Judul:Aster
Cast:Zhang Ji
Kategori:Cerita Mini
Penulis:cleaasy_
***
crat
"HEY BISA GA SI PELAN PELAN! BERHENTI KAMU!" Pagi hari yang sial.
"Maaf!" teriak pesepeda itu sambil meneruskan perjalanannya.
"Dasar manusia tak tau sopan santun! Susah sekali meminta maaf dengan cara yang benar!" gerutuku sambil berusaha membersihkan celana putihku dengan tisu.
Lima belas menit berlalu hingga aku tiba di sebuah gedung olahraga. Hari ini, aku ada jadwal latihan basket. Segera aku mengedarkan pandangan mencari barisan yang kosong.
Ketemu!
"Oke kita mulai! 20 kali v dribbel kanan!"
Aku berusaha melakukannya, tapi tanpa sengaja bolaku menggelinding ke lawan arah.
Dugh!
"Aduh maaf maaf ga sengaja." Bolaku mengenai kepala seorang laki laki.
"LU?!"
Mataku terbelalak kaget, dia—dia orang yang membuat celanaku kotor dan terlambat masuk.
Aku langsung kembali ke posisiku semula, berusaha sebaik mungkin agar terlihat keren, bercanda.
Tiga puluh menit berlalu hingga peluit di tiup keras lalu menggema di gedung olahraga itu. Akhirnya, aku bisa menjatuhkan badanku ke lantai.
"Maaf....." Ia menatapku dengan tatapan dingin sambil menjulurkan tangannya. Ah tunggu— siapa yang mau memafkan dia jika tatapannya saja sudah teramat dingin?
"Minta maaf yang bener," cetusku.
"Maaf, kenalin gue Ji, marga gue Zhang." Ia melemparkan sebuah gantungan kunci berbentuk bunga aster putih. "Sebagai tanda permintaan maaf," ujarnya.
"Ck, emang aku tanya nama kamu?"
Ia tampak kesal. "Ga sih, tapi emang lu ga mau kenalan sama cowo seganteng gue?"
Ia membuka maskernya menampakkan wajahnya. Mataku terpaku, wajahnya benar benar sempurna! Matanya, hidungnya, rahangnya yang tegas. Aku terhanyut dalam diam menikmati keindahan yang Tuhan berikan—skip terlalu lebai.
"Tuhkan lu kesemsem."
Dugh!
Sebuah bola basket yang tertuju ke arahku berhasil ditangkap olehnya. "Lihat lu sampe ga sadar ada bola."
"Dih sapa bilang kamu ganteng? Pede banget padahal aku salfok sama...."
"Sama apa? Ga bisa jawab." Ia pergi melempar bola tadi, mulai kembali berlatih.
Dua jam berlalu hingga waktu pulang pun tiba. Namun, cuaca hari ini tidak bersahabat. Hujan turun dengan derasnya. Ah, ini bukan novel dimana tokohnya benci atau suka dengan hujan, aku adalah orang yang biasa saja dengannya. Selagi aku membawa payung—hehe.
Tampak di sebrang jalan seseorang berusaha menyebrang dengan sepedanya. Ia tampak tak terlalu memperhatikan, hingga lampu sebuah truk menyala terang. Seketika aku memejamkan mata, sedetik kemudian bunyi benda bertabrakan sangat keras terdengar.
"JI?!"
Aku membuka mataku dan segera berlari ke tempat kejadian. Darah mengalir dari kepalanya, tubuhnya hangat. Aku berusaha mengecek kondisi tubuhnya dengan perasaan campur aduk. Namun aku sudah tak bisa menemukan tanda tanda kehidupan. Aku menggenggam erat gantungan aster tadi.
Aster—kesucian dan keabadian. Tepat setelah ia memberikannya dia benar benar menuju keabadian itu. Aku belum mengenalnya dengan baik. Tapi ini benar benar menyakitkan.
Mulai detik ini, aku benci hujan.
Aku pulang dengan kondisi baju berlumuran darah selepas menjadi saksi kejadian tadi siang. Beberapa orang memandangiku dengan tatapan keheranan, apa yang telah dilakukan oleh-nya mungkin batin mereka berbicara seperti itu.
***
Hari ini, hari ketiga setelah kematian Zhang Ji. Aku memutuskan untuk pergi ke pemakaman, entah kenapa tiga hari kebelakang aku mulai merasa ada hal yang janggal.
Petrikor berlomba-lomba memasuki indra penciumanku, lagi lagi hari ini hujan dan aku mulai benci dengan hal itu. Sekitar lima menit berkeliling mataku tertuju pada sebuah nisan yang masih baru, beberapa bunga pun tampak belum layu.
Tertulis nama di sana 'Zhang Ji' dengan tanggal kematian tiga hari lalu. Kuletakkan bunga aster yang kubawa di atas nisannya.
"Halo, mungkin kamu lupa ... ah atau mungkin kamu ingat? Aku Xiao Lu, Dou er. Ini aku—"
Bulir air mata jatuh dari kelopak mataku bersamaan dengan hujan yang lagi-lagi mengguyur.
"Apa kau ingat aku?" Aku menggenggam erat gantungan kunci berbentuk aster itu.
***
"Halo! Aku Xiao Lu, kamu siapa?" Bocah itu tersenyum dengan jejeran giginya yang tak utuh.
"Aku Dou Er!" Anak laki-laki itu tersenyum.
"Nama kamu susah! Duo el?"
Si laki-laki berdecak kesal. "Payah! Dou bukan Duo!"
"Ah susah!"
Bocah yang dipanggil Dou Er hanya menggeleng pasrah, lantas bermain bersama Xiao Lu setiap hari. Hingga suatu hari mereka pergi ke taman dekat dengan tambak kepiting milik keluarga Dou Er.
"Xiao Lu! Lihat bunga asternya mekar!"
"Aster? Ini daisy!" telak Xiao Lu.
"Kau selalu payah! Apa perbedaan aster dan daisy?"
Xiao Lu hanya tersenyum sambil memiringkan kepala. "Ah, aku tak tau."
"Dou Er! Ayo pergi!" Seorang pria paruh baya tiba-tiba memanggil Dou Er, menghentikan percakapan antara kedua bocah tersebut.
"Aku pergi, dan mungkin takkan kembali, ini untukmu." Ia memetik aster tadi lalu menyodorkannya pada Xiao Lu.
"Kenapa kau pergi?" Ucap Xiao Lu dengan mata berbinar.
Dou Er hanya tersenyum sambil melambai tangan, meninggalkan Xiao Lu sendirian di taman.
"Dou Er sangat kejam! Dia meninggalkanku sendirian di taman! Aku akan membalasnya!" ucap Xiao Lu dengan bulir air matanya yang terus menetes.
***
"Ternyata kau kembali dan mengucapkan perpisahan padaku, dan ini benar-benar untuk selamanya. Aku bawakan aster bukan krisan, teramat menyedihkan bila aku membawa krisan, selamat tinggal, Dou Er!"
Xiao Lu menghapus jejak air matanya. Lalu bergumam "Lihat, aku tak sepayah dulu aku bisa memanggil namamu sekarang dengan benar! Hahaha."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable: 三代Stories
FanficPLAGIATOR TOLONG MENJAUH! Kumpulan Cermin (Cerita Mini), Cerpen (Cerita Pendek), dan Cerbung (Cerita Bersambung) yang ditulis oleh para member TF家族三和四代 Group Chat. Event ini diselenggarakan oleh admin TF家族三和四代 GC di WhatsApp dalam rangka memperingat...