yoan merasa tak enak karena nyonya danish memasak banyak jenis makanan untuknya. karena gugup selera makan yoan menguap entah kenapa padahal makanan yang berada dihadapan nya terlihat menggiurkan.
"ayo yoan dimakan kata bella kamu suka aglio o olio" ucap nyonya danish sambil tersenyum lembut. oh beliau sangat mirip dengan tian.
"ah iya tanteㅡ"
"kalau kamu gak keberatan panggil saya ibu ya" yoan tersenyum tipis. ia merasakan bella menggenggam tangannya erat. sepertinya bella tau dirinya gugup.
"yoan kamu satu jurusan sama bella?" tanya tuan danish basa basi.
"oh nggak om saya jurusan hukum pidana" tuan danish mengangguk pelan matanya tetap fokus pada makanan.
"orangtua kamu? kerja apa?"
"ayah saya polisi om lagi dinas diluar kota kalau ibu udah tenang di surga" ruang makan hening saat itu juga bella menatap yoan yang masih tersenyum lembut. ia baru tau jika ibu yoan sudah meninggal ia kira ibu yoan adalah wanita karir yang jarang di rumah.
"saya dengar om seorang petinju. maaf saya tidak mengenali om saya lebih suka futsal soalnya" ujar yoan berusaha mengalihkan pembicaraan. saat itu juga tuan danish dengan bersemangat menceritakan karir nya sebagai seorang petinju. sesekali melontarkan lelucon untuk mencairkan suasana. mereka melupakan tian yang sama sekali tak tersenyum sejak tadi.
saat acara makan malam selesai bella membantu ibu nya mencuci piring sedangkan tuan danish menghilang entah kemana meninggalkan yoan bersama tian di ruang makan berdua. mereka duduk berhadapan dengan tian yang menatap tak suka yoan.
"gue kira lo bakal nolak undangan kami" yoan membalas tatapan tian.
"kenapa harus gue tolak? satu langkah menuju hubungan serius gue dan bella" jawab yoan diiringi senyuman lebarnya yang membuat tian mendesis.
"sampai kapanpun gue gak akan kasih restu. bella adek kesayangan gue dan gue gak mau dia sama cowok kayak lo"
"emang gue kenapa?"
"gue yakin lo tau reputasi diri lo sendiri yoan"
"dan gue yakin lo tau kalau apa yang orang bilang itu gak bener"
tian mengepalkan tangannya kesal karena yoan yang menjawab setiap perkataan nya, "lo serius sama adek gue?"
"perasaan gue gak pernah sedalam ini dan bella semesta gue" melihat tatapan penuh keyakinan yoan, membuat tian berdiri.
"kalau sampai lo nyakitin bella, lo yang gue hancurin" menatap wajah yoan sesaat lalu pergi menuju kamarnya.
"kak tianㅡloh mana dia?" bella muncul dari dapur menatap bingung yoan yang duduk sendirian.
"udah selesai?"
"kak tian ngomong apa tadi?" tanya bella. saat ini mereka berada di balkon lantai dua rumah bella. menatap langit yang dipenuhi oleh bintang.
"percakapan antar lelaki" jawab yoan singkat membuat bella mendorong bahunya pelan.
"serius. kak tian gak ngomong macam macam kan?"
"macam macam kayak apa?"
"kayak nyuruh lo jauhin gue gitu"
"hm kurang lebih dia ngomong gitu?" bella menoleh cepat.
"kan udah gue bilangin lo tunggu disini gue mau ngomongㅡ"
"udah disini aja" yoan menahan tangan bella menarik gadis itu untuk kembali berdiri disisi nya. ia tidak melepaskan tangan itu, menyelipkan jemari nya diantara jemari bella. hal itu membuat bella tanpa sadar tersenyum lebar.
"lo pernah bilang bagi gue lo itu apa. bumi atau matahari" ujar yoan. pikiran bella melayang mengingat hari itu. malam hari di hari ulang tahun kamal. yoan yang masih tidak mungkin ia genggam.
"bukan keduanya. bagi gue lo semesta bel" yoan memutar kepala menatap bella. ia tersenyum tulus yang membuat bella hampir kehabisan nafas.
"tanpa semesta bintang gak akan pernah ada" tangan yoan yang bebas terangkat mengacak pelan surai bella.
"dan tanpa bintang semesta tak akan indah" sambung bella mengeratkan genggaman mereka[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] semesta | cyj
Short Story[LOCAL BASED] rumor samudra dan yoan pacaran membuat bella penasaran. kenapa bisa rumor itu ada? dirinya juga penasaran mengapa samudra sangat posesif terhadap yoan. hingga sebuah ide terlintas, bella mengklaim yoan sebagai miliknya di hadapan samud...