA, BANGUN!"

Tubuh Zalfa merosot begitu saja, dunianya seolah hancur mendengar kabar yang benar-benar tidak ia inginkan. Kekuatannya, jiwanya, pergi meninggalkan Zalfa sendiri di Bumi ini. Zeyu pergi meninggalkan sang ibu untuk selama-lamanya. Lelaki berwajah manis yang humoris kini telah berpulang. Pemuda dengan segala lelucon dan kebaikannya sekarang hanya sebuah angan-angan. Anak yang sangat menghormati orangtuanya saat ini sudah menjadi nama saja. Segala sesuatu yang pernah Zeyu lakukan, mulai saat ini hanyalah kenangan semata.

Rabu, 17 November 2021,

Selamat jalan Yovalleno Zeyu Argantama.

Ineffable: 三代StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang