↗10. Hidup ini gak adil banget buat Arkana

934 98 6
                                    

Vote sebelum membaca!

🌱

Arkana telah sampai di sekolah. Ia langsung pergi menuju ruang kelasnya. Pagi ini mood Arkana sedang tidak bagus. Hatinya masih sakit dan di otaknya masih terngiang-ngiang ucapan ayahnya yang tak mengakui Arkana sebagai anaknya.

Arkana jalan menunduk. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Ia menarik nafas sedalam-dalamnya guna menahan sesak di dadanya.

Karena tak fokus, Arkana tak sengaja menabrak seseorang di depannya.

"Maaf, Arkana gak sengaja"

"Lain kali jalan pake mata! Fokus ke depan bukan nunduk. Bego banget jadi orang!" ucap orang itu lalu pergi meninggalkan Arkana dengan kesal.

"Arkana!"

"Chenchen"

"Kenapa murung mukanya? Bukannya semangat sekolahnya. Udah mendingan Arka?"

"Alhamdulillah udah"

"Semangat dong, harusnya. Jangan murung" Arkana tersenyum semangat di hadapan temannya.

"Ayo ke kelas. Sebentar lagi Bu Hafsa masuk, Arka" Arkana mengangguk lalu mereka ke kelas bersama.

Jam istirahat telah tiba, Arkana dan Novandra memilih untuk istirahat dan memakan bekal di dalam kelas.

"Arka bulan kemarin sakit apa? Sampe koma begitu. Chechen mau nengokin Arka, tapi gak tau di rumah sakit mana Arkana di rawat"

"Sakit begitulah. Asam lambung awalnya, terus kondisi tubuh Arkana benar-benar drop, sampe lambung bocor terus koma" bohongnya

"Jangan nyepelein penyakit asam lambung Arkana, kasihan tubuh Arkana. Kata Koko Chenchen, asam lambung itu silent killer jangan dianggap remeh"

"Rasanya kaya gimana koma?"

"Entahlah, Arka lupa"

"Eh lu anak baru yak?" tanya seorang murid pada Arkana.

"Bukan, Arkana bukan anak baru" jawab Arkana

"Dia bukan anak baru. Seminggu awal masuk sekolah Arkana sakit sampe sebulan lebih" sambung Chenchen

"Oh. Gue kira anak baru. Kenalin gue, Felix. Felix Revaldo Hermawan"

"Arkana, Arkana Kalandra Akhyar"

"Lu kaku banget. Jadi anak jan kaku napa. Boleh gak gue gabung?"

"Boleh" ucap Arkana

"Rumah lu di mana Arka?" tanya Felix

"Perumahan Alexandria Residence"

"Buset. Kawasan elit tuh wilayah. Kebanyakan yang tinggal di sana tu, konglomerat, sultans semua di sana. Bentuk rumahnya juga ngerii..."

"Ngeri? Maksudnya serem gitu?"

"Ealah, ni anak polos banget kaya kulit bayi"

"Maksud gue, rumah-rumah di sana tu mewah banget kayak istana, Arkana"

"Oh, dikira Arkana di sana horor banyak mistis" Felix menelungkupkan kepalanya.

"Ya Tuhan. Ini anak polos rasa O dua N. Emang bener apa kata orang-orang antara polos ama oon itu beda tipis. Tapi ni anak pinter"

Give Me A Life (End) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang